Kipas yang kecil selain berfungsi realistisnya, juga mengandung kecerdasan kebudayaan dan kesenian bangsa Tionghoa, dan merupakan salah satu bagian kerajinan tangan Tiongkok.
Pembuatan kipas di Tiongkok sudah bersejarah tiga ribu tahun lamanya. Nenek moyang Tiongkok pada permulaan membuat kipas dengan bulu, bambu dan kain sutra, kemudian sejalan dengan perkembangan industri pembuatan keratas, nenek moyang mulai membuat kipas dengan kertas. Tahun 1975, di sebuah kubur kuno di Kabupaten Jintan Propinsi Jiangsu Tiongkok Timur ditemukan sebuah kipas kertas dengan teknik pembuatan sangat tinggi. Kipas itu dibuat dengan kayu halus sebagai poros dan pecahan halus bambu sebagai penunjang. Di atasnya ditempelkan kertas sebagai muka kipas.
Tiongkok mulai membuat kipas berlipat dalam jumlah besar sejak masa Dinasti Song pada abad ke-11. Kipas berlipat itu kebanyakan menggunakan kertas sebagai bahan mukanya, tapi ada juga yang terbuat dengan kain sutra. Sementara itu, kipas pada waktu juga mulai berkembang ke arah barang kesenian. Pada waktu itu sasterawan dan sarjana sering menulis sajak atau melukiskan gambar di atas kipas sehingga kipas pun mulai memasuki bidang kesusasteraan dan kesenian. Kipas dengan tulisan atau gambar sering dijadikan cendera mata-mata untuk diberikan kepada sahabat pada waktu itu. Selama sejarah Tiongkok terdapat banyak sajak dan artikel yang menyenandungkan kipas. Pada abad ke-18, opera Kipas Bunga Persik karya Kong Shangren adalah sebuah opera tradisional mengenai asmara dengan kipas sebagai media utama. Dalam novel Impian Wisma Merah, karya sastera klasik Tiongkok juga terdapat sajak tentang kipas. Sampai sekarang di sebagian daerah pedesaan di bagian selatan Tiongkok tetap terdapat adat istiadat untuk menyatakan rasa asmara melalui kipas jerami gandum.
Kipas batang gandum dibuat dengan batang gandum yang diproses menjadi putih dan kemudian dicelupkan warna. Menurut adat istiadat, setelah seorang gadis jatuh cinta pada seorang laki-laki, ia akan memberikan sebatang kipas cantik terbuat dari batang gandum dari sang gadis sebagai pernyataan asmara. Setelah gadis menikah dengan sang laki-laki, pada Festival Peh-cun tahun pertama, ibu dari pihak gadis akan datang ke rumah laki-laki dengan membawa oleh-oleh untuk menengok anak perempuan. Di antara oleh-oleh itu kipas batang gandum adalah barang yang tak bisa berkurang, jumlahnya antara 30 dan seratus untuk dibagi-bagikan kepada anggota keluarga sang pira untuk menyatakan rasa persahabatan dan penghormatan.
Kipas selain secara luas digunakan dalam penghidupan sehari-hari, juga pernah berperan dalam upacara kehormatan dalam istana kekaisaran zaman dahulu kala. Misalnya di Makam Mawangdui Propinsi Hunan Tiongkok Tengah pernah ditemukan sebuah kipas berbatang panjang yang bersejarah 2000 tahun lebih. Panjangnya kipas itu tercatat 1,76 meter dan merupakan alat kehormatan yang digunakan dalam upacara kehormatan untuk melambangkan kewibawaan bangsawan. Kipas itu merupakan sumber kipas raksasa yang digunakan dalam upacara kehormatan kekaisaran yang lazimnya dilakukan di istana Tiongkok setelah itu.
Sekarang sejalan dengan perkembangan pesat iptek dan perubahan estetika masyarakat, di dunia ini muncul banyak kipas yang bermacam-macam, misalnya kipas plastik, kipas kopi, kipas otomatik, kipas seni optik dan lain sebagainya. Dalam kehidupan modern, peran kipas sebagai alat untuk menghalau kepanasan semakin berkurang, namun daya hidupnya sebagai barang kesenian malah semakin meningkat. Sekarang di kota-kota besar terdapat aneka ragam kipas yang terbuat dari bulu, bambu, rambut atau batang gandum dengan bentuknya yang bermacam-macam. Kipas sekarang adalah bagian dari kebudayaan Tiongkok.
|