Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-04-15 16:36:04    
Konferensi Bandung, Prestasi Bersejarah

cri

Konferensi Bandung selama 7 hari itu menerobos rintangan dan sabotase imperialisme dan mecapai prestasi bersifat sejarah yang penting. Prestasinya termanifestasi secara terpusat pada "Komunike Terakhir Konferensi Asia-Afrika" yang diterima baik. Komunike itu mencakup 7 bidang, antara lain kerja sama ekonomi, kerja sama kebudayaan, HAM dan hak menentukan nasib sendiri, masalah rakyat daerah tergantung, masalah lainnya, perdorongan perdamaian dan kerja sama dunia, pernyataan mengenai perdorongan perdamaian dan kerja sama dunia. Resolusi kerja sama ekonomi menekankan urgensi pendorongan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Afrika, dan mengeluarkan bahwa negara-negara peserta konferensi itu mengadakan kerja sama ekonomi di atas dasar saling menguntungkan dan saling menghormati kedaulatan negara. Resolusi itu tidak mengesampingkan kerja sama dengan kawasan di luar Asia-Afrika, tapi menekankan pentingnya kerja sama antar negara-negara Asia-Afrika. Resolusi mengemukakan meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan Asia-Afrika melalui saling menyediakan bantuan teknologi, menggairahkan perusahaan gabungan di antar negara-negara Asia-Afrika, memperluas pertukaran perdagangan, menstabilkan harga internasional bahan baku dengan kegiatan kolektif dan langkah-langkah konkret lainnya.

Walaupun Konferensi Bandung mengemukakan bahwa peningkatan kerja sama saling membantu di antara Asia dan Afrika dan perjuangan bersama demi status serata dalam hubungan ekonomi internasional masih berada dalam tahap permulaan, tapi menunjukkan pula arah tepat dan prospek perkembangan ekonomi di antara negara-negara Asia-Afrika, dan menjadi pelopor kerja sama ekonomi dunia ketiga dan perjuangan tata baru ekonomi internasional ke depan. Resolusi kerja sama kebudayaan mengecam kolonialisme dan rasialisme yang mengekang dikembangkannya kebudayaan nasional oleh rakyat Asia dan Afrika dan menghalangi pertukaran kebudayaan antar negara-negara Asia dan Afrika. Mengkonfirmasi kebutuhan bersama rakyat Asia dan Afrika untuk memulih kontak kebudayaan semula dan mengembangkan pertukaran kebudayaan baru antar berbagai negara Asia-Afrika. Komunike tersebut dalam tiga bagian resolusi yaitu " HAM dan hak penentuan nasib sendiri", "masalah rakyat di daerah tergantung" dan "masalah lainnya" mengumumkan mendukung sepenuhnya prinsip pokok HAM yang dikeluarkan dalam Piagam PBB dan prinsip menentukan nasib rakyat dan bangsa sendiri", juga mencatat bahwa penentuan nasib sendiri adalah prasyarat penikmatan semua HAM pokok. Resolusi mengecam politik dan praktek apartheid dan diskriminasi rasial yang telah menjadi dasar hubungan antara pemerintah dan rakyat di kawasan yang luas di Afrika dan tempat lain seluruh dunia. Resolusi itu juga mengumumkan bahwa kolonialisme dalam segala bentuknya merupakan semacam bahaya yang harus segera dibabat. Resolusi tersebut mendukung hak rakyat Palestina dan Arab, mendukung perjuangan Indonesia dan Yaman untuk memelihara kepentingan rasial. Resolusi yang mendorong perdamaian dan kerja sama dunia itu menuntut anggota PBB harus mempunyai sifat universal, menuntut Dewan Keamanan PBB mendukung dan menerima negara-negara Asia dan Afrika yang memenuhi syarat untuk menjadi anggotanya, resolusi itu menganggap bahwa hak representatif negara-negara Asia dan Afrika di Dewan Keamanan tidak cukup penuh, dan mengeluarkan bahwa pembagian kursi anggota tetap Dewan Keamanan PBB seharusnya membuat negara Asia dan Afrika dapat berpartisipasi dalam Dewan Keamanan, supaya mereka dapat memberikan sumbangan lebih efektif kepada pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional".

Komunike tersebut dalam resolusi "Pernyataan Mengenai Pendorongan Perdamaian Dan Kerja Sama Dunia" itu mengeluarkan bahwa berbagai negara sebagai negara tetangga rukun harus saling berteleransi, hidup berdampingan secara damai dan mengembangkan kerja sama yang bersahabat di atas dasar prinsip sebagai berikut, pertama, menghormati HAM pokok dan menghormati azas tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB; Ke-dua, menhormati kedaulatan dan kewutuhan wilayah semua negara; Ke-tiga, mengakui kesetaraan semua ras dan segala negara baik besar maupun kecil; Ke-empat, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain; Ke-lima, menghormati hak semua negara untuk menbela diri secara mandiri atau kolektif berasarkan Piagam PBB; Ke-enam, tidak menyediakan pelayanan demi kepentingan istimewa negara besar mana pun dengan menggunakan pengaturan pertahanan kolektif, negara mana pun tidak memberi tekanan kepada negara-negara lain; Ke-tujuh, tidak melanggar keutuhan wilayah dan independensi politik negara mana pun dengan tindakan agresi atau ancaman agresi dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Ke-delapan, menurut Piagam PBB, menyelesaian semua persengketaan internasional melalui cara damai; Ke-sembilan, mendorong kepentingan dan kerja sama satu sama lain, Dan ke-sepuluh, menghormati keadilan dan kewajiban internasional. Itulah Dasa Sila yang terkenal, dan juga merupakan persetujuan paling penting yang dicapai dalam Konferensi Bandung.

Dasa sila yang merupakan perluasan dan perkembangan lima prinsip hidup berdampingan secara damai sekali lagi menunjukkan arah bagi negara-negara yang ingin hidup berdampingan secara damai. Konferensi Bandung telah menyediakan kesempatan yang baik bagi negara-negara peserta untuk mengadakan kontak sehingga negara-negara Asia Afrika dapat mengadakan kontak secara bebas. Kontak langsung itu telah mendorong saling pengertian dan saling menghormati antara berbagai negara, mempererat persatuan negara-negara Asia Afrika dan merupakan manifestasi hidup berdampingan secara damai. Ketua Delegasi Nepal mengatakan, "fakta yang terpenting ialah di mana-mana penuh diliputi suasana persatuan Asia-Afrika. Rasa persatuan itu begitu keras sehingga mereka yang menentang kebenaran umum dan mengekor orang lain pada akhirnya tak dapat tidak menyatakan persetujuannya, karena mereka tidak ingin melawan arus", bahkan opini Amerika terpaksa mengakui bahwa pidato sementara wakil tertentu yang pro-AS "tidak berpengaruh apa pun terhadap hasil konferensi", "suara beberapa sahabat Asia yang percaya pada filsafat AS dengan cepat menjadi sepi". Sukses Konferensi Bandung adalah kristalisasi semangat persatuan dan kerja sama, mencari persamaan dengan membiarkan adanya perbedaan, dan mencapai kebulatan melalui konsultasi yang dijunjung oleh rakyat Asia Afrika, adalah hasil upaya bersama semua negara peserta. Dalam konferensi tersebut, upaya yang dilakukan negara-negara Konferensi Kolombo, khususnya Indonesia sebagai negara tuan rumah, serta delegasi India dan Myanmar, yang berpegang teguh pada prinsip Konferensi Bogor adalah jaminan penting bagi sukses konferensi. Dipertahankannya setiakawan Asia Afrika oleh delegasi Mesir dan banyak negara lain juga telah memainkan peranan konstruktif bagi sukses konferensi.

Kemenangan Konferensi Bandung juga tidak terpisahkan dari upaya gigih yang dilakukan Perdana Menteri Zhou Enlai dan delegasi Tiongkok yang dipimpinnya. PM Zhou Enlai telah memberikan sumbangan penting dalam mendorong sukses konferensi dan mendorong usaha setiakawan AsiaAfrika, dan dengan mengadakan kontak luas dengan wakil berbagai negeri telah menambah saling pengertian antara Tiongkok dan negara-negara Asia Afrika sehingga telah menciptakan syarat bagi banyak negara untuk membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Kegiatan PM Zhou dan delegasi Tiongkok yang dipimpinnya di Bandung adalah monumen dalam sejarah diplomasi Tiongkok Baru. Konferensi Bandung tercantum dalam buku sejarah sebagai peristiwa yang mempunyai arti besar dalam usaha setiakawan Asia Afrika melawan imperialisme. Semangat rakyat negara-negara Asia Afrika dalam melawan kolonisme dan rasialisme, memperjuangkan dan mengkonsolidasi kemerdekaan nasional, membela perdamaian dunia, dan menuntut untuk hidup berdampingan secara damai dan bekerja sama secara bersahabat yang ditunjukkan dalam konferensi itu lazim disebut "semangat Bandung". Semangat Bandung secara memusat telah mencerminkan ciri khas yang terang daripada dunia zaman sekarang dalam melawan imperialisme dan kolonialisme, dan mempunyai pengaruh yang menjangkau jauh terhadap perkembangan situasi dunia sesudahnya: semangat Bandung telah menginspirasi perjuangan rakyat Asia, Afrika dan Amerika Latin untuk kemerdekaan dan kebebasan nasional, dan mempercepat cerai berainya sistem imperialisme dan kolonialisme; telah mendorong persatuan dan kerja sama, tetangga rukun dan persahabatan antara negara-negara Asia Afrika, telah meningkatkan percaya diri nasional dan kesadaran nasional negara-negara baru tumbuh di Asia dan Afrika; telah mendorong semakin banyak negara Asia Afrika menempuh jalan perdamaian, netral dan non blok. Sejak itu, negara-negara tersebut sebagai suatu kekuatan politik baru tubuh menempati posisi semakin penting dalam urusan internasional sehingga mendorong kekuatan politik internasional berkembang ke arah pluralisasi. Ditinjau dari artian tertentu, Konferensi Bandung adalah titik balik penting perubahan dunia dwi polar setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua menuju dunia multi polar.