Tiongkok adalah tempat asal usul budaya minum teh, sedangkan perabot minum teh adalah bagian penting dari budaya minum teh. Di antara alat-alat minum teh, teko teh Zisha merupakan salah satu perabot minum teh yang memadukan budaya sajak, kaligrafi dan melukis, dan dijuluki sebagai salah satu khazanah kebudayaan tradisonal Tiongkok.
Di Tiongkok perabot teh bermacam-macam, di antaranya teko teh Zisha buatan Yixing, Provinsi Jiangsu, Tiongkok Timur paling terkenal. Sekarang tentang sejarah asal usul teko teh Zisha sudah tidak dapat dilacak lagi. Tapi bahan arkeologi membuktikan bahwa teko teh paling tidak sudah bersejarah seribu tahun lamanya.
Teko teh Zisha menjadi tenar namanya terutama berkat tanah liat bahannya, yaitu tanah Zisha. Menurut analisa ilmiah, di dalam tanah liat Zisha memang terdapat molekul yang berstruktur berbeda daripada tanah di kawasan lainnya. Biarpun sesama tanah Zisha, juga terdapat perbedaan sedikit antara satu sama yang lain. Karena itulah, teko teh yang terbuat dari bahan mentah yang berbeda pun mendatangkan rasa yang berbeda bagi peminum teh. Maka untuk menilai baik atau tidaknya sebuah teko teh, mutu tanah bahannya adalah hal yang pertama-tama dinilai.
Tanah untuk membuat teko teh terutama terdiri dari tanah ungu, tanah hijau dan tanah merah. Dengan proporsi yang berbeda dari ketiga tanah itu, teko teh akan berbeda warnanya.
Teko teh jika dilihat dari bentuknya, juga berbeda-beda: ada yang besar dan ada yang berukuran kecil. Teko yang berukuran besar garis tengahnya kadang-kadang mencapai belasan sentimeter, sedangkan yang kecil hanya bergaris tengah dua atau tiga sentimeter. Dilihat dari bagiannya, sebuah teko teh biasanya terdiri dari mulut, pegangan, tutup, bahu, perut dan kaki bundar. Dalam pembuatannya, berbagai bagian harus bergaya dan dengan proporsi yang selaras dengan bagian keseluruhan teko teh. Selain itu teknik kerajinannya harus ketat ditaati, kalau tidak, teko itu tidak disebut sebagai teko yang bagus. Misalnya mulut sebuah teko harus terletak di satu garis dengan pegangan dengan beratnya setara, sementara itu bagian teko dan tutupnya berkombinasi ketat dan tidak boleh terlihat celah sedikit pun.
Teko teh selain memiliki nilai terapan, lebih-lebih mengutamakan nilai seninya. Teko teh memadukan seni kaligrafi, seni pahat, seni perabot rumah, seni perunggu dan seni porselin, dan merupakan salah satu seni yang paling berdaya ekspresif. Di atas permukaan teko kadang-kadang diukir sajak atau lukisan, yang dibubuhkan tandatangan yang ditulis dengan kaligrafi. Kaligrafi tandatangan itu biasanya adalah karya seorang ahli ukir yang terkemuka. Dengan adanya lukisan dan kaligrafi itulah, sebuah teko teh baru disebut sebagai barang kesenian tiga segi yang sejati. Untuk menikmati sebuah teko teh, selain tanah liat, bentuk dan teknik pembuatannya yang diutamakan, kesusastraan, kaligrafi dan lukisan yang termanifestasi dalam bagian teko teh juga merupakan bagian penting yang dapat memberikan kesan indah kepada sang pemakainya.
Selama seribu tahun silam, bentuk teko teh Zisha sudah mengalami banyak perubahan, tapi pokoknya berubah dari kasar menjadi halus, dan dari besar menjadi kecil serta dari sederhana menjadi rumit, yakni mengalami tahap klasik, tahap yang mengutamakan kemewahan dan tahap yang mengutamakan kehalusan. Dalam kebudayaan tradisional Tiongkok, sari pati yang tercantum dalam budaya teh ialah kesantaian dan ramah lingkungan secara semaksimal mungkin. Sama dengan kebudayaan tradisional Tiongkok lainnya, seni pembuatan teko Zisha juga menuntut gaya klasik, sederhana dan alamiah. Dan mungkin justru karena itulah, penduduk yang setiap hari bekerja sibuk di metropolitan berkebiasaan minum teh dengan teko Zisha, untuk menikmati rasa santai, dan rasa santai itulah benar-benar merupakan rasa mewah dalam kehidupan metropolitan sekarang ini.
|