Menurut laporan “Financial Times” Inggris tanggal 20 Juli lalu, ilmuwan dari Institut Kanker Nasional Milan Italia belakangan ini menyatakan bahwa atas permintaan WHO, tes ulang dilakukan di dua laboratorium Eropa terhadap sampel darah yang diambil pada bulan Oktober 2019 di Italia. Dalam sampel darah yang dites ulang tersebut terdapat antibodi yang biasanya ditemukan setelah tertular virus Corona.
Sebelumnya peneliti Italia memeriksa sampel darah dari 959 sukarelawan yang mengikuti seleksi tumor sebelum terjadi wabah, namun ternyata dalam hasil tes sebagian sampel darah terdapat antibodi terkait virus Corona. Setelah itu, atas permintaan WHO, dua laboratorium Eropa melakukan tes ulang terhadap sampel tersebut. “Financial Times” melaporkan bahwa dua laboratorium tersebut juga menemukan bahwa hasil tes serum dari 3 sampel IgM adalah positif, ini berarti, belakangan ini pernah terinfeksi virus Corona. Di antaranya, sampel yang paling awal diambil adalah pada tanggal 10 Oktober 2019. Satu sampel lainnya yang diambil pada tanggal 5 Februari 2020 ditemukan antibodi penetral.
Tapi laboratorium Belanda yang mengikuti tes kali ini mengatakan bahwa kandungan IgM, antibodi penetral, IgG yang terdapat dalam sampel tersebut masing-masing tidak mencapai standar mereka untuk terbukti terinfeksi. Akan tetapi, peneliti dari laboratorium ini juga menekankan bahwa sebelum wabah terjadi, virus mungkin tidak memiliki keagresifan atau sifat menular yang begitu kuat, sehingga harus diambil cara tes yang lebih sensitif.
“Financial Times” mengutip perkataan salah satu peneliti dari Institut Kanker Nasional Milan Italia yang menyatakan, hasil tes ulang merupakan sinyal bahwa virus Corona telah tersebar di Italia sejak awal. Dia menunjukkan bahwa jika hal ini dibuktikan, akan menjelaskan mengapa jumlah kasus bergejala di Italia bertambah banyak pada tahun 2020. SARS-CoV-2 atau virus tipe awal tertentu diam-diam telah tersebar dalam kondisi tak terpantau.
