Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-02-16 15:44:42    
Menilik Budaya Tiongkok Dari Liulichang [foto-suara]

cri

Di balik gedung-gedung bertingkat yang menjamur di kota Beijing yang semakin modern tersimpan sejarah yang tua. Liulichang yang terletak di bagian selatan distrik kota Beijing adalah tempat di mana kita dapat menilik budaya Tiongkok yang bersejarah panjang. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini marilah kita berjalan-jalan di Liulichang, sebuah jalan yang penuh bernuansa budaya sejarah di Beijing.

Meng Debao yang berusia 57 tahun sudah belasan tahun menjadi tukang becak di daerah sekitar Liulichang. Ia hafal sekali jalan-jalan yang dilaluinya setiap hari, begitu pula tentang sejarah Liulichang.

Meng Debao mengatakan, jalan ini sudah ada sejak zaman Dinasti Qing. Pada awalnya di sini ada sebuah pabrik glasir yang terutama membuat genting glasir untuk kebutuhan keluarga kerajaan.

Tepat seperti dikatakan oleh Meng Debao, jalan ini dinamakan Liulichang karena dulu adalah lokasi pabrik pembuat genting glasir. Jauh pada zaman Dinasti Yuan abad ke-13, pihak kerajaan membangun pabrik genting di sini, khusus membuat genting glasir. Pabrik itu semakin diperluas pada zaman Dinasti Ming, kemudian sampai abad ke-17, sejalan dengan perluasan kota Beijng, daerah ini menjadi distrik kota, dan pabrik genting glasir dipindahkan ke luar kota, namun nama "Liulichang" tetap digunakan sampai sekarang.

Barangkali anda ingin bertanya, mengapa tempat pembuat genting glasir kemudian berkembang menjadi sebuah jalan budaya yang tersohor?

Bahwasanya pada zaman Dinasti Qing abad ke-17, di sekitar Liulichang bermukim banyak pejabat. Selain itu, karena Liulichang letaknya dekat dengan istana kerajaan, maka telah menarik banyak orang yang datang ke ibukota untuk ikut ujian negeri. Dan para pejabat serta orang-orang yang ikut ujian negeri itu mempunyai kebiasaan membaca buku. Maka untuk memenuhi kebutuhan mereka, para pedagang buku dari berbagai tempat membuka kios atau membangun rumah khusus untuk menjual buku koleksinya. Lama kelamaan Liulichang berkembang menjadi pasar buku yang terbesar di ibukota, dan alat-alat tulis serta barang-barang antik, mainan, karya kaligarafi dan lukisan juga dipasarkan di Jalan Liulichang.

Pola Jalan Budaya Liulichang sekarang ini sudah diperluas hampir dua kali lipat setelah dipugar oleh pemerintah pada awal tahun 1980-an. Jalan Budaya Liulichang sepanjang 750 meter itu terbagi Jalan Timur dan Jalan Barat, tetap mempertahankan arahnya semula yang berbentuk busur. Rumah-rumah di kedua sisi jalan adalah bangunan model Tiongkok berlantai satu atau dua berkonstruksi bata dan genting, sedang dekorasi dalam dan luar ruangan dihias dengan ukiran bata dan kayu serta lukisan warna cat, menunjukkan gaya tradisional antik bangunan toko rakyat daerah Beijing pada zaman Dinasti Qing dan Ming.

 

Di kedua sisi jalan yang tidak panjang itu terdapat lebih seratus toko. Jalan Timur terutama menjual batu giok atau jade, benda keramik, batu permata dan alat-alat dari kayu, sedang Jalan Barat terutama menjual karya kaligrafi dan lukisan serta benda-benda budaya. Melaui jendela-jendela kaca toko-toko itu, pengunjung dapat dengan jelas melihat koleksi pemilik toko. Di sini, anda dapat menemukan benda-benda dari berbagai periode sejarah di Tiongkok, dari benda-benda budaya asli yang harganya selangit sampai duplikat yang buatannya sangat halus. Sudah tentu, pemilik toko memasang label harga pada benda-benda itu, dan akan memberi tahu anda mana yang asli dan mana yang tiruan. Di sini, anda tidak perlu khawatir salah membeli.

Banyak di antara toko-toko itu sudah bersejarah ratusan tahun. Qingmige, sebuah toko yang diusahakan oleh Jia Zhiren adalah salah satu di antaranya. Qingmige yang sudah berusia lebih dari 300 tahun itu adalah toko bermerek yang bersejarah lama. Mengenai nama toko itu, Jia Zhiren mengatakan,"Nama Qingmige sudah bersejarah lebih 650 tahun. Pemberi nama itu Ni Yunlin adalah satu dari empat pelukis terkenal pada zaman Dinasti Yuan. Ni Yunlin pada usia tuanya menyingkir dari keramaian kota dan tinggal di pegunungan yang sepi dengan menamakan rumahnya Qingmige. Ia menyimpan buku, kalligrafi dan lukisan yang berharga di rumahnya itu. Maka, Qingmige sebenarnya adalah bangunan penyimpan buku, serta karya kaligraf dan lukisan.

Tapi bagaimana Qingmige yang berada di pegunungan itu hadir di Liulichang? Di sini ada kisah yang menarik.

Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing sejak masa kanak-kanak telah meninggalkan ibunya dan tinggal di istana. Ia dibesarkan oleh air susu inangnya yang bernama Bibi Zhou. Setelah menjadi kaisar, Qianlong sangat rindu akan inangnya itu, maka dipanggillah ia untuk menghadap di istana dan ditanyai mempunyai permintaan apa. Bibi Zhou mengatakan bahwa putranya tidak suka sekolah dan ingin berdagang. Maka, Kaisar Qianlong mengusulkan putranya membuka toko kertas dan alat tulis di Liulichang. Untuk toko putra Bibi Zhou itu, Kaisar Qianlong menganugerahkan nama Qingmige sebagai nama toko. Dikeluarkan pula titah bahwa keluarga Zhou sebagai pemasok kebutuhan alat-alat kantor untuk semua kantor pemerintah.

Dengan anugerah nama toko dari Kaisar Qianlong, bisa dibayangkan betapa tinggi kedudukan Qingmige pada waktu itu. Pemilik toko Qingmige sekarang ini, Jia Zhiren mengatakan,"Pada masa itu, Qingmige sangat ramai. Sesampai di Qingmige, para pejabat yang datang lebih dulu menanggalkan pakaian pejabatnya dan mengenakan pakaian preman, minum-minum teh, kemudian melihat-lihat di toko itu, lalu berjalan-jalan menyusuri Liulichang."

Qingmige sekarang ini sudah pudar kejayaannya di masa lalu, namun seluruh Jalan Liulichang semakin berkibar. Di sepanjang jalan itu berjajar rapi toko-toko bergaya antik diliputi suasana budaya sejarah. Masuk ke toko manapun, anda seolah hanyut dalam suasana sejarah, sejauh mata memandang adalah benda-benda yang sarat muatan sejarah. Anda dapat menikmatinya dari dekat dengan menyelami muatan budayanya.

Liulichang juga menarik minat banyak wisatawan mancanegara. Mereka gemar menempatkan diri di tengah lautan budaya itu, berdialog dengan sejarah Tiongkok di tengah nuansa budaya. Madeleine Foqde dari Swedia mengatakan bahwa ia datang ke Liulichang untuk kedua kalinya. Ia sangat menyenangi jalan yang antik ini. Madeleine mengatakan,"Saya menyenangi jalan yang tenang dan damai ini. Jalan ini adalah wakil daripada budaya Tiongkok yang bersejarah lama. Di sini, kita bisa menyaksikan benda-benda antik, karya kaligrafi dan lukisan dari berbagai jenis dan berbagai zaman, juga budaya tehnya. Saya sudah sejak tadi berjalan-jalan di sini."

Demikian kata Madeleine Foqde dari Swedia.