Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-11-17 15:33:42    
Liuyang--- Kota Kembang Api

cri

Alunan merdu lagu Sungai Liuyang membawa kita pada sebuah kota kecil yang terletak di Tiongkok tengah selatan, Liuyang namanya. Kota yang subur ini tidak luas dan dikelilingi gunung dan sungai. Dikenal sebagai kota kembang api berhubung kembang api buatan kota ini sangat terkenal indahnya.

Satu jam lebih bermobil dari Cangsha, ibukota Provinsi Hunan, sampailah kita pada kota Liuyang. Yang paling tersohor di kota ini adalah Sungai Liuyang yang melintas di kota dan karena itu pula kota ini dinamakan Liuyang. Perjalanan kita akan dimulai dari bertamasya di sungai tersebut.

Sungai Liuyang banyak lekuk-lekuknya dan pemandangan sepanjang sungai sangat menarik. Di setiap lekuk sungai terdapat gosong yang subur. Dusun-dusun berlindung di balik hutan bambu dan pohon yang rimbun, membentuk gambaran desa indah yang mungil di Tiongkok selatan. Sampai di tempat yang dangkal, anda bisa turun ke sungai untuk merasakan kesejukan dan kenyamanan seperti dipijat oleh air dan batu-batu di dasar sungai. Kalau lagi beruntung, barangkali anda bisa menemukan batu seruni yang hanya terdapat di sungai Liuyang. Mengenai jenis batu itu, Du Xinqi yang turun temurun tinggal di tepi Sungai Liuyang mengatakan,"Batu seruni adalah batu khas yang hanya terdapat di Sungai Liuyang. Gambaran bunga seruni secara alamiah berada di dalam batu, dan menjadi benda seni setelah diukir oleh seniman pemahat. Batu seruni cukup tersohor di dunia, yang mahal bisa mencapai sekitar 20.000 dolar Amerika."

Gambar bunga seruni terjadi pada jenis batu itu sekitar 200 juta tahun silam. Yang panjang menjulur indah seperti daun mahkota bunga seruni. Sekitar 400 tahun yang lalu, seniman di Liuyang mulai mengumpulkan batu seruni dan mengukirnya menjadi ukiran batu seruni dalam berbagai gaya dengan memanfaatkan gambar aslinya seperti pemandangan, bunga, burung dan manusia. Sekatan ukiran batu seruni karya seniman Liuyang bernama Dai Qingsheng pernah memperoleh hadiah medali emas dalam Pekan Raya Dunia Panama pada tahun 1915. Ukiran batu seruni terbesar yang pernah disaksikan wartawan di Liuyang sebesar 8 meter persegi, pada alasnya terukir seekor naga dan pada tubuh naga itu terdapat gambar puluhan bunga seruni asli warna putih yang bersusun-susun, tampak indah sekali.

Menyusuri Sungai Liuyang menghulu sejauh 20 km lebih, sampailah kami di gunung Dawei, mata air Sungai Liuyang. Gunung Dawei adalah taman hutan tingkat nasional di mana terdapat lebih 2.000 jenis tumbuhan dan 50 jenis binatang. Suhu udara rata-rata di sini di bawah 12 derajat Celsius. Di Gunung Dawei terdapat banyak obyek wisata yang indah. Di waktu musim semi, bunga azalea bermekaran semarak menghias seluruh gunung. Di gunung itu ada semacam pohon yang dinamakan pohon gatal, kalau disentuh, pohon itu akan bergetar seperti takut digelitik.

Seperti yang telah kami singgung tadi, Liuyang adalah kota kembang api. Kembang api produksi kota ini tersohor di dunia, maka Museum Kembang Api Liuyang merupakan suatu acara kunjungan wisata yang menarik. Di museum itu, kita bisa menyaksikan asal usul kembang api dan pasang surut perkembangannya. Pemandu wisata Yuan Huijuan mengatakan,"Kembang api Liuyang sudah bersejarah 1.400 tahun. Museum ini mengumpulkan teknologi pembuatan kembang api dari sejak muncul sampai sekarang. Kerajinan membuat kembang api kini sudah jarang kita jumpai, kebanyakan sudah dibuat dengan mesin. Teknologi kerajinan itu dikoleksi sebagai peringatan bagi kembang api Liuyang."

Di museum tersebut dipamerkan berbagai macam alat untuk membuat kembang api yang digunakan di kalangan rakyat Liu Yang selama hampir 700 tahun. Beberapa pengrajin lanjut usia mendemonstrasikan cara pembuatan petasan. Menyaksikan cara pembuatan petasan dengan tangan itu, baru kami ketahui bahwa untuk membuat petasan sekecil itu diperlukan belasan proses, sungguh tidak gampang. Namun, pembuatan petasan dan kembang api kini sudah dilakukan dengan menggunakan mesin dan teknologi tinggi. Liuyang kini memproduksi lebih 3.000 jenis kembang api yang dipasarkan ke lebih 100 negara dan daerah di dunia. Kembang api yang dipasang pada hari-hari raya di Tiongkok hampir semuanya buatan Liuyang.

Demi keamanan diperlukan izin khusus untuk membeli kembang api karena wisatawan dilarang membawa benda itu tanpa izin. Namun, wisatawan tidak perlu kecewa, karena selain kembang api, masih banyak oleh-oleh yang bisa dibeli, antara lain batu seruni dan lain-lain.

Di kota Liuyang ada sebuah jalan adat, di kedua sisinya adalah rumah penduduk yang sudah bersejarah lama, di di tengah jalan berjajar ukiran batu dengan motif binatang shio atau 12 binatang yang melambangkan tahun kelahiran seseorang menurut penanggalan Imlek. Pemandu wisata Dong Cui'e mengatakan,"Jalan adat ini dirancang untuk memperagakan adat dan budaya penduduk setempat. Ukiran-ukiran batu itu sangat hidup. Toko-toko di kedua tepi jalan menjual hasil khusus Liuyang seperti batu seruni, taoci, kue dan kembang api."

Malam itu, kami menyaksikan pertunjukan kembang api yang sangat indah, ada yang seperti bintang bertaburan di langit, ada yang mirip dengan air terjun, ada pula yang mekar seperti bunga atau ekor burung merak yang mengembang. Yang paling menakjubkan ialah kembang api yang menyerupai bunga hibiskus yang bertahan sampai dua menit di udara, dan satu lagi berupa lukisan pemandangan Gunung Dawei yang terdiri dari banyak sekali kembang api di udara malam, di mana terdapat pohon-pohon yang dibelai angin dan sungai kecil yang mengalir dengan airnya yang gemercik. Entah bagaimana kembang api seindah itu dibuat. Beberapa hari setelah meninggalkan Liuyang, tapi gambaran kembang api yang indah itu masih lekat dalam ingatan.