“Kesetaraan Semua Orang” ala AS telah Mampus di depan Covid-19

2020-05-24 15:40:18  

Pada hari Kamis (21/5) lalu, Yayasan Anak PBB (UNICEF) dalam media sosialnya memperingatkan AS, harus segera menghentikan aksi pemulangan anak-anak keluar wilayah AS selama wabah Covid-19, khususnya anak-anak tanpa ditemani orang. Perbuatan AS itu dengan berat menginjak-injak hak asasi manusia selama wabah Covid-19.

Sejak awal Maret lalu, tanpa peduli  wabah Covid-19, pemerintah AS paling sedikit memulangkan 1.000 anak-anak imigran tanpa ditemani orang ke Meksiko, El Salvador, Guatemala dan Honduras. Antaranya banyak anak-anak tertangguh di perbatasan negara bahkan ada yang jatuh sakit kritis.

Sedangkan lansia di panti jompo juga dianggap politikus AS sebagai “sampah”.  Gubernur negara bagian Texas Dan Patrick bahkan menyerukan lansia secara sukarela menjadi “korban”. Narasi tersebut tentu saja segera dikecam oleh berbagai pihak.

Virus menyerang semua manusia tidak peduli jenis etnis maupun kekayaan, namun kontribusi sumber kedokteran di AS memiliki perbedaan, banyak kaum susah termasuk lansia, anak-anak, orang miskin atau etnis minoritas sulit memperoleh pengobatan. Keturunan Afrika di AS hanya mengambil 13,4% dari pada semua penduduk, namun tingkat pasien positif tercatat 52%  dan tingkat pasien mati tercatat 58%.

Keadaan sulit lansia, anak-anak, penduduk miskin justru disebabkan oleh rasisme dan kesenjangan kaya dan miskin yang semakin parah di AS selama puluhan tahun ini.

Terkait keadaan tersebut, koran TIME AS melakukan kesimpulan bahwa penanganan wabah Covid-19 adalah kegagalan demokrasi AS.

陈曦