Di Tiongkok nama Xishu Shuwu atau Toko Buku Xishu dapat dikatakan sangat terkenal. Sebagai toko buku swasta, Toko Buku Xishu mempunyai 620 toko waralaba di seluruh negeri. Pendirinya Xi Shu adalah anggota Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok.
Xi Shu yang berusia 41 tahun menjadi tenar namanya selaku guru kaligrafi tradisional Tiongkok. Tahun 1985, Xishu yang tidak mau menjadi guru sekolah menengah untuk seumur hidupnya datang ke Beijing setelah meletakkan jabatan. Dengan bakatnya di bidang kaligrafi, Xishu dan beberapa pemuda yang berumur hampir sama dengan dia menyelenggarakan Pameran Kaligrafi Bukan Maopit Nasional Pertama di Beiing. Dengan bantuan berbagai pihak, pameran kaligrafi itu sangat sukses dan pameran pun dipuji sebagai salah satu kegiatan penting kaligrafis tahun itu. Berkat peliputan media pers yang luas terhadap kegiatan itu, maka Xishu yang berusia 22 tahun berangsur-angsur menjadi roang yang cukup terkenal namanya. Setelah itu, Xishu mendirikan sebuah sekolah kaligrafi dengan sistem korespondensi yang merupakan sekolah pertama serupa di seluruh negeri. Sekolah itu mengajarkan kepada para pecandu kaligrafi pengalaman dan hasil penelitian Xishu dalam bidang kaligrafi.
Pada tahun 1995, Xishu mulai meniti kariernya di bidang pustaka. Dengan uang yang diperolehnya dari pengajaran kaligrafi, Xishu membuka Toko Buku Xishu pertama di Beijing. Ketika itu di Beijing sudah terdapat banyak toko swasta, namun persaingan antara satu sama lain belum termasuk sengit. Mengenai sebabnya ia membuka toko buku, Xi Shu menjelaskan: "Pertama, saya berminat pada usaha pustaka. Saya sejak masih kecil suka membaca buku dan pikiran untuk membuka sebuah toko buku sudah lama tertanam di lubuk hati saya. Kedua, saya menganggap bidang itu menyediakan kesempatan perkembangan bagi saya. Pada tahun 1995 dan 1996, saya menemukan bahwa usaha toko buku waktu itu pemasarannya masih sangat tidak cukup dan ini berarti pasar toko buku akan mengalami perkembangan yang pesat, dan proses perkembangan itulah yang mengandung banyak kesempatan."
Tahun 1997, Xi Shu secara resmi menggulirkan "rencana toko buku waralaba", artinya siapa saja boleh membuka toko buku atas nama Xishu dengan syarat dan dana yang ditentukan oleh Xi Shu. Pada akhir tahun itu, jumlah Toko Buku Waralaba Xishu melampaui 100 buah. Tahun 2000, Xi Shu membuka Perusahaan E-bisnis Xishu Jinqi dengan harapan dapat memadukan toko buku tradisional dengan internet sehingga akhirnya mewujudkan model bisnis tritunggal, yang menggabungkan toko buku waralaba, klub pembaca dan toko buku internet. Dengan model bisnis itu, Xi Shu berharap agar omzet dan daya saing toko buku waralaba Xishu dapat ditingkatkan. Kini di seluruh negeri terdapat 620 toko buku waralaba Xishu, merupakan toko buku waralaba yang paling besar skalanya kecuali Toko Buku Waralaba Xinhua milik negara. Dengan prestasinya yang mengagumkan, Xi Shu pun dipuji sebagai "tokoh nomor satu usaha toko buku swasta Tiongkok". Mengenai gelar itu, Xi Shu dengan rendah hati menganggap dirinya hanya melakukan sesuatu yang tepat pada saat yang tepat. Ia mengatakan: "Saya termasuk orang yang bercita-cita dan lagi ngotot. Apa yang disebut cita-cita ialah di benak saya selalu terdapat ambisi yang merangsang saya untuk maju terus pantang mundur. Kadang-kadang cita-cita juga merupakan pandangan yang bijaksana. Di dunia ini, seseorang harus pandai merebut kesempatan dan kecenderungan situasi, maka saya menaruh perhatian besar pada arus perkembangan sosial dan tren perkembangan usaha agar dapat menemukan kesempatan daripadanya. Selama tahun-tahun ini, walaupun saya merasa belum mencapai sukses yang besar, namun saya juga merasa tidak salah, maka saya terus mempertahankan apa yang saya lakukan selama ini."
Sejak menerjunkan diri ke bidang usaha toko buku, Xi Shu menyelenggarakan majalah "Buku Baik" yang mendapat penilaian baik di kalangan pembaca. Untuk meningkatkan daya kohesi Klub Pembaca, Xi Shu memprakarsai sistem pembimbing pakar yang terdiri dari seratus lebih sarjana terkenal untuk merekomendasi buku-buku baik kepada para pembaca.
Mengenang proses beralih dari seorang guru sekolah menengah menjadi majikan toko buku waralaba, Xi Shu merasa cita-cita di kepalanya sangat berperan untuk mencapai tujuan itu. Ia tidak rela dipandang sebagai pedagang murni. Ia berpendapat ia hanya menggabungkan cita-cita dan pekerjaan menjadi satu dan membaca buku telah menjadi bagian dari kehidupannya. Ia mengatakan: "Membaca buku telah menjadi gaya hidup saya. Kalau saya tidak membaca buku, saya akan merasa kosong seperti kehilangan sesuatu dalam kehidupan. Apalagi, jika tidak membaca buku, kita tidak akan maju. Di zaman pancaroba ini, kita harus mempunyai pikiran baru, pandangan baru dan pengetahuan baru, kalau tidak, kita tidak mampu berbuat apa pun."
Xishu mengatakan, dia tidak puas terhadap keadaannya sekarang karena ia masih punya banyak cita-cita lainnya, misalnya ia berambisi maju ke industri media massa dan industri film dan televisi mengingat lingkungan perkembangan industri kebudayaan Tiongkok sangat baik.
|