|

Tiga hari setelah terjadinya bencana gempa bumi hebat di perairan bagian barat laut Pulau Sumatera, Indonesia, sejauh ini masih kerap terjadi gempa susulan, maka situasi pengiriman bantuan ke daerah tersebut sangat serius.
Pihak resmi Indonesia mengumumkan, gempa bumi kali ini mengakibatkan ratusan orang tewas, dan seribu lebih orang cedera, aliran listrik dan hubungan air leding terputus, jalan-jalan hancur, jembatan rusak dan bandara udara dalam keadaan lumpuh. Walaupun pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional aktif dan segera mengorganisasi bala bantuan, namun karena letak geografi daerah yang dilanda gempa, cuaca buruk dan seriusnya bencana telah mendatangkan kesulitan besar untuk aksi bantuan.
Pulau Nias, sekitar 125 kilometer dari bagian barat laut Pulau Sumatera, merupakan daerah yang paling parah terkena gempa.
Sistem perhubungan dan komunikasi di pulau terpencil itu relatif terbelakang. Ditambah guyuran hujan lebat setelah terjadinya gempa, sehingga mengakibatkan berbagai materi bantuan dan personel penyelamat tidak dapat tiba di Nias tepat waktu. Dua kapal perang Indonesia yang memuat sejumlah besar materi bantuan dan dua pesawat pengangkut Australia yang memuat penuh peralatan kemah, makanan dan barang kehidupan pokok tidak dapat diangkut tepat waktu ke daerah bencana karena buruknya kondisi cuaca. Pesawat pertolongan pertama baru tiba di Nias 18 jam kemudian setelah terjadinya bencana. Karena terbatasnya sarana transportasi, dewasa ini, barang bantuan yang datang dalam jumah besar dari berbagai tempat walaupun telah tiba di Kota Sibolga, sekitar 206 kilometer dari Pulau Nias,belum dapat disalurkan dengan lancar.

Dikabarkan, korban tewas dan cedera kebanyakan tertindih oleh reruntuhan bangunan. Masih banyak orang yang terpendam dalam reruntuhan. Di daerah bencana masih terdapat banyak penderita luka parah yang berbaring di atas pintu, dan menunggu diangkut ke rumah sakit di Sumatera dengan helikopter untuk mendapat perawatan selanjutnya, termasuk juga antaranya, sejumlah orang dalam keadaan koma. Karena kelangkaan obat-obatan di sana, banyak penderita luka hanya menahan sakit saja. Selain itu, karena sistem penyuplaian air leding dalam keadaan lumpuh, di Nias mungkin akan menghadapi masalah sanitasi air.
Menghadapi seriusnya situasi bantuan, juru bicara kepresidenan Indonesia kemarin mengatakan, kini, apa yang menjadi titik kepedulian dari pemerintah ialah bagaimana memberi bantuan kepada orang yang selamat dari bencana (survivor). Untuk memudahkan koordinasi, pemerintah menetapkan Pelabuhan Sibolga sebagai pusat komando koordinasi materi bantuan ( PKKMB), di mana semua bantuan yang datang dari berbagai tempat akan diangkut dengan helikopter dari Sibolga menuju Nias. Kalau menggunakan pengangkutan dengan kapal, juga memerlukan sekitar 4 jam dari Sibolga ke Nias. Dua hari ini telah dikerahkan sebuah kapal pengangkut materi bantuan ke Nias, dan sejumlah kapal penumpang bertugas mengangkut personel bantuan. Untuk menyelesaikan krisis tranportasi, pemerintah Indonesia memutuskan untuk merekrut kapal besar dari daerah lainnya, untuk membantu mengangkut materi bantuan dari Pelabuhan Sibolga.

Untuk mengkoordinasi penyelenggaraan pekerjaan pertolongan, Panglima Tentara Nasional Indonesia kemarin mengirim satu batalion infanteri ke daerah bencana, memerintahkan angkatan laut mengirim 3 kapal perang ke perairan dekat Pulau Nias, dan 6 helikopter ke Nias untuk membantu mengangkut materi bantuan. Sedangkan bagian kepolisian mengerahkan anggotanya ke daerah bencana dengan membawa peralatan kemah, alat bantuan dan makanan serta obat-obatan. Opini setempat berpendapat, koordinasi yang baik antara pemerintah Indonesia dan masyarakat internasional akan membantu memperlancar kegiatan bantuan bencana di Nias lebih efektif.
|