Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2003-12-03 18:12:34    
Lagu Penggembala di Padang Rumput

cri

Di daerah Otonom Mongolia Dalam dan Propinsi Qinghai terdapat banyak etnis minoritas, misalnya etnis Tibet, Mongolia dan Tu. Belum lama berselang, kami sempat berkunjung ke kedua daerah tersebut, dan sangat terpesona oleh adat kebiasaan setempat yang kuat, khususnya oleh lagu rakyat aslinya.

Seperti etnis minoritas lain, etnis Mongol sangat antusias dan suka menerima tamu, serta lapang dada. Siapa saja datang ke rumah orang etnis Mongol, diterima sebagai tamu agungnya dan akan disuguhi arak dan makanan yang paling lezat. Etnis Mongol bermukim turun-temurun di padang rumput. Angkat toast untuk tamu merupakan cara mereka menyatakan kehormatan dan cinta kasihnya kepada tamu.

Kami mendengar lagu angkat toast yang dinyanyikan oleh seorang penggembala etnis Tibet di padang rumput Keresidenan Otonom Etnis Tibet Beihai di bagian timur laut Propinsi Qinghai. Kata-kata lagu itu antara lain berbunyi: tamu yang datang dari tempat jauh mendatangkan kemujuran kepada kami, kami menyuguhkan arak jelai dataran tinggi yang lezat kepada tamu untuk menyatakan sambutan kami atas kedatangan tamu ke kampung halaman kami. Etnis Tibet terutama bermukim di Tibet, tapi yang bermukim di Qinghai juga banyak, mereka juga antusias dan suka menerima tamu.

Etnis minoritas Tiongkok selalu mengutarakan rasa cintanya dengan nyanyian, etnis Tu yang bermukim di Propinsi Qinghai juga tidak terkecuali, ketika meliput kabupaten otonom etnis Tu di Propinsi Qinghai, kami berhasil merekam lagu rakyat dengan gaya hua-er yang dinyanyikan dua gadis Tu.

Etnis Tu terutama bermukim di Propinsi Qinghai dengan penduduk lebih 200 ribu jiwa. Membawakan hua-er adalah suatu adat kebiasaan rakyat etnis Tu. Menurut kata orang, lagu gaya hua-er tak bisa dinyanyikan di rumah, melainkan harus di ladang, karena itu, ditempat pemukiman rakyat etnis Tu dapat sering dilihat para pemuda dan pemudi bernyanyi bersahut-sahutan lagu gaya itu.

Etnis Tu juga sangat suka menerima tamu. Sebelum tamu datang, mereka telah menyediakan arak yang baik dan menunggu dengan takzim di desa, serta menyuguhkan 3 cangkir arak yang disebut ?arak turun kuda? kepada setiap tamu. Ketika tamu akan meninggalkannya, tuan rumah masih menyuguhkan 3 cangkit yang disebut arak naik kuda kepada tamu. Orang etnis Tu menganggap, semakin banyak tamu minum arak, semakin hangat suasananya dan tuan rumah merasa semakin mulia. Tapi tuan rumah juga sangat toleran kepada tamu yang tidak bisa minum arak, dan tamu cukup mencecahkan jari manis ke dalam arak dan menjentikkannya ke udara untuk menyatakan hormat kepada tuan rumah, tuan rumah akan merasa puas dengan demikian.