Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-05-27 15:43:57    
Menuju Masyarakat Yang Cukup Sejahtera-Prestasi Pertanian Republik Rakyat Tiongkok Dalam 60 Tahun Terakhir

CRI

Tahun ini adalah genap 60 tahun berdirinya Tiongkok Baru. Dalam kurun waktu 60 tahun, pemerintah Tiongkok senantiasa berupaya membangun pedesaan, tidak saja berhasil memecahkan masalah pangan 1.3 miliar orang, tapi juga memungkinkan kehidupan kaum tani mengalami perubahan yang maha besar. Dalam acara kali ini, kami akan perkenalkan prestasi Tiongkok di sektor pertanian selama 60 tahun.

Masalah rawan pangan pernah merupakan masalah kronis di Tiongkok. Long Yongtu?tokoh elite Tiongkok itu dilahirkan di Kota Changsha, Tiongkok tengah pada tahun 1943. Ia kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Forum Asia Bo'ao. Mengenang kembali kehidupan masa lalu, Long Yongtu mengatakan, orang Tiongkok seusianya kebanyakan mempunyai pengalaman pahit kekurangan makanan. Dikatakannya,

" Generasi-generasi seangkatan saya pernah mengalami masalah kelaparan dan kesulitan yang bertubi-tubi. Kami sering kelaparan dan perut kosong hanya diisi dengan waluh rebus ketika itu. Sehingga sekarang lambung mual kalau mencium bau labu merah."

Tiongkok adalah negara besar agraris tradisional, populasi petani dan keluarganya merupakan mayoritas mutlak populasi. Pada tahun 1940-an, sehubungan dengan keterbelakangnya pola pertanian, ditambah dampak bencana alam termasuk kekeringan dan banjir, produksi pertanian Tiongkok lesu, terutama kekurangan hasil pertanian, ditambah berlarut-larutnya perang dalam negeri, banyak orang kekurangan sandang pangan. Konsumsi pangan perkapita setiap petani Tiongkok pada tahun 1949 hanya 180 kilogram.

Setelah Republik Rakyat Tiongkok didirikan pada tahun 1949. Pemerintah Tiongkok mengadakan reformasi di bidang pertanahan dalam waktu tiga tahun, dengan membagi-bagikan tanah, alat-alat pertanian dan hewan peliharaan milik tuan tanah kepada petani yang luas. Kebijakan itu disokong kaum tani, sehingga produksi pertanian segera pulih dan dikembangkan, serta produksi pangan dan kapas melampaui produksi tahun-tahun sebelumnya. Setelah tahun 1952, Tiongkok mengadakan pembangunan secara besar-besaran sarana irigasi dan pengubahan teknologi pertanian, memungkinkan kondisi pertanian mengalami perubahan yang nyata dan hasil produk pertanian bertambah besar. Sampai tahun 1970-an, volume produksi pangan dan kapas bertambah satu kali lipat ke atas dibandingkan dengan tahun 1952.

Akan tetapi, meskipun produksi pangan mengalami pertumbuhan yang maha besar, tapi sehubungan dengan meningkat drastisnya populasi, permintaan akan bahan pangan lebih besar dari pada pensuplaian. Warga Desa Bisheng Kota Chizhou Provinsi Anhui Tiongkok tengah bernama Yang Jiliang mengatakan, masalah pangan selalu dianggap sebagai masalah penting seluruh warga desa. Dalam kurun waktu 1960 hingga 1970-an, masalah pangan tidak dapat dipecahkan, maka, warga terpaksa mengkonsumsi sayur hutan.

Ketika itu, tanah garapan Tiongkok semuanya dikelola secara seragam dengan desa sebagai kesatuan, warga desa bekerja secara seragam dan besar kecilnya hasil dibagi secara merata. Antusiasme kaum tani sangat rendah ketika itu. Akhir tahun 1978, sejumlah warga Desa Xiaogang, Provinsi Anhui terlebih dahulu memutuskan untuk membagi-bagikan semua lahan kolektif kepada setiap petani untuk digarap sendiri, dan hasilnya mencapai 4 kali lipat rata-rata produk tahunan sedasarwarsa sebelumnya. Dengan demikian, pemerintah Tiongkok pada tahun 1980 memutuskan untuk memeratakan cara pengelolaan lahan Desa Xiaogang, yang juga disebut sistem tanggung jawab rumah tangga pertanian kontrak.

Yang Jiliang mengatakan, semua warga di desanya juga menerapkan sistem tersebut. Antusiasme kaum tani bertambah, masalah sandang pangan dapat diselesaikan pada pokoknya, dan pada kenyataannya ialah memecahkan masalah pangan.

Menurut statistik, dari tahun 1978 hingga tahun 1984, hasil rata-rata produksi pertanian tahunan memelihara laju pertumbuhan hampir 8 %. Sejak itu, volume produksi pangan Tiongkok selalu memelihara pertumbuhan yang stabil. Tahun 2008, volume produksi sejenis melampaui 500 juta ton.

Pejabat Jawatan Bahan Pangan Negara Tiongkok, Liu Dongzhu mengatakan, orang Tiongkok pada akhirnya memecahkan masalah sandang pangan melalui upayanya sendiri. Tiongkok menghidupi populasi sebanyak 22 % total jumlah penduduk seluruh dunia dengan menggunakan 7 % lahan garapan dunia, ini tidak dapat tidak dikatakan merupakan suatu keajaiban. Liu Dongzhu mengatakan,

" Tiongkok senantiasa berpijak teguh pada pedoman dalam negeri dalam masalah pangan, menjamin swasembada pangan. Selama beberapa tahun belakangan ini, volume total konsumsi pangan domestik pada pokoknya seimbang dengan volume total produksi, tingkat swasembada pangan rata-rata memelihara 95 % ke atas."

Untuk memobilisasi lebih lanjut antusiasme kaum tani menanam padi-padian, pemerintah Tiongkok beberapa tahun yang lalu memberi subsidi langsung kepada kaum tani yang menanam padi-padian dan membeli mesin-mesin dan alat-alat pertanian, jumlah subsidi itu mencapai 60 miliar lebih yuan RMB pada tahun 2007. Pemerintah Tiongkok juga memperbesar intensitas subsidi untuk sektor pertanian, terus meningkatkan harga pembelian minimum bahan pangan, memperluas lebih lanjut cadangan nasional di bidang-bidang bahan pangan, minyak nabati dan daging-dagingan. Menambah intensitas dukungan dana kepada daerah utama penghasil pangan dalam rangka menjamin kaum tani menambah penghasilan. Pemerintah melalui kebijakan-kebijakan, antara lain sekuatnya mengembangkan industri pedesaan, mendorong surplus tenaga kerja di pedesaan untuk bekerja di kota-kota dan lain sebagainya, menyelesaikan masalah penempatan tenaga kerja populasi pedesaan dan mendorong perkembangan ekonomi pedesaan. Selain itu, Tiongkok pada 8 tahun yang lalu mulai berangsur-angsur menghapuskan pajak pertanian, pada tahun 2006, seluruhnya menghapuskan pajak pertanian, sehingga mengakhiri 2600 tahun lebih sejarah kaum tani Tiongkok yang berladang harus menyetorkan pajak pertanian. Langkah tersebut telah meringankan beban kaum tani sejumlah 1300 yuan RMB setiap tahun.

Langkah-langkah itu telah memungkinkan kehidupan kaum tani lebih makmur dari pada sebelumnya dan berubah sangat besar. Ini juga termanifestasi di Desa Bisheng dimana Yang Jiliang tinggal. Banyak warga desa mempunyai telepun bergerak atau handphone, rumah susun yang dibuat dari bata, bahkan ada yang mampu membeli sedan. Fasilitas listrik, air bersih dan perhubungan juga mengalami perbaikan.

Penghasilan perkapita kaum tani Tiongkok mencapai 30 kali lipat dari pada tahun 1978. Jumlah populasi miskin mutlak Tiongkok berkurang sampai 15 juta ke bawah dari 250 juta sebelumnya.

Yang Jiliang mengatakan, pemerintah masih mengucurkan dana dalam jumlah besar untuk meningkatkan pembangunan sarana dasar di pedesaan. Yang Jiliang mengatakan,

" Di bawah perhatian dan dukungan pemerintah, jalan raya pedesaan, jaminan kesehatan, perumahan petani termasuk taraf kehidupan petani semuanya agak meningkat."

Bersamaan itu, Tiongkok juga berupaya sekuatnya mengalihkan pola produksi pertanian dan mengembangkan pertanian modern. Ini termanifestasi pada peningkatan taraf mekanisme pertanian, penghematan dan pemanfaatan terpadu sumber daya . Kini, proporsi penggunaan mekanisme pertanian telah melampaui 60 %. Cara bercocok tanam dengan irigasi curah, tetes dan perembesan juga dimeratakan di sebagian daerah yang bersyarat.

Berdasarkan target yang ditetapkan pemerintah Tiongkok, sampai tahun 2020, penghasilan murni kaum tani akan bertambah dua kali lipat dari pada tahun 2008, taraf konsumsi meningkat dalam skala besar, gejala kemiskinan mutlak pada pokoknya dilenyapkan. Dewasa ini, pemerintah dan rakyat Tiongkok tengah berupaya bersama menggolkan target itu.