Stephen Roach: “Menjadikan Tiongkok sebagai Kambing Hitam” Sudah Merupakan Kesepahaman Dua Partai AS

2019-05-18 14:18:00  

Periset senior Jackson Institute for Global Affairs Universitas Yale AS Stephen Roach dalam sebuah artikelnya baru-baru ini menunjukkan, kalangan politik AS sekarang menerima sejenis pengertian keliru tentang Tiongkok dan Tiongkok selalu disalahkan kalau ada masalah yang mengganggu AS.

   Situs web Project Syndicate pada tanggal 26 bulan lalu menurunkan sebuah artikel yang berjudul “Pengertian Keliru AS tentang Tiongkok. Artikel mengatakan, para anggota Partai Republik dan Partai Demokratis AS jarang sekali dapat mencapai kesepahaman pada suatu masalah krusial, yaitu Tiongkok disalahkan dengan semua masalah yang mengganggu AS. Akan tetapi, dengan berkepala keras mengganggap Tiongkok sebagai ancaman terhadap impian AS itu akan mendatangkan akibat yang serius. Ini sudah mengakibatkan pengenaan tarif tambahan, ancaman keamanan yang terus meningkat, peringatan tentang perang dingin baru bahkan kabar akan terjadinya bentrokan militer antara AS dan Tiongkok. Padahal, bukti kuat yang ada sekarang menunjukkan, AS yang kurang percaya diri kini mengalami gangguan kepincangan ekonomi makronya sendiri dan khawatir bahwa dirinya akan turun dari status pemimpin global, maka menerima sejenis pengertian keliru tentang Tiongkok.

 Artikel menunjukkan, pada masalaha perdagangan, pada tahun 2018, terdapat defisit perdagangan komoditi AS dengan Tiongkok sebanyak 419 miliar dolar Amerika, tapi yang tidak ingin diakui pleh Trump dan mayoritas tokoh kalangan politik AS ialah, AS mengalami defisit perdangangan dengan 102 negara lain. Ini padahal menunjukkan masalah sangat kurangnya tabungan di dalam negeri AS, dan itu pada taraf yang sangat besar diakibatkan oleh defisit anggaran belanja yang diratisifikasi oleh Kongres dan Presiden dengan sembrono.

Artikel mengatakan, mengenai isu lama apa yang disebut manipulasi Tiongkok terhadap mata uang, AS selalu khawatir bahwa Tiongkok dengan sengaja mengekang nilai mata uang Renminbi untuk memperoleh keunggulan persaingan yang tidak adil. Akan tetapi, sejak akhir tahun 2004, RMB dalam arti luasnya hanya mengalami revaluasi 50 persen. Surplus poyek regular yang pernah berjumlah raksasa kini hampir tiada lagi.

黄晓芳