Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-06-04 14:59:43    
Festival Xuedun di Tibet

cri

Tibet yang terletak di Tiongkok barat daya menarik minat wisatawan manca negara dengan sejarahnya yang panjang, pemandangan alamnya yang indah dan megah serta budaya dan seni etnisnya yang kental bercorak agama misterius. Wisatawan terpukau oleh pemandangan danau tanah tinggi yang biru jernih, gletser yang beku sepanjang tahun, gurun gobi yang luas dan sunyi, padang rumput luas tak bertepi dengan kawanan sapi dan domba tersebar di sana sini, lembah sungai yang kuning keemas-emasan oleh tanaman Qingke dan kuil-kuil tua bersejarah ribuan tahun yang dihias gemerlapan. Selain itu, hari-hari raya yang berciri khas di Tibet memperkenalkan budaya mereka yang beragam dan khas.

Festival Xuedun dinamakan pula Festival Yoghurt. "Xue" dalam bahasa Tibet berarti yoghurt atau susu yang diproses menjadi susu asam, dan "Dun" berarti jamuan atau pesta. Maka, Festival Xuedun secara harfiah berarti pesta atau hari raya yoghurt. Hari raya ini berlangsung sekitar satu pekan dimulai dari bulan 7 almanak Tibet ( antara akhir Agustus dan awal September).

Berbicara tentang asal usul Festival Xuedun, dapat dirunut sampai sebelum abad ke-17, ketika itu festival tersebut murni kegiatan agama. Pendiri Sekte Kuning agama Buddha Tibet Tsong Khapa membuat suatu peraturan bahwa para penganut agama tersebut hanya diizinkan mempelajari ajaran agama di dalam ruangan, dan dilarang melakukan kegiatan di luar ruangan, karena musim panas adalah musim paling aktif bagi semua biota di dataran tinggi, dengan demikian dapat melindungi hewan dari pembunuhan. Larangan itu berlangsung sampai akhir bulan 6 atau awal bulan 7 almanak Tibet. Sampai waktunya larangan itu berakhir, para biksu akan keluar dari kuil dan turun gunung untuk bermain-main, selain menikmati pesta yoghurt sumbangan masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan sejarah, selain makan yoghurt, pameran gambar Buddha dan pertunjukan opera Tibet lambat laun menjadi isi penting Festival Xuedun, maka dinamakan pula Festival Pameran Buddha dan Festival Opera Tibet. Kini, Festival Xuedun telah menjadi hari raya rekreasi budaya massal etnis Tibet yang beragam.

Salah satu acara penting Festival Xuedun adalah pameran gambar Buddha. Untuk itu, kuil-kuil utama di kota Lhasa memamerkan gambar Sakyamuni, pendiri agama Buddha yang dilukis sangat indah dalam ukuran raksasa yang disimpan dalam kuil untuk disembahyangi para jemaat. Di antaranya yang paling terkenal adalah pameran gambar Buddha di kuil Zhibang.

Pagi-pagi, hari masih belum terang pada hari pertama Festival Xuedun, para jemaat dari berbagai tempat seluruh kota Lhasa dan wisatawan dari berbgai penjuru sudah berkumpul di kaki Gunung Peiwuzhi, pinggiran barat kota Lhasa di mana Kuil Zhibang berada. Arus manusia terus mengalir ke kuil yang terletak di pinggang gunung itu. Para jemaat berkomat kamit membacakan ajaran agama sambil memutar-mutar cakra dharma di tangannya. Suara pembacaan ajaran agama menggema di sekitar, ada pula yang meletakkan Aihao, semacam tumbuhan liar di tumpukan tepi jalan sambil memanjatkan doa kepada sang dewa di lubuk hatinya. Asap dupa mengepul menambah suasana ritual yang kental.

Gambar Buddha yang dipamerkan Kuil Zhibang tingginya 38 meter, lebar 32 meter, adalah gambar Buddha terbesar yang dipamerkan di kuil-kuil selama Festival Xuedun. Diiringi sinar fajar yang mulai terbit, sebuah gambar Buddha sangat besar yang indah lukisannya terbuka perlahan-lahan di lereng bukit dalam penantian para umat dan wisatawan. Para umat etnis Tibet memohon berkah kepada gambar Buddha dengan menangkupkan kedua belah tangan, serta melemparkan selendang sutra Hada yang berwarna putih bersih ke arah gambar Buddha sebagai pernyataan rasa hormat. Ada juga umat yang tak dapat menahan emosinya untuk menjamah gambar Buddha yang suci itu dengan harapan agar memperoleh berkah sang Buddha. Banyak wisatawan asing juga tertegun menyaksikan gambar raksasa Buddha itu. Dengan kamera di tangan, mereka mengabadikan adegan yang megah itu.

Seorang wisatawan dari Amerika, Glay mengatakan, sungguh sangat mengagumkan. Sulit dipercaya anda dapat menyaksikan gambar Buddha dalam ukuran begitu besar. Demikian kala Glay.

Selama Festival Xuedun, selain pameran gambar Buddha, opera Tibet adalah acara tradisional yang tak boleh kurang.

Opera Tibet bermula pada abad ke-7 Masehi, berkembang pada abad ke-15 dan berangsur-angsur menjadi bentuk pertunjukannya sekarang ini setelah abad ke-17. Opera Tibet adalah seni pertunjukan terpadu yang mengkombinasikan drama, tari, musik dan dialog, terdapat 8 repertoir tradisional, maka disebut 8 lakon Tibet.

Wang Li, seorang wisatawan dari Provinsi Sichuan dengan sangat berminat menyaksikan pertunjukan opera Tibet. Ia mengatakan, opera Tibet memiliki ciri etnis yang terang, khususnya kostum mereka. Rakyat etnis Tibet sungguh mengagumkan, mereka pandai menyanyi dan menari, tak peduli pria maupun wanita.

Selain pameran gambar Buddha dan pertunjukan opera Tibet, selama festival itu digelar pula pertunjukan balada, drama mini, serta tari dan nyanyi etnis Tibet. Direktur Biro Kebudayaan Kota Lhasa, Huang Mingqing mengatakan, Kota Lhasa yang mengalami perubahan dari hari ke hari kini sudah tampak seperti sebuah kota modern, sementara kebudayaan dan keseniannya terus berkembang. Kini, rakyat Tibet hidup damai dan tenteram, cukup sandang dan pangan. Sejalan dengan meningkatnya taraf penghidupan rakyat, Lhasa dan Tibet terus berkembang, dan kegiatan budaya Festival Xuedun juga akan semakin meriah dan besar skalanya.

Kini, Festival Xuedun sudah tidak sebatas kegiatan agama dan budaya, melainkan telah berkembang menjadi suatu pesta akbar yang mencakup pertunjukan seni dan budaya, pertandingan olahraga, promosi dan pameran dagang serta pariwisata. Dengan itu ingin diperlihatkan kepada dunia luar wajah kota Lhasa yang makmur.