Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-04-08 14:30:48    
Situasi Irak Hantui AS [Suara]

cri
Aksi penumpasan besar-besaran yang dilancarkan tentara Amerika Serikat di Fallujah, kota "Jalur Delta Sunni" Irak dengan nama sandi Kewaspadaan dan Ketetapan Hati kemarin memasuki tahap panas. Kekuatan bersenjata anti Amerika melancarkan perlawanan yang gigih terhadap tentara Amerika, korban di kedua belah pihak terus bertambah. Sementara itu, aksi protes besar-besaran yang diorganisasi oleh Moqtada Al-Sadr, pemimpin muda golongan Syi'ah dan melanda seluruh negeri serta konflik kekerasan yang diakibatkannya telah membuat situasi Irak menjadi lebih goncang. Lain daripada sebelumnya, kali ini tentara Amerika menghadapi serangan di dua front yakni golongan Sunni dan golongan Shi'ah. Dalam masalah bagaimana menghindari tidak terkendalinya situasi Irak secara menyeluruh, AS sedang menghadapi pilihan yang serba sulit.

Pihak penguasa pendudukan AS jauh-jauh hari sudah mempunyai persiapan untuk menghadapi perlawanan golongan Sunni yang menempati kedudukan dominan dalam rezim Saddam. Setelah rezim Saddam digulingkan, tentara AS terutama mengambil cara menekan terhadap golongan Sunni, sebagai akibatnya telah menyebabkan terjadinya "Jalur Delta Sunni" yang berpusatkan Fallujah dan kota-kota permukiman muslim golongan Sunni lainnya. Dan di jalur itulah tentara AS kerap mengalami serangan.

Akan tetapi, di daerah Irak selatan tempat permukiman golongan Shi'ah yang merupakan 60 persen lebih jumlah penduduk Irak, situasi tenang-tenang saja. Karena golongan Shi'ah dalam waktu panjang ditekan oleh rezim Saddam, mereka tidak begitu antipati terhadap digulingkannya rezim Saddam oleh tentara AS.

Akan tetapi, sekarang situasinya telah berubah. Tentara AS menduduki Irak dalam waktu panjang, dengan sembarangan menggerebek rumah penduduk, dan melakukan penangkapan secara menghina terhadap penduduk sipil, bahkan membunuh warga yang tidak berdosa. Kesemua itu makin menimbulkan ketidak puasan muslim golongan Shi'ah. Dalam Undang Undang Dasar Sementara Irak, AS lagi-lagi memihak orang Kurdi sehingga lebih menimbulkan ketidak percayaan golongan Shi'ah kepada AS.

Moqtada Al-Sadr, pemimpin muda golongan Shi'ah Irak berhaluan keras sejak dulu menentang pendudukan militer AS terhadap Irak. Aksi protes yang diorganisasi oleh Al-Sadr kali ini telah memberikan kesempatan kepada massa rakyat di Irak menumpahkan rasa tidak puasnya terhadap pendudukan militer AS, kegiatan protes dengan cepat menjalar dan berubah menjadi konflik kekerasan dengan tentara koalisi yang dipimpin oleh AS.

Amerika sebelumnya tidak menduga akan terjadi situasi seperti itu. Presiden AS George W. Bush dan Perdana Menteri Inggris Tony Blair baru-baru ini juga mengakui situasi di Irak sangat gawat, tentara AS dan Inggris di Irak berada dalam posisi sulit.

Menghadapi situasi yang rumit dan panca roba di Irak, timbul perdebatan sengit di dalam negeri Amerika mengenai apakah AS harus menarik atau menambah tentaranya di Irak serta apakah serah terima kekuasaan harus ditunda. Analis menunjukkan, mengingat taruhan pemerintah Bush dalam kebijakan terhadap Irak terlalu besar, maka sebelum pemilihan umum di Amerika, tak peduli betapapun sulitnya tentara AS di Irak, Bush tidak akan sembarangan menarik tentaranya. Mengenai penambahan jumlah tentara di Irak, hal itu juga tidak mudah dilakukan karena jumlah korban tentara AS di Irak terus bertambah. Bush juga tidak akan sembarangan menunda tanggal serah terima kekuasaan, karena hal itu akan berarti bahwa AS tidak dapat mengendalikan dan mendominasi situasi di Irak sehingga tidak menguntungkan bagi Bush. AS akan memilih menyerahkan kekuasaan secara simbolis daripada mengubah tanggal penyerahan kekuasaan. Dalam masalah bagaimana mengendalikan situasi di Irak dewasa ini, ruang pilih AS sangatlah terbatas. Kalau melancarkan penindasan besar-besaran terhadap golongan Shi'ah, pasti akan menimbulkan perlawanan yang lebih besar, dan situasi mungkin akan menjadi tidak terkendali; tapi kalau Al-Sadr dibiarkan berbuat semaunya, begitu kekuatannya membengkak akan menjadi ancaman lebih besar bagi AS. AS sangat khawatir golongan Shi'ah dan golongan Sunni bersatu. AS sedang mencari suatu cara yang disamping dapat menghibur golongan Shi'ah agar mereka patuh kepada Amerika, juga dapat dengan tegas menindas aksi perlawanan mereka. Apakah AS dapat keluar dari krisis di Irak, kita tunggu saja perkembangannya.