Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-05-27 15:43:57    
Menuju Kemakmuran-Perkembangan Kekuatan Negara Republik Rakyat Tiongkok Dalam 60 Tahun Terakhir

CRI

Tahun ini adalah ulang tahun ke-60 beridirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Dalam kurun waktu 60 tahun ini, Tiongkok dari sebuah negara yang miskin dan tertinggal berubah menjadi sebuah negara yang makmur dan kuat. Marilah kita berpaling pada perjalanan perkembangan ekonomi Tiongkok untuk melihat perubahan-perubahan apa saja yang terjadi dalam kehidupan rakyat Tiongkok dalam kurun waktu 60 tahun lalu.

Olimpiade ke-29 dibuka di Beijing, ibukota Tiongkok tanggal 8 Agustus tahun 2008 dengan dihadiri para atlet dari 204 negara dan daerah, miliaran penduduk dunia ikut menikmati kegembiraan olahraga.

16 hari kemudian, obor Olimpiade padam perlahan-lahan di Stadion Utama Sarang Burung. Pada upacara penutupan Olimpiade Beijing, Ketua Komite Olimpiade Internasional Jean Rogge menyatakan rasa kagumnya pada Olimpiade tersebut:

"Melalui Olimpiade ini, dunia lebih banyak mengenal Tiongkok, begitu pula Tiongkok mengenal dunia. Ini adalah Olimpiade yang benar-benar tak ada tandingannya." Demikian kata Jean Rogge.

16 hari itu adalah saat yang patut diperingati untuk selamanya bagi 1,3 miliar rakyat Tiongkok. Pendorong Gerakan Olimpiade Tiongkok, Ketua Komisi Kebudayaan dan Pendidikan Olimpik Komite Olimpiade Internasional He Zhenliang mengatakan bahwa 16 hari itu adalah proses mewujudkan impian. Dikatakannya:

"Menyelenggarakan Olimpiade merupakan impian rakyat Tiongkok sejak dulu, namun impian itu mustahil bisa terkabul di masa lalu. Karena untuk menyelenggarakan pesta olahraga akbar itu membutuhkan tenaga manusia dan material yang sangat besar. Sebelum berdirinya RRT, kami sama sekali tidak mungkin menyelenggarakannya, menjadi tuan rumah Olimpiade hanya impian belaka."

Tepat seperti dikatakan oleh He Zhenliang, menyelenggarakan Olimpiade membutuhkan syarat tertentu. Untuk Olimpiade Beijing, dana yang disediakan Tiongkok hanya untuk membangun arena pertandingan dan infrastruktur saja tercatat 310 miliar yuan atau sekitar 45,6 miliar dolar Amerika. Adalah mustahil bagi Tiongkok di masa lalu untuk sekaligus menyediakan dana begitu besar guna menyelenggarakan Olimpiade.

Ketika RRT didirikan pada tahun 1949, produk domestik bruto (PDB) per kapita Tiongkok hanya 50 dolar Amerika berhubung kekacauan perang dalam waktu panjang, ekonomi berada di tepi kehancuran dan kehidupan rakyat sangat sulit. Liu Guixian yang berusia 77 tahun menggambarkan kehidupan yang miskin di waktu itu.

"Kami waktu itu sangat miskin. Anak banyak, penghasilan kecil, makan kenyang pun sulit. Apalagi di musim dingin, kehidupan menjadi tambah susah, kami hanya mempunyai dua selimut tebal untuk 7 anggota keluarga."

Pada masa awal berdirinya RRT, dengan mengemban cita-cita industrialisasi, rakyat Tiongkok memusatkan tenaga telah membangun lebih 100 proyek dasar yang besar sebagai dasar bagi perkembangan kekuatan terpadu negara. Namun proyek-proyek itu kebanyakan adalah industri berat sehingga untuk suatu masa yang cukup panjang, seluruh negeri mengalami kelangkaan pasokan kebutuhan bahan-bahan pokok kehidupan.

Mantan Duta Besar Palestina untuk Tiongkok Mustafa Safarini pertama kali ke Tiongkok tahun 1968. Namun ia tidak senang mengenang musim dingin di tahun itu.

Kata Mustafa: "Saya waktu itu tidak senang dengan musim dingin, lain dengan sekarang. Di musim dingin sekarang ini, kita mengenakan berbagai macam pakaian tebal sehingga sama sekali tidak merasa dingin. Dulu, pakaian tebal untuk musim dingin harus dibeli dengan menggunakan kupon yang dibagi-bagikan pemerintah."

Tiongkok pada masa itu menjalankan ekonomi berencana, sistem suplai diterapkan di kota-kota, berbagai macam kebutuhan bahan pokok m termasuk pakaian tebal untuk musim dingin disuplai secara terbatas dan hanya bisa dibeli dengan kupon.

Sejak Tiongkok melakukan reformasi dan keterbukaan pada tahun 1978, titik berat pembangunan negara diletakkan pada pembangunan ekonomi, dan langkah menuju modernisasi dipercepat.

Liu Guixian yang kita sebut tadi membuka sebuah restoran kecil di Beijing 30 September tahun 1980. Pada hari pembukaan yang dimeriahkan dengan letupan petasan itu, tampak atrean panjang di depan restoran, karena itu adalah restoran swasta pertama sejak berdirinya RRT.

Liu Guixian mengatakan: "Hari itu lebih 100 tamu yang antre dengan membuka payung karena hujan. Sebenarnya saya hanya mencoba-coba saja untuk melihat apakah ada tamu yang datang. Tapi ternyata begitu petasan meletup pertanda restoran swasta dibuka, kabar itu tersiar dari mulut ke mulut."

Restoran itu telah memberikan penghasilan yang melimpah bagi keluarganya. Kini ia dan suaminya hidup bahagia menikmati hari tua di rumahnya yang luas di pinggiran kota Beijing.

Perubahan mendalam terjadi di seluruh Tiongkok sejak reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar, pola ekonomi juga setapak demi setapak berubah menjadi ekonomi pasar. Perubahan itu telah memberikan vitalitas yang sangat besar pada perkembangan ekonomi Tiongkok dan suplai komoditi menjadi melimpah-ruah. Mustafa masih tetap tinggal di Tiongkok setelah tidak lagi menjadi duta besar. Ia menyebut pasar Tiongkok sekarang ini suatu pasar yang benar-benar bebas. Dikatakannya:

"Bila Anda memasuki pasar di Tiongkok sekarang ini, berbagai macam barang terhampar di depan mata. Para pedagang giat menawarkan dagangannya dengan menggunakan bahasa-bahasa Inggris, Rusia dan lain-lain. Anda boleh tawar menawar dengan mereka."

Kini, zaman langkanya barang sudah lewat di Tiongkok. Sebagian terbesar keluarga memiliki pesawat televisi, lemari es, mecin cuci, komputer dan lain-lain yang dulu dianggap alat listrik rumah tangga mewah. Bahkan memiliki mobil sendiri yang dulu sulit dibayangkan, kini sudah menjadi kenyataan. Ma Yunliang, berusia 27 tahun yang karyawan sebuah perusahaan, baru saja membeli sebuah mobil sedan.

"Beli mobil sudah lumrah sekarang ini", demikian katanya, "Dengan gaji sekitar dua tahun, cukup untuk membeli sebuah mobil yang cukup bagus. Setelah memiliki mobil sendiri, sewaktu-waktu bisa berpesiar ke pinggiran kota dan tidak perlu lagi berdesak-desakan di kendaraan umum untuk ke kantor."

Menurut angka statistik, PDB Tiongkok tahun 2008 tumbuh lebih 400 kali lipat daripada tahun 1952, agregat ekonomi menempati urutan ke-4 di dunia, PDB per kapita juga di atas 3.000 dolar Amerika.

Dengan penghasilan yang semakin tebal, penduduk Tiongkok kini selain membeli mobil dan rumah, juga gemar berwisata. Sejalan dengan semakin luasnya keterbukaan terhadap dunia luar, wisatawan Tiongkok sudah menjelajahi hampir setiap pelosok dunia. Hao Xin gemar sekali berwisata ke luar negeri. Ia mengatakan:

"Rata-rata satu atau dua tahun sekali saya mengadakan perjalanan wisata ke luar negeri. Saya sudah ke Inggris, Singapura, Malaysia dan negara-negara lain. Dulu mana berani kami membayangkan untuk berwisata ke luar negeri, bisa ke provinsi lain pun sudah patut dibanggakan."

Namun, Hao Xin tahun depan tidak mempunyai rencana berwisata ke luar negeri, karena ia ingin mengunjungi Ekspo di Shanghai bulan Mei tahun depan.

Sekretaris Partai Kota Shanghai Yu Zhensheng selaku Ketua Komite Pelaksana Ekspo Shanghai mengatakan, pemerintah kota Shanghai sudah menyediakan dana hampir 20 miliar yuan atau hampir 3 miliar dolar Amerika untuk pembangunan infrastruktur seperti kereta api bawah tanah dan jalan serta fasilitas-fasilitas umum di tamah ekspo.

Yu Zhensheng mengatakan: "Sampai Maret tahun depan, panjang jalan kereta api bawah tanah Shanghai akan mencapai 400 kilometer. Pembangunan transportasi kereta rel demikian besar sulit dibayangkan di masa lalu. Sedang tahun lalu, kami hanya memiliki 200 kilometer jalan kereta api bawah tanah. Kemajuan transportasi kereta api bawah tanah itu berperan sangat nyata dalam memperbaiki lalu lintas dan kehidupan masyarakat, begitu pula dalam mendorong ekonomi."