Antara akhir abad ke-5 dan abad ke-6, agama Buddha sangat populer di Tiongkok. Pada masa itu, baik pemerintah maupun kalangan rakyat sama-sama gemar membuat patung figur Buddha. Gua Yungang yang penuh dengan patung Buddha di Kota Datong, Propinsi Shanxi, Tiongkok Utara justru adalah warisan budaya berharga peninggalan zaman tersebut. Gua Yungang mewakili taraf tertinggi kesenian gua Tiongkok pada masa itu. Berikut kami sampaikan laporan rinci tentang Gua Yungang.
Gua Yungang terletak di kaki Gunung Wuzhou, Kota Datong, Propinsi Shanxi, Tiongkok Utara. Gua itu mulai digali pada tahun 453 Masehi, yaitu pertengahan abad ke-5, tapi proyek pemahatan patung Buddha terus berlangsung sampai awal abad ke-6.
Gua Yungang sebenarnya adalah kelompok gua yang digali di sebelah Gunung Wuzhouter sepanjang seribu meter dari timur ke barat. Sekarang Gua Yungang terutama terdiri dari 45 gua dengan jumlah patung Buddha tercatat 51 ribu buah. Dilihat secara keseluruhan, Gua Yungang sangat megah.
Di dalam Gua Yungang terdapat aneka ragam patung, maka gua itu dijuluki sebagai khazanah kesenian patung zaman kuno Tiongkok. Gua-gua yang terdapat di Gua Yungang dapat dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman awal, zaman pertengahan dan zaman akhir. Dengan berbedanya zaman pemahatan, patung-patung pun berbeda gayanya. Misalnya patung pada zaman awal kelihatannya bergaya megah dan gagah, sedangkan gua yang terbuat pada zaman pertengahan terkenal dengan patung-patung yang halus dan berdekorasi mewah. Sedangkan gua-gua yang terbentuk pada zaman akhir, berskala kecil dan patungnya kelihatan langsing dan cantik, dengan perbandingan tubuhnya cocok sekali, merupakan teladan kesenian gua bagian utara Tiongkok. Selain itu, patung-patung mengenai musik, tari dan akrobatik yang terdapat dalam Gua Yungang juga merupakan manifestasi populernya pikiran agama Buddha dan pencerminan kehidupan sosial pada waktu itu.
Gua Yungang digali dalam tiga zaman, yaitu zaman awal, zaman pertengahan dan zaman akhir. Gua-gua yang tergali dalam tiga zaman itu masing-masing dengan benar mencatat sejarah perkembangan kesenian agama Buddha India dan Asia Tengah ke arah kesenian agama Buddha Tiongkok, sekaligus mencerminkan proses sekularisasi dan nasionalisasi pembuatan patung agama Buddha di Tiongkok. Di Gua Yungang terdapat patung-patung agama Buddha yang berbeda gaya pemahatannya, tapi saling bercampur-baur. Dengan ciri khas itulah, kesenian Gua Yungang dipuji sebagai Pola Yungang dan merupakan titik balik perkembangan kesenian agama Buddha Tiongkok. Di gua-gua zaman pertengahan, terdapat patung balairung gaya Tiongkok, sedangkan dalam gua-gua zaman akhir, terdapat lebih banyak patung yang memanifestasikan kesenian arsitektur tipe Tiongkok. Gejala ini menunjukkan semakin nasionalisasinya kesenian agama Buddha.
Gua Ke-5 di Gua Yungang adalah gua yang paling besar skalanya. Di depan gua itu terdapat sebuah gedung kayu bertingkat empat. Di tengah gua itu terlihat satu patung Buddha dengan tingginya mencapai 17 meter. Di atas lutut patung Buddha itu dapat ditampung 120 orang. Sedangkan di satu kakinya juga dapat berdiri 12 orang. Sebagai perbandingan, di Gua Ke-15 terdapat satu patung Buddha yang duduk yang berskala sangat kecil. Di dalam gua itu terdapat 10 ribu lebih patung Buddha, maka gua itu pun dijuluki orang sebagai "gua 10 ribu Buddha". Di antaranya, patung Buddha yang paling kecil hanya beberpa sentimeter tingginya.
Gua Yungang mewakili taraf tertinggi kesenian gua zaman awal Tiongkok. Di antara 50 ribu lebih patung, baik patung Buddha, pemain musik, maupun manusia dan dewa, semuanya terpahat dengan seni dan teknik tinggi. Pada Desember tahun 2001, Gua Yungang dicantumkan dalam Daftar Warisan Dunia. Dewan Warisan Dunia menilai Gua Yungang sebagai karya representatif pada masa puncak pertama kesenian agama Buddha Tiongkok.
|