Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-12-08 16:32:12    
Kaifeng

cri

Kota Kaifeng di Provinsi Henan adalah ibukota Dinasti Song Utara antara abad ke-10 dan abad ke-12 Masehi, waktu itu dinamakan Bianliang. Banyak tokoh terkenal di kota itu dalam sejarah, di antaranya yang paling banyak dikenal masyarakat adalah Bao Zheng, atau Hakim Bao dan sinetron yang banyak diputar tentang kisah hakim tersebut dengan judul Judge Bao.

Bao Zheng dikenal hampir setiap orang di Tiongkok. Pejabat Dinasti Song Utara hampir seribu tahun yang lalu itu dikenal dengan kebersihan, keadilan dan ketegasannya dalam menegakkan hukum. Ia tabah, jujur, tegas dan tidak menjilat atasan. Demi menegakkan hukum, ia telah menghukum mati menantu kaisar; dengan tidak pandang bulu, ia telah menghukum mati kemenakannya sendiri yang melanggar hukum. Kalau anda ingin melihat perangai Hakim Bao serta menyaksikan tempat Hakim Bao mengadili perkara dan menyelami rasa hormat masyarakat Tiongkok terhadap Hakim Bao, maka ikutilah kami berkunjung ke kota Kaifeng.

Opera Peking dalam lakon "Perkara Eksekusi Chen Shimei" adalah sebuah lakon yang sangat populer di Henan bahkan seluruh negeri. Dikisahkan dalam lakon itu bahwa pada zaman Dinasti Song Utara, adalah seorang laki-laki yang bernama Chen Shimei. Ia selalu mendambakan dan mengejar kedudukan pangkat dan kekayaan. Untuk bisa menjadi menantu kaisar, ia tak segan-segan mencoba membunuh istri dan putranya yang pernah senasib sepenanggungan dengannya. Akhirnya ia diganjar hukuman mati oleh Hakim Bao. Lakon itu digemari masyarakat sampai sekarang karena Hakim Bao adalah pejabat yang jujur, bersih dan prestasi kerjanya sangat unggul sehingga sangat dicintai oleh rakyat.

Punjung prasasti adalah obyek wisata pertama yang dikunjung begitu memasuki kota Kaifeng. Punjung ini ada kaitannya dengan Hakim Bao. Di sebelah dalam gerbang kota terdapat punjung prasasti yang terletak masing-masing di sisi timur dan barat gerbang kota. Pada prasasti batu di sebelah timur tercatat daftar nama para pejabat yang pernah menempati posisi di kota Kaifeng pada zaman Dinasti Song Utara serta masa mereka menempati jabatannya. Di atas prasasti batu warna hitam tercatat nama-nama sekitar seratus pejabat, namun tidak ada nama Hakim Bao. Kami terheran-heran tidak habis mengerti mengapa dalam catatan resmi itu tidak terdapat nama Hakim Bao. Pemandu wisata, Liu Jing mengatakan sambil menunjuk bagian yang rusak pada prasasti batu itu bahwa nama Hakim Bao tadinya terukir di bagian yang rusak itu. Tapi mengapa justru bagian yang terukir nama Hakim Bao yang rusak. Liu Jing mengatakan,"Karena Hakim Bao adalah citra pejabat yang bersih dan jujur. Pengunjung yang datang ketika melihat nama Hakim Bao selalu menyentuh namanya dengan jari. Lama kelamaan, sentuhan jari orang yang begitu banyak akhirnya menghapus ukiran nama Hakim Bao."

Kami terkagum-kagum melihat lekuk yang dalam pada prasasti batu yang keras itu, sekaligus menambah rasa hormat kami kepada Hakim Bao.

Setelah melihat prasasti, kami mengunjungi ruang kantor pejabat kota Kaifeng pada zaman dulu, di sini pejabat mengeluarkan perintah, menangani urusan pemerintah dan memeriksa perkara penting. Di tengah ruangan terpampang sebuah papan yang bertuliskan huruf-huruf dengan goresan yang sangat kuat yang berbunyi "Terbuka dan Jujur", membuat suasana ruangan sangat serius dan khitmad.

Di atas meja di tengah ruangan terletak bilah-bilah bambu berwarna merah dan hitam, yang berwarna merah digunakan oleh pejabat untuk memerintahkan penggunaan alat penyiksaan terhadap tahanan, sedang yang berwarna hitam digunakan untuk memerintahkan penangkapan pelaku kejahatan, kurang lebih sama dengan perintah penangkapan sekarang ini. Di belakang meja kantor adalah sekatan yang bergambar deburan ombak laut yang menghantam batu karang untuk memperingatkan para pejabat agar bertindak bersih dan jujur seperti air laut, jangan korup dan menyalahi hukum.

Yang paling menarik perhatian ialah tiga buah gunting pancung terbuat dari perunggu sepanjang lebih satu meter, terletak berjajar di depan meja. Melihat ukiran kepala naga, harimau dan anjing pada gunting pancung itu, kami seolah menyaksikan keadaan bagaimana penjahat-penjahat yang ganas ratusan tahun lalu diganjar hukuman yang setimpal.

Ketiga gunting pancung itu berbeda bentuknya, digunakan untuk menghukum pelaku kejahatan dari kelas-kelas masyarakat yang berbeda. Dari orang yang berkuasa dan berkedudukan tinggi sampai rakyat jelata, begitu melanggar hukum, tak ada yang bisa lolos dari hukuman pengadilan kota Kaifeng. Seorang wisatawan sedang menjelaskan kegunaan gunting pancung itu kepada putranya :"Kalau kerabat kaisar yang berbuat kejahatan berat dengan melanggar hukum, mereka dihukum mati dengan gunting pancung yang tengah itu yang ada ukiran kepala naganya. Kalau pejabat yang melanggar hukum, dieksekusi dengan gunting pancung yang ada ukiran kepala harimau. Sedang rakyat jelata kalau melanggar hukum, dieksekusi dengan gunting pancung yang ada gambar kepala anjing."

Dalam opera dan drama, Hakim Bao dilukiskan sebagai pejabat yang bermuka hitam dan patungnya dibuat setinggi 3,8 meter, seberat 5,6 ton. Muka warna hitam dalam opera di Tiongkok mewakili tokoh yang jujur dan tegas, sedang muka warna putih mewakili tokoh pejabat korup dan jahat. Dalam bayangan masyarakat, Hakim Bao adalah seorang yang tinggi besar perawakannya, namun sebenarnya tinggi badannya tidak lebih dari 1,62 meter.

Di kota Kaifeng terdapat pula museum patung lilin yang menggambarkan suasana zaman dulu di mana rakyat miskin dengan pakaian compang camping sedang mengadu kepada Hakim Bao. Hakim Bao dengan penuh perasaan memapah rakyat yang bersujud menyampaikan gugatan. Disampingnya ada pula patung tokoh orang jahat dengan mimik ketakutan.

.