Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-05-18 19:07:44    
Mengenal Adat Istiadat Rakyat Tiongkok di Xi'an

cri

 Xi'an, ibukota Provinsi Shaanxi terletak di Tiongkok bagian barat. Kota kuno yang menyaksikan kejayaan dan jatuhnya 13 dinasti di Tiongkok itu kini telah berkembang menjadi kota modern yang menjamur gedung-gedung bertingkatnya dan hilir mudik kendaraannya. Namun, di kota Xi'an sekarang ini masih dapat ditemukan banyak jejak sejarah, salah satu di antaranya adalah rumah besar berhalaman keluarga Gao yang sudah bersejarah lebih 400 tahun.

Di antara kota-kota besar di Tiongkok, Xi'an terkenal dengan tembok kota kunonya yang masih terpelihara utuh. Tembok kota sepanjang 14 km itu mengelilingi sebuah kota di dalam kota. Kawasan yang sudah terbentuk sejak zaman Dinasti Tang lebih 1.000 tahun silam itu kini masih merupakan pusat kota Xi'an, juga tempat di mana tedapat paling banyak patilasan sejarah di kota itu. Sedang rumah besar keluarga Gao yang akan kita kunjungi justru terletak di gerbang utara bagian barat kota di dalam kota itu.

Gerbang utara adalah sebuah jalan tua yang lantainya terbuat dari batu warna hitam, di ujung jalan itulah terletak rumah besar keluarga Gao. Pintu rumah setinggi 4 meter yang megah tampak sangat mencolok di jalan yang sempit itu. Kata pemandu wisata, Suai Hongmei, pintu itu merupakan lambang status pemilik rumah pada zaman kuno. Pejabat sipil yang datang berkunjung harus turun dari tandu di depan pintu rumah itu, sedang pejabat militer harus turun dari kuda sebagai pernyataan penghormatan. Berbicara tentang sejarah rumah itu, Suai Hongmei mengatakan,"Rumah besar yang dibangun antara akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Qing ini sudah bersejarah lebih 400 tahun. Pemilik rumah bernama Gao Yuesong tampil sebagai juara kedua ujian pejabat sipil nasional pada usia 12 tahun. Kaisar merasa sangat gembira dan menghadiahkan rumah ini kepadanya."

Memasuki halamn rumah ini, kita akan melihat sebuah tembok batu yang dihias dengan ukiran sangat halus. Tembok seperti ini dinamakan "tembok bayangan", kegunaannya agar orang dari luar tidak mudah mengintip keadaan di dalam halaman rumah. Selain tembok bayangan, di mana-mana di halaman rumah keluarga Gao ini dapat diatemukan sekatan-sekatan kayu barus berukir indah, menunjukkan maksud pemilik rumah untuk memisahkan ruang untuk umum dan ruang untuk pribadi.

Berjalan-jalan di halaman rumah seluas lebih 2.300m persegi itu, kita dapat merasakan ketenangan suasana dan kedamaian penghidupan di masa lalu. Pemandu wisata Suai Hongmei mengatakan,"Di atas batu penyeberang jalan ini terukir huruf dan gambar yang melambangkan kebahagiaan dan kemujuran. Konon, siapa yang berjalan di atasnya akan panjang umur. Pohon delima ini sudah berumur lebih 400 tahun. Dulu, buah delima yang banyak bijinya dianggap melambangkan banyak anak banyak rezeki."

Di rumah besar keluarga Gao ini, kita bisa menyaksikan seni kerakyatan khas daerah Shaanxi, di antaranya terdapat ratusan karya guntingan kertas, seni kerajinan rakyat di provinsi itu. Di banyak daerah di Tiongkok terdapat kebiasaan membuat guntingan kertas. Guntingan kertas Shaanxi terkenal dengan gayanya yang polos dan bebas, kental bernapaskan kampung halaman setempat. Kita ambil sebuah karya guntingan kertas di rumah keluarga Gao ini yang berjudul: Tikus mengawikan putrinya. Karya ini dengan sangat menarik melukiskan pemandangan upacara pernikahan yang meriah di mana sekelompok tikus kecil menjunjung panji, mengusung tandu dan membunyikan berbagai alat musik.

Di rumah keluarga Gao ini, kita dapat menyaksikan seni rakyat Shaanxi lainnya yakni pertunjukan wayang kulit. Shaanxi adalah tempat asal usul wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit di Shaanxi sudah bersejarah lebih 2.000 tahun. Alat-alat pertunjukan yang utama adalah wayang terbuat dari kulit yang buatannya sangat halus dan indah, ada berbagai macam tokoh, rumah, kereta, kuda, pemandangan dan lain sebagainya. Ketika pertunjukan dimulai, lampu di balik layar putih dinyalakan, sang dalang berdiri di balik layar dengan memegang wayang yang diletakkan melekat di layar, memainkan wayang sambil menyanyi, dan penonton menyaksikan pertunjukan di depan layar.

Kami sempat menyaksikan pertunjukan wayang kulit yang berjudul: Tukang Kelontong yang digelar di rumah keluarga Gao. Dikisahkan dalam lakon itu, bahwa pada zaman dahulu kala, sepasang muda mudi membuat janji nikah atas pangaturan orangtua, namun mereka berdua belum pernah bertemu muka. Sang pemuda lalu menyamar sebagai tukang kelontong menjajakan barang dagangannya di depan rumah pihak wanita dengan harapan untuk melihat wajah bakal isterinya. Sedang pemudi yang tidak tahu menahu keluar dari dalam rumah untuk membeli bedak mendengar teriakan tukang kelontong menjajakan barangnya. Tokoh-tokoh wayang di tangan dalang membuat berbagai macam gerak seperti melambaikan tangan, menyuntingkan bunga dan lain-lain, diselingi dialog yang humor, melukiskan pemandangan kehidupan di kalangan rakyat pada zaman kuno.

Seorang nenek berusia 56 tahun bernama Dang Fengju yang gemar pertunjukan wayang mengatakan,"Kata seniman yang sudah berumur, wayang kulit bermula pada zaman Dinasti Han, 2.000 tahun lalu dan berkembang pada zaman Dinasti Tang, seribu tahun lebih yang silam, dan tersebar ke kalangan rakyat dari istana. Saya telah mengembangkan pertunjukan wayang, ada gerak-gerak baru yang saya buat dalam mendalangi wayang, misalnya dalam pertunjukan siluman babi menggendong istri, sang tokoh bisa minum air, dan air kelihatan seperti benar-benar dituangkan."

Pertunjukan wayang di rumah keluarga Gao ini banyak yang bertema meriah dan ramai, dari tempat penonton terasa seolah sebuah rombongan teater sedang mengadakan pertunjukan, tapi kalau kita menilik ke balik layar, ternyata hanya beberapa orang saja, bahkan kadang hanya satu orang yang sekaligus mendalangi pertunjukan beberapa wayang kulit. Sang dalang menggunakan berbagai keterampilan mendalangi tokoh-tokoh wayang membuat berbagai macam gerak yang sulit dan menarik.

Suasana seni kerakyatan yang polos dan anggun di rumah keluarga Gao ini mengundang minat banyak wisatawan. Seorang wisatawan, Wu Yanhua mengatakan,"Suasana di sini memperlihatkan budaya kerakyatan daerah Tiongkok utara yang tradisional tapi bergaya Shaanxi. Banyak cerita dalam pertunjukan wayang kulit diperagakan dalam bentuk kerakyatan dan menghibur masyarakat. Semua orang terlibat di dalamnya, baik dari kalangan mampu dan berkedudukan tinggi, maupun dari kalangan rakyat jelata."