Konferensi Pers Mengenai Penanganan Covid-19 digelar Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia

2020-06-24 16:14:22  

图片默认标题_fororder_1337195561

Minister Konsuler di bidang ekonomi dan perdagangan Tiongkok Wang Liping dalam pidatonya menyatakan, pencegahan dan pengendalian pandemi COVID-19 Indonesia telah memasuki era "normal baru". Kerja sama ekonomi dan perdagangan Tiongkok-Indonesia pun memasuki tahapan baru. Pandemi COVID-19 telah memberi dampak negatif pada kerjasama ekonomi dan perdagangan Tiongkok-Indonesia, terutama pertukaran personel, “orang di dalam tidak bisa keluar, orang di luar tidak bisa masuk”. Tanpa aliran orang, aliran barang dan modal pun tidak bisa berjalan. Proyek-proyek kerjasama kedua negara yang berskala besar dan bernilai tinggi, termasuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung, IMIP, dan Taman Industri Weda Bay, semua menghadapi hambatan aliran personel. Hal ini mengakibatkan masalah-masalah seperti penghentian pekerjaan proyek dan kegagalan dalam penyesuaian jadwal proyek, sehingga mempengaruhi pembangunan ekonomi dan sosial setempat, serta rezeki ribuan pekerja Indonesia. Saat ini, Tiongkok dan Indonesia sedang membahas pembangunan "jalur cepat" atau fast lane untuk memfasilitasi pertukaran personel yang diperlukan. Diharapkan bahwa jalur ini dapat dibangunkan secepat mungkin agar kerjasama ekonomi dan perdagangan kedua negara dapat dipulihkan.

Mungkin ada teman yang masih khawatir terhadap risiko akibat masuknya personel dari luar negeri dan pemulihan kegiatan konstruksi atau operasi proyek. Yang ingin saya sampaikan ialah perusahaan-perusahaan Tiongkok telah menyerap pengalaman lawan pandemi Tiongkok yang sukses sehingga minta personel menjalani tes COVID-19 menurut peraturan pemerintah Indonesia sebelum keberangkatan dan melindungi diri sendiri selama perjalanan supaya bebas dari virus. Oleh karena itu, para teman Indonesia bisa saja lega hati terhadap keamanan "jalur cepat". Hanya aliran personel bergerak, perusahaan dan proyek baru bisa beroperasi secara normal, lapangan kerja baru bisa terjamin, pekerja Indonesia baru bisa mendapat rezeki. Jadi pemulihan aliran personel ini memiliki banyak keuntungan bagi Indonesia dalam penerapan “normal baru” untuk membuka kembali kegiatan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Di era "normal baru", pemerintah dan perusahaan baik dari Tiongkok maupun Indonesia menahan diri dari tekanan pandemi dengan melakukan eksplorasi dan inovasi, sehingga hubungan kedua pihak pun memasuki tahapan "normal baru" di mana kerjasama pragmatis bilateral tetap berjalan di tengah upaya pencegahan dan pengendalian pandemi. Yang pertama, perdagangan jalur online dan offline menciptakan peluang baru bagi pelaku usaha kedua negara. Pameran offline berskala besar seperti CIIE/China International Import Expo tetap diadakan sesuai jadwal, sementara “Promosi Online” dilakukan sebagai langkah inovatif demi meningkatkan kepercayaan para pelaku usaha untuk berpartisipasi. Pameran online seperti Canton Fair menghasilkan manfaat yang luar biasa sehingga membangun “jembatan daring” bagi pelaku usaha Indonesia untuk mengakses pasar Tiongkok. Yang kedua, investasi timbal-balik terus bertahan. Pelaku usaha kedua negara melanjutkan kerjasama investasi melalui negosiasi online, konferensi virtual, serta penandatanganan kontrak secara daring. Perusahaan Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia pun aktif menyesuaikan diri dengan perubahan pasar di era "normal baru" dengan memindahkan layanannya ke Internet bahkan sampai ke rumah. Sebagai contoh, DFSK Sokonindo menyediakan layanan pengiriman, perbaikan, serta perawatan mobil sampai ke rumah. FOTILE, merek peralatan elektronik dapur asal Tiongkok, menyediakan layanan pemeliharaan jarak jauh untuk memfasilitasi pelanggan Indonesia. Perusahaan-perusahaan rekayasa juga berupaya mengatasi kesulitan dengan melakukan segala upaya untuk menjamin pembangunan proyek berlanjut. Sejak penerapan "normal baru", kebanyakan dari 24 perusahaan Tiongkok di Indonesia yang dulu sempat setop telah kembali beroperasi. Di samping itu, hingga bulan April, volume perdagangan bilateral antara Tiongkok dan Indonesia mencapai US $ 24,1 miliar, atau menurun 0,5% dibandingkan dengan masa sama tahun lalu, sementara investasi Tiongkok di Indonesia mencapai US $ 1,3 miliar pada kuartal pertama, atau tumbuh 12%, sehingga Tiongkok tetap merupakan negara sumber investasi terbesar kedua bagi Indonesia. Pencapaian tersebut patut dipuji dalam masa pandemi ini.

Dengan sumber daya alam dan dividen demografis yang melimpah, tidak ada pembatasannya potensi perkembangan Indonesia. Sejak pelantikannya, Presiden Jokowi dengan penuh semangat mengembangkan infrastruktur dan memperbaiki lingkungan bisnis Indonesia, sehingga investasi Tiongkok kepada Indonesia pun cepat bertumbuh. Meskipun pandemi ini terjadi, daya tarik investasi Indonesia terhadap Tiongkok tidak berubah, dan dasar kuat kerjasama ekonomi dan perdagangan kedua negara pun tidak tergoyang.

Sebagai kesimpulan, dampak pandemi COVID-19 bersifat jangka pendek dan sementara. Pandemi ini membantu kita menemukan fundamental ekonomi Tiongkok dan Indonesia yang kuat, dan juga ketangguhan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara. Diyakini bahwa setelah pandemi ini selesai, kapal kerja sama ekonomi dan perdagangan bilateral kita pasti akan berlayar mulus dengan melawan ombak dan maju terus tanpa berhenti.

马宁宁