Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-12-22 12:06:54    
Taiyuan

cri

Alunan irama lagu Opera Shanxi yang sudah bersejarah lama membawa kita ke Taiyuan, ibukota Provinsi Shanxi.

Kota Taiyuan yang terletak di Tiongkok bagian tengah utara ini sudah bersejarah 2.500 tahun. Di samping sebagai kota tua yang bersejarah lama, Taiyuan juga merupakan kota modern dengan gedung-gedung pencakar langit dan kendaraan mobilnya yang hilir mudik. Tapi di gang-gang dan jalan kota itu, kita masih bisa menemukan jejak sejarahnya.

Jalan Yingze yang lebarnya lebih 80 meter membelah kota Taiyuan menjadi dua bagian, selatan dan utara. Berdiri di jalan yang ramai ini, kita bisa menyaksikan sejarah dan kekinian hadir berdampingan: di sudut barat laut Lapangan 1 Mei di mana berdiri gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, hadir sebuah istana zaman kuno dengan tembok merah dan genting glasir warna hijau. Itulah Istana Cunyang, sebuah kuil agama Tao yang sudah bersejarah seribu tahun. Kuil itu mengkombinasikan seni bangunan kuil Taoisme dengan seni pertamanan, menyekat kebisingan kota di luar dan menghadirkan suasana yang sunyi dan tenang.

Berjalan ke arah barat menyusuri Jalan Yingze, kita akan melihat sebuah jalan yang antik, Jalan Liuxiang namanya. Di kedua sisi jalan ini terdapat toko atau kedai dengan merek yang bersejarah lama dan pusat-pusat perbelanjaan yang besar dan megah. Di sini, kita bisa berbelanja dalam suasana nyaman, atau membeli makanan kecil khas setempat dan mendengarkan opera daerah Shanxi. Ren Rong yang mengadakan perjalanan dinas di Kota Taiyuan mengatakan,"Selalu ada kejutan berjalan-jalan di kota ini. Pada pohon-pohon di pinggir jalan tergantung papan kecil bertuliskan usia dan nomor urutan pohon itu. Di gang-gang kecil, tiba-tiba muncul toko buku yang sangat bagus dekorasinya dengan memperdengarkan lagu-lagu ringan yang merdu, membuat suasana nyaman dan santai. Hidangan mi restoran atau warung di sini cukup lezat cita rasanya."

Bagi Taiyuan yang sarat oleh perjalanan sejarah, Kuil Jinchi yang terletak di bagian barat daya kota itu merupakan sebuah buku sejarah. Setiap batang rumput dan pohon di kuil itu merekam catatan tentang kota tersebut: Pohon sipres yang berusia lebih 2.000 tahun sampai sekarang masih hijau rimbun, menyaksikan segala yang terjadi di dunia ini. Dari tulisan yang terukir pada prasasti, buah tangan Kaisar Li Shimin dari

Dinasti Tang pada abad ke-7, kita dapat membayangkan bagaimana kaisar muda itu memulai usahanya dengan melancarkan pemberontakan di kota Taiyuan dan akhirnya berhasil mendirikan Dinasti Tang yang jaya dalam sejarah Tiongkok. Kaisar Dinasti Song pada masa seribu tahun yang lalu membangun Istana Bunda Suci untuk ibunya. Dalam istana itu terdapat 44 patung pelayan wanita yang sangat halus dan hidup dengan potongan tubuhnya yang indah, wajah yang bulat dan cantik, seolah kita bisa mendengar bicara dan tawa mereka, serta merasakan pernapasan mereka......

Kuil Jinchi yang dibangun pada abad ke-11 sebelum masehi, pernah dipugar dan diperluas dari zaman ke zaman, dan sekarang ini telah menjadi sebuah kelompok bangunan kuil. Setiap paviliun, punjung, peranginan dan jembatan di kuil ini menyimpan banyak cerita dan dongeng. Seorang wisatawan dari Beijing, Ning Qiwen mengatakan,"Di Kuil Jinchi ini terdapat banyak benda budaya. Meski halaman kuil ini tidak luas, dan begitu masuk pintu akan tampak tembok belakangnya, namun kuil ini adalah miniatur budaya Shanxi dengan memiliki banyak bangunan kuno dan benda-benda budaya yang bersejarah panjang. Di sini ada sejarah dan budaya, terdapat pula pemandangan alam, cukup menarik". Demikian kata Ning Qiwen, seorang wisatawan dari Beijing.

Pemandangan yang paling indah di Kuil Jinchi ini adalah Sumber Nanlao. Sumber ini mempunyai kisah yang menarik. Pada zaman dahulu kala adalah seorang gadis bernama keluarga Liu. Ia dinikahkan ke Desa Gutang, tempat kuil ini berada. Ibu mertuanya setiap hari menyuruhnya memikul air dari sumber yang sangat jauh letaknya. Maka sehari hanya bisa memikul air satu kali. Pada suatu hari, Liu yang sedang berjalan memikul air bertemu dengan seorang kakek tua dengan menuntun seekor kuda. Si kakek minta supaya air yang dipikulnya diberikan untuk kudanya yang haus. Melihat kakek tua yang telah menempuh perjalanan jauh itu, Liu tanpa ragu-ragu memberikan satu tong airnya. Tapi kuda itu tampak bukan main hausnya, setelah menghabiskan satu tong air, sisa satu tong lagi juga habis diminum. Keadaan ini membuat Liu serba susah. Ingin kembali lagi ke sumber untuk mengambil air, hari sudah mulai gelap, tidak sempat untuk pulang; namun kalu pulang dengan tong kosong, pasti dimarahi ibu mertua. Sedang bingung memikirkan, Liu disodori sebuah cambuk kuda oleh kakek itu untuk dibawa pulang. Kata kakek itu, sesampai di rumah lecutkan cambuk itu di dalam belanga, air dengan sendirinya akan menyembur. Dengan perasaan takut ia pulang ke rumah. Dicobanya cambuk itu dilecutkan, benar seperti dikatakan oleh kakek tua itu, air memenuhi belanga. Sejak itu, Liu tidak perlu lagi mengambil air dari tempat jauh. Rahasia ini diketahui oleh ibu mertuanya. Pada suatu hari, Liu disuruh pulang ke rumah ibunya oleh sang mertua. Kemudian, ibu mertua mengambil cambuk sakti itu dan dilecutkannya di dalam belanga. Air menyembur dengan derasnya dan tak kunjung berhenti. Ibu mertua Liu menjadi panik dan buru-buru menyuruh orang mencari Liu. Liu yang bergegas pulang menyaksikan keadaan itu lalu duduk di atas belanga. Sejak itu, air terus mengalir dari belanga di bawah badan Liu, tak pernah putus sampai ribuan tahun. Itulah cerita tentang Sumber Nanlao.

Apakah cerita itu benar adanya atau tidak, kiranya tidak perlu kita kaji. Namun, Sumber Nanlau yang jernih itu airnya terus mengalir sampai sekarang.

Sungai Fenhe, sebuah anak Sungai Kuning melintasi kota Taiyuan dengan menyediakan kebutuhan air untuk industri dan penghidupan masyarakat kota ini. Taman Fenhe yang dibangun menyusuri sungai itu adalah tempat istirahat yang sangat bagus. Panjang taman 6 kilometer, lebar 500 meter, di tengahnya adalah sungai, dan di kedua tepi adalah lapangan rumput. Banyak warga kota, duduk-duduk atau berjalan dengan santai di taman ini, menikmati suasana yang santai. Gao Xiaochen yang tinggal tidak jauh dari Sungai Fenhe mengatakan,"Taman Fenhe yang dibangun oleh pemerintah kota Taiyuan dengan biaya 1,2 miliar yuan renminbi atau sekitar 150 juta dolar Amerika pernah mendapat hadiah rekayasa lingkungan habitat manusia PBB tahun 2002. Selain lapangan rumput dan pohon-pohon, di taman ini terdapat panggung musik, kolam renang, lapangan bola basket dan sarana-sarana lainnya sehingga taman ini menjadi tempat rekreasi budaya dan olah raga yang lengkap.

Gao Xiaochen mengatakan, pada akhir pekan sering ada teman dari Beijing datang bermain di Kota Taiyuan dengan membawa mobil sendiri untuk barang dua hari. Mereka senang bermain di kota ini, menikmati makanan khas setempat dan melihat-lihat pemandangan serta situs-situs peninggalan sejarah.