Mesjid Quanzhou terletak di pusat perbelanjaan kota Quanzhou Provinsi Fujian. Mesjid Quanzhou yang bernama Mesjid Ashab dalam bahasa Arab didirikan pada tahun 400 penanggalan Islam atau tahun 1009 Masehi oleh kaum Muslim Arab yang menetap di Quanzhou. Mesjid Ashab dibangun dengan meniru gaya bangunan Mesjid Damaskus Suriah. Luasnya 2500 meter persegi, merupakan mesjid bersejarah paling lama yang didirikan oleh kaum Muslim di Tiongkok.
Arsitektur Mesjid Ashab indah dan megah dengan bentuk istimewa, strukturnya unik dan khidmat dan adalah bangunan tipikal gaya bangunan Arab kuno. Mesjid ini juga adalah mesjid struktur batu yang langka di dalam negeri.
Sejak didirikannya, Mesjid Ashab terus diperbaiki melalui dana yang dikumpulkan. Catatan mengenai pembangunan kembali mesjid tiap kali terlihat pada parasasti yang terpelihara di dalam mesjid. Sekarang di mesjid masih terdapat banyak benda budaya terkait lainnya yang patut diperhatikan, misalnya batu prasasti bahasa Mandarin dan bahasa Arab yang bersejarah lama. Di antaranya batu prasasti yang mencatat titah Kaisar Zhu Li Dinasti Ming tahun 1407 tentang perlindungan Mesjid Ashab masih terpelihara utuh tanpa kerusakan. Ini menunjukkan penghormatan pihak penguasa pada zaman kuno Tiongkok terhadap adat istiadat dan kegiatan agama perantau asing di Tiongkok, juga merupakan tanda persahabatan terhadap rakyat Arab.
Seiring dengan jalannya sejarah, sebagian bangunan Mesjid Ashab mulai rusak dan bobrok karena sudah bertahun-tahun tidak pernah diperbaiki. Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, pemerintah Tiongkok menaruh perhatian besar pada petilasan agama Islam dan pernah berkali-kali mengalokasi dana untuk membangun kembali Mesjid Ashab. Mesjid Ashab pada tahun 1984 dibuka kembali setelah diadakan perbaikan dan sejak itu terus dikunjungi oleh tamu dan wisatawan dari dalam dan luar negeri yang mencakup 130 lebih negara dan daerah, termasuk tamu-tamu agung dari 39 negara Islam, misalnya Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Taufik Kiemas, suami Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri serta mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid dan tidak sedikit pangeran Arab. Sementara itu, Mesjid Ashab Quanzhou juga dikunjungi oleh perantau Tionghoa yang bermukim di luar negeri serta saudara-saudara setanah air dari Taiwan, Hong Kong dan Makao sebanyak 130 ribu orang.
Walaupun Mesjid Ashab Quanzhou didirikan pada Dinasti Song Utara, kira-kira tahun 1009 Masehi, namun sejarah masuknya agama Islam ke kota Quanzhou lebih lama daripada seribu tahun. Misalnya Makam Suci Islam di Gunung Lingshan justru bersejarah lebih lama daripada Mesjid Ashab. Jauh pada masa Nabi Muhammad masih hidup, ia pernah menghimbau kaum Muslim agar menuntut pengetahuan dengan tak kenal lelah biarpun harus menempuh perjalanan yang jauh sampai ke Tiongkok. Maka pada awal berdirinya agama Islam, yaitu pada tahun 618 sampai 626 Masehi, penganut dan murid asli Nabi Muhammad berturut-turut berpindah dari Mekah ke Quanzhou Tiongkok Tenggara melalui jalur laut untuk menyebarkan agama Islam. Setelah wafat, mereka dimakamkan di Makam Suci di Gunung Lingshan bagian timur Quanzhou Provinsi Fujian Tiongkok. Sekarang badan terkait pemerintah setempat telah mengajukan permohonan kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan UNESCO PBB agar Mesjid Ashab dan Makam Suci Muslim Gunung Lingshan di kota Quanzhou dicantumkan dalam daftar warisan budaya dunia.
Sekarang di Quanzhou terdapat kira-kira seribu lebih umat Muslim yang tersebar di berbagai sektor dan hidup rukun dengan etnis-etnis lainnya di daerah tersebut.
Sekarang kaum Muslim setempat masih terus adat istiadat agama Islam, misalnya merayakan Hari Lebaran dan berjumat di Mesjid Ashab. Pemerintah rakyat Quanzhou menaruh perhatian besar pada penghidupan penduduk yang menganut agama Islam. Ketua Persatuan Islam Provinsi Fujian Haji Abdullah Huang Qiurun mengatakan: "Pemerintah Tiongkok menjalankan kebijakan yang luwes dengan mengizinkan umat Islam terus mengadakan pemakaman berdasarkan prosedur agama Islam. Selain itu, pada hari-hari raya Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha, kaum Muslim juga diberikan kesempatan berlibur. Pelantikan kader etnis minoritas juga mendapat perhatian yang khusus."
Selama tahun-tahun ini pemerintah dan kalangan agama Quanzhou mencurahkan tenaga sangat besar untuk membangun jalan raya di pedesaan, memasang pipa air leding dan menyelenggarakan sekolah. Kesemua itu mendapat penilaian baik massa Muslim yang luas.
Mengenai hal itu, Haji Abdullah Huang Qiurun mengatakan: "Pemerintah Tiongkok sangat berjasa dalam menunjang ekonomi etnis minoritas dengan mengalokasi dana untuk mengembangkan produksi dan berbagai usaha lainnya."
Pak Huang Bingji yang berusia 54 tahun ini adalah seorang Muslimin yang bekerja di sebuah rumah duka di Quanzhou. Ia juga wakil etnis minoritas Kongres Rakyat Quanzhou dan Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Quanchou. Huang Bingji pada waktu leluasa sering datang ke Mesjid Ashab untuk melakukan sebagian pekerjaan untuk Persatuan Islam setempat. Menyinggung kehidupan dan pekerjaannya sekarang, Huang Bingji mengatakan: "Saya dikaruniai dua anak. Putri sulung adalah seorang mahasiswa di Universitas Liming dan anak bungsu masih duduk di sekolah menengah dan hidup bersama dengan ibunya."
|