Spekulasi Politik Ancam Keselamatan Jiwa Orang AS

2020-08-19 13:25:20  

Sejak wabah virus corona merebak, sejumlah politisi AS tidak melawan wabah secara ilmiah, malah mengadakan spekulasi politik untuk menimpakan kesalahannya dalam perlawanan wabah kepada pihak lain, mereka dengan niat jahat menghubungkan virus dengan Tiongkok, dan secara terbuka menghasut kebencian ras. Untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam pilpres mendatang, mereka terburu-buru menghidupkan aktivitas ekonomi, membuka kembali sekolah sehingga wabah meningkat kembali di beberapa negara bagian; bahkan untuk menimbulkan kepanikan dan mendapat kepentingan dalam keadaan kekacauan, mereka menghasut konforntasi ideologi, berusaha menghidupkan McCarthyisme, dan mendorong hubungan Tiongkok-AS melaju ke arah yang salah.

Justru seperti apa yang ditunjukkan para ilmuwan, virus dan penyakit menular tidak mengenal batas negara dan juga tidak membedakan bangsa, adalah tantangan bersama yang dihadapi umat manusia. Kebohongan dan rumor barangkali dapat memenuhi nafsu pertunjukan sejumlah politikus, tapi tidak akan pernah membantu mereka mengatasi wabah. Politisi AS beruang kali menghubungkan virus dengan Tiongkok, tapi ini akan memperuncing pertentangan ras di dalam negeri AS, dan membawa rakyat AS ke jurang yang lebih sulit.

Menurut survei Komite Kebijakan AS untuk Asia Pasifik, hingga 15 Juli lalu, sebanyak 2.300 warga AS keturunan Asia mengalami diskriminasi ras. Laporan Associated Press AS menunjukkan, krisis virus meningkatkan ketidaksetaraan ras antar rakyat AS di bidang jaminan pengobatan. Laporan dikeluarkan CDC AS menunjukkan, indeks terinfeksi virus di antara anak-anak keturunan Amerika Latin dan keturunan Afrika jauh lebih tinggi  dari pada anak-anak kulit putih. Selain itu, etnis minoritas lebih sulit melawan terpaan ekonomi yang didatangkan wabah. Menurut data statistik yang dikeluarkan Departemen Perburuhan, indeks pengangguran orang kulit putih tercatat 10,1 persen, sedangkan warga keturunan Amerika Latin dan Afrika masing-masing mencapai 15,4 persen dan 14,5 persen.

Saat ini, terdampak penyebaran wabah virus corona, masyarakat AS, khususnya warga etnis minoritas menempuh kehidupan yang susah, tapi dompet orang-orang yang kaya semakin membengkak. Lembaga penelitian terkait AS menunjukkan, kesenjangan antara orang yang miskin dan orang yang kaya kembali ke level pada 100 tahun lalu. Sebabnya adalah politisi AS tidak mempedulikan kesengsaraan rakyat, hanya mengupayakan kepentingan politik, ini mengakibatkan kegagalan terus dalam perlawanan wabah, rakyatnya yang menjadi korban. Berbagai data statistik menunjukkan, orang lanjut usia, etnis minoritas dan kelompok miskin menjadi grup penderita yang terbesar dalam bencana kali ini. Perbuatannya ini dengan serius merusak kepentingan rakyat AS sehingga menimbulkan ketidakpuasan rakyat. Menurut survei sipil terbaru yang diumumkan Gallup, hanya 13 persen orang AS merasa puas bagi keadaan negara, ini merupakan level terendah sejak Agustus 2011.

Pengendalian wabah adalah tugas yang sangat urgen, tapi politis AS tidak berkonsentrasi pada wabah sendiri, melainkan mengintensifkan spekulasi politik dengan bertolak dari pertimbangan suara pemilihan, ini menimbulkan lebih banyak unsur yang tidak stabil. Waktu sedang berlalu, spekulasi tidak dapat menyelamatkan nasib orang AS, hendaknya politisi AS segera menghentikan penimpaan kesalahan kepada orang lain, dengan secepatnya menomorsatukan nyawa dan kesehatan masyarakat, kembali ke jalan yang tepat dalam perlawanan wabah.

常思聪