XINHUA: Kebijakan senjata nuklir yang diumumkan AS baru-baru ini mengundang perhatian. Pada tanggal 30 Januari lalu, Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya mengatakan bahwa AS akan memperbarui dan membangun kembali gudang senjata nuklirnya. Sementara itu, Pentagon diperkirakan akan mengumumkan Penilaian Situasi Nuklir yang terbaru pada hari Jumat (2/2). Media mengungkapkan bahwa pemerintah Trump berniat memperlonggar pembatasan terhadap penggunaan senjata nuklir serta penelitian dan pengembangan hulu ledak nuklir berdaya rendah.
Analis menunjukkan, kebijakan itu akan memperbesar kemungkinan konflik nuklir. AS sebagai salah satu negara dengan gudang senjata nuklir terbesar seharusnya mengemban tanggung-jawab prioritas, dan sudah sepantasnya menciptakan kondisi yang mendukung untuk merealisasi perlucutan senjata nuklir secara menyeluruh dan tuntas.
Trump dalam pidatonya mengklaim bahwa AS harus membangun kembali gudang senjata nuklirnya. Ia mengatakan, pihak AS berharap tak akan pernah menggunakan senjata nuklirnya, tapi AS akan membuat gudang senjata nuklirnya menjadi sangat tangguh dan kuat, sehingga dapat mencegah tindakan agresi apapun yang dilancarkan oleh negara atau pihak lain.
Sejumlah media melaporkan, dibandingkan versi yang diumumkan pemerintah Obama pada 8 tahun yang lalu, kebijakan pemerintah Trump soal senjata nuklir telah mengalami perubahan di dua aspek. Pertama, kebijakan tersebut mengusulkan pembangunan kembali kekuatan nuklir dengan mengutamakan hulu ledak nuklir berdaya rendah, dan kedua, kebijakan juga mencoba memperlonggar syarat-syarat penggunaan senjata nuklir.
Dokumen itu mengatakan, Rusia memiliki senjata nuklir non-strategis dalam jumlah besar, dan telah mulai melakukan pembaruan. AS harus mengambil langkah balasan yang seimbang supaya meningkatkan keragaman dan fleksibelitas senjata nuklir taktis.
Dokumen juga mengisyaratkan bahwa AS akan memperluas situasi yang memperbolehkan penggunaan senjata nuklir. AS tidak mengesampingkan kemungkinan untuk terlebih dahulu menggunakan senjata nuklir sebelum dirinya sendiri dihantam serangan nuklir.
Semua ini sempat mengundang kekhawatiran di dalam dan luar negeri AS. 16 senator AS pada tanggal 29 Januari menyampaikan surat bersama untuk mengkritik sikap pemerintah Trump terkait gudang senjata nuklir yang dianggap telah mengabaikan kewajibannya dalam merealisasi perlucutan senjata nuklir secara menyeluruh, sesuai yang ditetapkan oleh Perjanjian Non-proliferasi nuklir. Hal ini akan memperbesar kemungkinan terjadinya perlombaan senjata nuklir dan konflik nuklir.
Analis berpendapat, penurunan ambang batas bagi penggunaan senjata nuklir tidak mungkin dapat menciptakan keamanan, malah akan meningkatkan risiko konflik nuklir.
Seusai perang dingin, teori hegomoni nuklir sudah amblas. Fungsi senjata nuklir hanya sebatas untuk melindungi diri dari serangan nuklir. Kebijakan nuklir yang keras sulit menciptakan situasi yang aman bagi AS, juga tak menguntungkan kestabilan strategi antar negara besar yang memiliki nuklir.
AS sebagai salah satu negara dengan gudang senjata nuklir terbesar di dunia mengemban tanggung-jawab utama untuk merealisasi perlucutan senjata nuklir, AS diharapkan tidak secara semena-mena memperbesar gudang senjata nuklir dan menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.