Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-08-17 13:40:14    
Melihat-lihat SHANGHAI, "Metropolis di Timur Jauh"

cri

 (Oleh Mudiro )

Tiga hari pada pertengahan bulan Juni di Shanghai ternyata cukup ramah cuacanya. Tidak ada hujan, biarpun sekali-sekali langit agak kelabu. Suhu udara tertinggi berkisar antara 30 dan 32 derajat Celsius. Pagi hari, dan senja hingga malam orang dimanjakan dengan udara sejuk nyaman dan belaian angin semilir.

Obyek pertama yang kami kunjungi ialah bangunan yang sangat menarik, yaitu Menara TV Mutiara Timur (Dongfang Mingzhu Dianshita). Menara yang berdiri di Distrik Baru Pudong ini sudah menjadi ciri khas Kota Shanghai seperti hal tak terpisahkannya Menara Eiffel dengan Paris. Si Mutiara Timur yang selesai dibangun pada tahun 1994 itu tingginya 468 meter, tertinggi di Asia, dan nomor tiga di dunia menyusul menara-menara TV Toronto di Kanada dan Moskow di Rusia. Arsitekturnya menampilkan desain yang khas. Dasar menara ditopang oleh tiga tonggak penyangga lebar-tujuh-meter yang condong ke dalam, mirip akar tunjang pohon beringin. Tiga pilar raksasa yang masing-masing berdiameter sembilan meter menyangga dan menembus sebuah bola raksasa bergaris tengah 50 meter, pada ketinggian 90 meter, terus menjulang ke atas untuk menyangga sebuah bola raksasa lagi bergaris tengah 45 meter, pada ketinggian 259 meter dan 263 meter. Di atasnya ada lagi sebuah bola yang lebih kecil, dengan garis tengah 14 meter, pada ketinggian 350 meter, yang diberi nama Kabin Angkasa. Di pelukan tiga pilar antara dua bola raksasa itu bersarang lima bola yang lebih kecil satu-satu dari atas ke bawah. Lima bola ini berfungsi sebagai hotel 20-kamar yang diberi nama Hotel Angkasa. Di dalam bola raksasa yang atas terdapat restoran berputar tertinggi di Asia, yaitu 267 meter, dan dua lantai peninjauan, masing-masing 263 meter dan 259 meter tingginya. Orang bisa memandang melalui dinding kaca ke segala arah menikmati pemandangan Kota Shanghai dari udara. Di restoran itu yang bergerak perlahan dan berputar terus-menerus --- dengan kecepatan hampir dua jam tiap putaran --- adalah lantai tempat orang duduk makan, sedang bagian tengahnya tempat bermacam-macam masakan dan kue-kue tersedia di atas sejumlah meja besar tidak ikut berputar. Orang makan secara prasmanan (buffet), dan duduk makan minum santai sambil menikmati pemandangan secara menyeluruh.

Waktu itu hari sudah gelap, tapi Shanghai sama sekali tidak gelap. Seluruh kota bermandi cahaya aneka warna lampu. Jalan raya, gedung tinggi modern aneka gaya yang sangat banyak jumlahnya, empat jembatan yang melintasi Sungai Huangpu dan sungai itu sendiri yang melingkari Pudong, perahu motor dan kapal pesiar maupun jenis lain besar kecil yang sedang berlayar maupun yang sedang sandar di dermaga, deretan gedung dari awal abad ke-20 di Wai Tan (The Bund, "Tanggul Besar") seberang sungai, dan banyak obyek lainnya lagi, semuanya tampak kecil seperti mainan, tapi jelas. Pemandangan makin menarik muncul di depan mata ketika berada di lantai peninjauan setinggi 90 meter di bola raksasa yang bawah. Dan lagi kita berdiri melepas pandang di semacam balkon atau serambi, tidak terhalang oleh dinding kaca. Segalanya menjadi lebih jelas karena jaraknya lebih dekat. Sebaliknya, ketika berada di Kabin Angkasa pada ketinggian 350 meter itu segalanya tampak kecil sekali, ini pun memiliki daya tarik tersendiri. Di dalam menara ajaib itu masih ada satu restoran lagi, sebuah mal, dan berbagai fasilitas pameran, sidang dan rekreasi. Di tumpuan menara, jadi pada ketinggian nol meter, terdapat Balai Pameran Perkembangan Sejarah Kota Shanghai alias Museum Sejarah Shanghai.


1  2  3  4  5  6