Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-05-27 15:43:57    
Menuju Dunia-Prestasi Diplomatik Republik Rakyat Tiongkok Dalam 60 Tahun Terakhir

CRI

Saudara pendengar, dalam acara Sayembara Pengetahuan Genap 60 Tahun Berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT), akan kami sampaikan laporan tentang hasil-hasil diplomatik yang dicapai Tiongkok selama 60 tahun yang lalu.

"Kami anggota Partai Komunis selalu dengan terus terang menyatakan, kami yakin komunisme dan sistem sosialis adalah bagus, akan tetapi, dalam konferensi ini, tak perlu diterangkan ideologi perseorangan dan sistem politik yang dijalankan di berbagai negara. Delegasi Tiongkok datang ke sini untuk mengusahakan persamaan, dan bukan untuk menonjolkan perbedaan..."

Itulah tadi penggalan rekaman pidato yang disampaikan Almarhum Zhou Enlai, mantan Menteri Luar Negeri Tiongkok dalam Konferensi Bandung yang digelar pada tahun 1955. Konferensi Bandung merupakan konferensi internasional multilateral yang pertama yang dihadiri Tiongkok sejak berdirinya RRT pada tahun 1949. Dalam konferensi itu, lima prinsip yakni saling menghormati kedaultan dan keutuhan wilayah, saling tidak mengagresi, saling tidak menginterfensi urusan dalam negeri, sama derajat dan saling menguntungkan, serta hidup berdampingan secara damai yang diprakarsai oleh Tiongkok dipahami oleh semakin banyak negara. Kini lima prinsip hidup berdampingan secara damai sudah makin meresap dalam relung hati rakyat, dan menjadi prinsip pokok hubungan internasional yang diakui umum.

Tak peduli bagaimana situasi internasional berubah, Tiongkok selalu dengan tegas menjalankan lima prinsip hidup berdampingan secara damai, sehingga Tiongkok memiliki semakin banyak sahabat. Pada masa awal berdirinya RRT, terpengaruh politik isolasi yang dilaksanakan negara-negara Barat, hanya belasan negara yang menggalang hubungan diplomatik dengan Tiongkok pada waktu itu, sekarang tercatat 171 negara yang menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Tiongkok.

Uni Sovyet adalah negara pertama yang mendirikan hubungan diplomatik dengan Tiongkok yang baru. Kedua negara menggalang hubungan diplomatik pada tanggal 2 Oktober tahun 1949, yaitu hari kedua setelah berdirinya RRT. Setelah Uni Sovyet tercerai berai pada Desember tahun 1991, Rusia mewarisi hubungan diplomatik Uni Sovyet dengan Tiongkok. Belum lama berselang, Presiden Tiongkok Hu Jintao mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia Medvedev di London. Pada kesempatan itu, kedua pihak mencapai banyak kesepahaman mengenai peningkatan kemitraan strategis Tiongkok-Rusia, penanggapan bersama krisis moneter internasional, serta peningkatan kerja sama dalam urusan internasional.

Tikhvinsky adalah seorang warga Rusia yang berusia 90 tahun. Sebagai mantan konsul jenderal Uni Sovyet untuk Beijing, ia menyaksikan proses perkembangan hubungan kedua negara dengan mata kepalanya sendiri. Pada Oktober tahun 2008, PM Tiongkok Wen Jiabao berkunjung ke Moskow, dan bercakap mesra dengan Tikhvinsky. Dalam pertemuan itu, Tikhvinsky mengatakan:

" 'Tahun Bahasa Rusia' dan 'Tahun Bahasa Mandarin' yang segera akan diadakan, akan menciptakan syarat bagi kerja sama kedua negara di bidang kebudayaan. Kedua pihak hendaknya meningkatkan kerja sama di bidang kebudayaan dan pendidikan, dan menarik semakin banyak pemuda untuk mengikuti pertukaran tersebut."

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, AS dan negara-negara Barat lainnya berturut-turut menyesuaikan kembali kebijakannya terhadap Tiongkok. Tahun 1971, Henry Kissinger berkunjung ke Tiongkok secara rahasia, kemudian Presiden AS Richard Nixon juga berkunjung ke Tiongkok. Pada Januari tahun 1979, Tiongkok dan AS menggalang hubungan diplomatik penuh.

Pada masa awal penggalangan hubungan diplomatik antara kedua negara, volume perdagangan kedua negara tidak mencapai 2,5 miliar dolar Amerika. Sekarang volume perdagangan Tiongkok-AS sudah melampaui 300 miliar dolar Amerika. Pada April lalu, Presiden Tiongkok Hu Jintao mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama di London. Kedua pihak mencapai kebulatan mengenai pembinaan hubungan Tiongkok-AS yang koperatif dan menyeluruh pada abad ke-21.

Perkembangan Tiongkok-Rusia dan Tiongkok-AS memanifestasikan kebijakan-kebijakan diplomatik yang diambil Tiongkok selama 60 tahun yang lalu. Tiongkok tidak membuat blok dengan negara besar mana pun, berusaha mendirikan hubungan bersahabat dengan semua negara di atas dasar lima prinsip hidup berdampingan secara damai, serta berusaha memperbaiki dan mengembangkan hubungan dengan negara-negara di sekitar dan negara-negara berkembang yang luas. Berkat kebijakan-kebijakan itulah, Tiongkok semakin cepat melangkah ke dunia, dan juga membantu Tiongkok memperoleh hak suara internasional.

Aula Emas dalam gedung PBB merupakan tempat penyelenggaraan konferensi PBB. Urutan kursinya berubah tiap tahun, dan tiap kursi melambangkan kedaulatan suatu negara berdaulat. Pada Oktober tahun 1971, Sidang Majelis Umum Ke-26 PBB dengan suara mayoritas mendukung meluluskan resolusi nomor 2758, memulihkan segala hak sah RRT dalam PBB.

Mantap Wakil Tetap Tiongkok untuk PBB, Ling Qing pernah ambil bagian dalam upaya pemulihan kursi Tiongkok di PBB. Ia mengenangkan:

"Pemulihan kedudukan sah Tiongkok di PBB merupakan kemenangan besar yang dicapai diplomasi Tiongkok. Dilihat dari sudut dunia, kemenangan itu juga patut dirayakan karena diplomasi Tiongkok merupakan diplomasi yang memelihara perdamaian dunia dan mendorong perkembangan bersama."

Pemulihan kedudukan sah Tiongkok di PBB membuka satu lembaran baru dalam kerja sama Tiongkok dengan PBB. Dalam waktu selama 30 tahun sebelum tahun 1978, pemimpin-pemimpin Tiongkok hanya menghadiri 6 kali kegiatan diplomatik multilateral. Sampai sekarang, Tiongkok sudah bergabung dalam seratus lebih organisasi internasional antar pemerintah, 300 lebih konvensi internasional, dan 22 aksi pemeliharaan perdamaian PBB.

Setelah memasuki abad baru, Tiongkok mengemukakan gagasan tentang pembangunan "dunia harmonis". Menteri Luar Negeri Tiongkok Yang Jiechi memperkenalkan:

"Di dunia sekarang, diplomasi seharusnya menciptakan situasi yang saling menguntungkan dan menang bersama. Diplomasi Tiongkok selalu menaati prinsip keharmonisan, kerja sama, saling menguntungkan dan menang bersama.