Kota Guangzhou kota besar di Tiongkok selatan adalah sebuah kota yang penuh daya tarik, di mana terdapat pasar bunga musim semi yang luar biasa ramai dan berbagai macam makanan lezat yang tak terbilang banyaknya serta restoran dan bar yang selalu dipadati oleh pengunjung. Di kota ini orang lanjut usia hidup nyaman, sedang orang muda juga mempunyai kehidupan di luar kerja yang bervariasi. Saudara pendengar, dalam acara Kehidupan Sosial Tiongkok kali ini, marilah bersama-sama dengan kami memasuki kehidupan warga kota Guangzhou.
Warga kota Guangzhuo sering bilang pergi minum teh. Minum teh artinya bersantap di restoran, memesan seteko teh atau beberapa macam kue-kue. Biasanya orang pensiunan dan ibu-ibu rumah tangga suka mengajak beberapa teman bersama-sama minum teh yaitu bersantap di restoran sambil ngobrol tentang urusan rumah tangga atau bermacam-macam hal.
Tan Ai-zhen adalah seorang wanita buruh pensiunan. Ia mengatakan kepada wartawan:" Saya sering mengajak teman-teman minum teh di restoran. Sebenarnya kami mengajak bersama-sama terutama bukan untuk makan, tetapi mementingkan suasana akrabnya. Karena pada kesempatan ini kami dapat puas ngobrol sementara juga bertukar bermacam-macam informasi. Pada masa lampau, minum teh di restoran bisa juga menikmati pertunjuan opera daerah setempat, tapi sekarang hanya di beberapa restoran bersejarah lama seperti restoran yang dinamakan Taotaoju masih dipelihara tradisi itu." Tan Ai-zhen wanita pensiunan itu mengatakan pula, selama beberapa tahun ini, restoran-restoran kota Guangzhou mengalami perubahan besar, selain dekorasi ruangnya bagus-bagus dan makanannya juga dibuat lebih halus dan bervariasi.
Selain orang pensiunan seperti wanita itu yang suka minum teh di restoran, orang muda kalau sempat pergi juga. Minum teh di restoran bagi mereka merupakan juga suatu kesempatan pertukaran, dimana mereka mengobrol tentang pertandingan olahraga atau mengutarakan kesenangan dan kerisauan dalam pekerjaan. Sementara itu, para pengusaha juga memilih minum teh di restoran untuk membicarakan urusan bisnisnya. Dalam liputan wartawan CRI kali ini, seorang pengusaha swasta bernama Li Gang mengutarakan kesannya yang berlainan: kesempatan minum teh di restoran dimanfaatkan pengusaha seperti ia untuk memperoleh informasi dan mengonsultasikan urusan bisnis. Kalau tidak suka minum teh di restoran katanya akan kehilangan banyak kesempatan memperoleh rejeki dan juga tidak bisa berbaur dengan kehidupan perdagangan. Maka bagi warga Kota Guangzhou minum teh di restoran berarti juga mengecap makanan lezat, dan sementara itu mengakrabkan hubungan satu sama lain dan bertukar informasi. Demikian kata pengusaha swasta itu.
Sementara itu, minum teh di restoran juga mendemonstrasikan suasana kekeluargaan. Konsep keluarga warga kota Guangzhou relatif kuat. Hari Sabtu dan hari Minggu biasanya adalah waktu yang paling ramai dengan tamu di restoran kota Guangzhou, di antaranya sebagian besar pelanggan adalah keluarga yang bersantap bareng. Pada saat itu seluruh ruang makan restoran dipenuhi suasana kekeluargaan yang kental. Para nenek dan kakek bercakap-cakap dengan santai, orang muda bersenda gurau, sedangkan anak-anak nakal berlari-lari.
Selain suka minum teh di restoran, warga Guangzhou dalam santapannya juga mementingkan sup baik di restoran maupun di rumah. Dalam menu warga Guangzhou, sup pasti menjadi pembuka dan membuat sup juga menjadi standar yang mengukur tehnik masakan seorang ibu rumah tangga.
Nyonya Huang Shaokuan adalah seorang dosen, salah satu kegemarannya adalah memasak sup pada waktu senggang. Ia menerangkan kepada wartawan:" Sup di mata warga Guangzhou relatif penting. Sup untuk 4 musim isinya tidak sama. Misalnya untuk musim semi, isinya menyehatkan limpa atau sup untuk musim panas menghilangkan panas dalam. Kalau musim dingin biasanya isi sup pakai obat kuat untuk menumbuhkan energi vital dan menambah darah." Demikian penjelasan Ibu Huang.
Hawa di kota Guangzhou hangat dan basah, sepanjang tahun bunga-bunga mekar, maka kota Guangzhou juga dijuluki sebagai "kota bunga". Kehidupan sehari-hari warga kota Guangzhou tak terpisahkan dengan bunga-bunga. Kalau belanja ke pasar sayur-mayur, ibu rumah tangga pasti beli bunga untuk rumahnya. Sementara itu, di balkon juga terpajang bermacam-macam pot bunga dan di ruang tamu dan ruang tidur juga selalu ada bunga. Di situ yang paling mengesankan adalah pasar bunga musim semi ukuran besar yang diadakan sekali setahun waktu merayakan Hari Raya Musim Semi atau Hari Raya Tahun Baru Imlek. Dua atau tiga hari menjelang hari raya, petani bunga di peluaran kota Guangzhou sibuk mengantar berbagai macam bunga ke daerah kota dan beberapa jalan yang ramai dijadikan pasar bunga sementara. Selama hari raya, berduyun-duyun warga kota Guangzhou berkunjung ke jalan yang dijadikan pasar bunga itu untuk belanja atau menikmati bunga, di antara mereka tak sedikit turis-turis dalam dan luar negeri.
Konsumsi bunga dalam jumlah besar warga kota Guangzhou mendorong kemakmuran pasar bunga kota Guangzhou. Sekarang di peluaran kota terbentuk beberapa perkebunan bunga ukuran besar. Seorang petani bunga yang sudah 6 tahun bekerja di perkebunan itu mengatakan: " Kerja menanam bunga adalah usaha yang susah payah. Kadang-kadang untuk menumbuhkan suatu jenis baru, mereka alami kegagalan berkali-kali, baru bisa berhasil." Dikatakannya, kini hasil guna perkebunan bunga semakin baik dari tahun ke tahun. Ia dengan senang hati memperindah kehidupan warga Guangzhou dengan jerih payahnya.
|