|
Pada tanggal 28 bulan Juni tahun 2004, Harian Renminribao Tiongkok memuat sebuah editorial untuk memperingati diprakarsainya Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai. Editorial itu berbunyi sebagai berikut:
Liam Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai telah menempuh perjalanan cemerlang selama 50 tahun dengan mengemban dambaan rakyat berbagai negara atas perdamaian dan pembangunan. Sejarah telah menyaksikan sumbangan luar biasa yang diberikannya terhadap pembinaan hubungan internasional tipe baru, sekaligus terkesan mendalam melihat langkahnya yang maju terus mengikuti perkembangan zaman.
Pada bulan Juni tahun 1954, Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai, yaitu saling menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah, saling tidak mengagresi, saling tidak mengintervensi urusan dalam negeri, persamaan derajat, saling menguntungkan, dan hidup berdampingan secara damai dicantumkan masing-masing dalam Pernyataan Bersama Tiongkok-India dan Pernyataan Bersama Tiongkok-Myanmar sebagai patokan penanganan hubungan Tiongkok dengan India dan Myanmar.
Setelah itu, prinsip yang disprakarsai bersama oleh Tiongkok, India dan Myanmar itu berturut-turut diterima oleh Konferensi Bandung, konferensi internasional multlateral negara-negara berkembang dan Gerakan Non-blok. Isi pokoknya juga dicantumkan dalam beberapa deklarasi yang diluluskan PBB, dan dijadikan patokan umum untuk mengembangan hubungan kerja sama bersahabat antar negara.
Lima Prinsip Hidup Bersampingan secara Damai yang diprakarsai pada tahun 1954 dihargai sebagai salah satu ciptaan luar biasa dalam sejarah hubungan internasional. Lima Prinsip itu tidak saja mecakupi hakikat hubungan negara tipe baru, tapi juga mencerminkan arus perkembangan zaman serta kepentingan bersama berbagai negara dunia beserta rakyatnya. Meninjau kembali sejarah, prinsip-prinsip pokok yang tercantum dalam hukum internasional zaman modern yang lahir pada masa revolusi kapitalis Barat pada memainkan peran tertentu untuk memelihara tata tertib internasional waktu itu, tapi prinsip kedaulatan dan semangat perdamaian yang dicerminkannya tidak meliputi negara-negara kolonial dan semi kolonial. Selama zaman modern, kehadiran politik kekuatan adalah kenyataan pokok sejarah dunia: negara-negara besar bangkit melalui perang agresi, dan memperoleh sumber daya melalui ekspansi ke luar, dan pada akhirnya mengakibatkan kegoncangan hebat konfigurasi internasional dan tata tertib dunia, bahkan menimbulkan perang dunia. Setelah Perang Dunia II, seiring dengan bergobarnya gerakan pembebasan nasional, negara-negara dunia ke-3 yang baru mencapai kemerdekaan mulai menampilkan diri di panggung politik internasional. Untuk memelihara kemerdekaan nasional dan mengembangkan ekonomi nasional, mereka ingin membina hubungan internasional tipe baru yang adil dan rasional di atas dasar kemerdekaan dan persamaan derajat. Lima Prinsiap Hidup Berdampingan secara Damai justru mencerminkan permintaan dan keinginan tersebut. Seperti apa yang ditunjukkan oleh Almarhum Deng Xiaoping, Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai adalah cara terbaik dalam penanganan hubungan antar negera. Cara lain misalnya cara Keluarga Besar, cara Politik Kelompok, cara Lingkungan Kekuasaan pasti akan menimbulkan pertentangan dan mempertajam ketegangan situasi internasional.
Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai telah lulus dari ujian perubahan situasi internasional selama 50 tahun, dan daya hidupnya yang kuat telah dibuktikan dalam proses perkembangan hubungan internasional. Lima Prinsip mewakili permintaan masyarakat internasional untuk mendirikan tata tertib baru internasional yang adil dan rasional, juga mencerminkan kepentingan mayoritas negara di dunia beserta rakyatnya. Pada saat dunia saling bergantung dan majemuk seperti sekarang ini, isi yang tercantum dalam Lima Prinsip Hidup Bersampingan secara Damai maju terus mengikuti zaman, dan terus diperpadat sejalan dengan perkembangan zaman. Menghadapi situasi hubungan internasional dewasa ini, Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai terutama mencerminkan pendirian sebagai berikut: Berpegang teguh pada persamaan kedaulatan negara, menghormati keaneka-ragaman dunia, mendorong maju perkembangan bersama dunia, memelihara perdamaian dan keamanan dunia, serta memainkan peranan dominan PBB.
|