Dalam sejarah Tiongkok, Dinasti Zhou adalah dinasti ketiga setelah Dinasti Xia dan Dinasti Shang. Dinasti Zhou didirikan oleh Raja Zhouwu pada abad ke-11 Sebelum Masehi dan digulingkan oleh Negara Qin pada tahun 260 Sebelum Masehi, dan seluruhnya berkuasa selama 8 abad. Masa berkuasanya Dinasti Zhou menimbulkan pengaruh mendalam terhadap perkembangan sejarah pada masa kemudian. Dalam acara Ruangan Kebudayaan kali ini, kami perkenalkan pendiri Dinasti Zhou, yaitu Raja Zhouwen yang bernama Ji Chang.
Dinasti Shang yang didirikan pada abad ke-17 Sebelum Masehi mulai bangkrut sampai pada masa berkuasanya Raja Shangzhou, yaitu kira-kira 600 tahun kemudian. Pada waktu itu, beban rakyat sangat berat karena negara terus terlibat dalam peperangan. Kontradiksi antara bangsawan pun meruncing, sehingga masyarakat terjerumus ke dalam kancah krisis yang serius. Pada masa bangkrutnya Dinasti Shang, Negara Zhou, sebuah negara bawahan Dinasti Shang yang terletak di daerah Qishan (Provinsi Shaanxi sekarang) berangsur-angsur berkembang menjadi jaya.
Raja Dinasti Zhou bernama Ji Chang. Setelah naik takhta, Ji Chang yang murah hati melaksanakan pemerintahan yang menguntungkan pemulihan ekonomi. Di bidang politik, ia melaksanakan sistem perpajakan pertanian yang rasional demi kesejahteraan rakyat; di bidang kemiliteran, Dinasti Zhou di bawah pimpinannya berturut-turut memukul mundur serangan beberapa suku etnis nomadik di bagian barat laut, bahkan tidak sedikit suku etnis menyerahkan diri kepada Dinasti Zhou. Selain itu, Ji Chang juga dengan adil menangani persengketaan wilayah dengan negara-negara kecil lainnya. Sementara itu, ia berusaha bergaul dengan tokoh-tokoh yang berpandangan bijaksana dan memperluas pengaruh politiknya, sehingga meletakkan dasar kokoh bagi memperkasanya Negara Zhou.
Perkembangan pesat Zhou menghadapkan Dinasti Shang pada ancaman yang serius. Tak lama setelah itu, Ji Chang ditahan oleh Raja Shangzhou Dinasti Shang. Tujuh tahun kemudian, berkat upaya bawahan Ji Chang yang terus melakukan penyuapan terhadap pejabat terkait, Raja Shangzhou tidak hanya membebaskannya, bahkan melantiknya sebagai pemimpin negara kepangeranan di bagian barat. Setelah kembali ke negerinya di Qishan, Ji Chang bertekad mengembangkan kekuatan Negara Zhou. Pada masa lanjut usia Ji Chang menobatkan dirinya sebagai raja dan memprakarsai koalisi anti-Dinasti Shang, akhirnya ia berhasil juga membasmi Dinasti Shang dan mendirikan Dinasti Zhou. Anaknya Ji Fa setelah naik takhta memberi penghormatan kepada almarhum ayahnya dengan gelar Raja Zhouwen secara anumerta.
Ji Chang berkuasa selama 51 tahun, dan seperti orang suci lainnya dalam sejarah, hasil pemerintahan dan budi pekertinya terus disenandungkan rakyat. Di Tiongkok ada seubah pepatah yang berbunyi: Wenzhi Wugong, yang artinya Raja Zhouwen berprestasi paling baik dalam pemerintahan; sedangkan Raja Zhouwu berprestasi paling baik di bidang kemiliteran. Pepatah itu kemudian banyak digunakan untuk menghargai raja dan kaisar yang berprestasi politik baik dalam sejarah.
Raja Zhouwen adalah seorang raja yang pandai bergaul dengan tokoh-tokoh yang berketrampilan khusus. Jiang Shang adalah seorang tokoh legendaris pada masa berkuasanya Raja Zhouwen. Jiang Shang berbakat memimpin pemerintahan negara. Untuk mencari raja yang bijaksana supaya dapat melakukan ambisinya, ia sering berlagak seperti seorang pedagang atau orang yang suka memancing ikan. Suatu peristiwa, Raja Zhouwen yang sedang berburu di daerah Weishui bertemu dengan Jiang Shang, yang tengah memancing ikan. Melalui percakapan, Raja Zhouwen terkesan oleh ambisi dan bakatnya yang luar biasa. Maka Raja Zhouwen segera menggendong Jiang Shang yang sudah lanjut usia dan berambut putih ke kampnya, dan berguru kepada Jiang Shang. Selama berada di istana untuk membantu Raja Zhouwen dan putranya, Jiang Shang menyusun serentetan kebijakan yang tepat sehingga berjasa besar bagi pembinaan Dinasti Zhou.
Konon Raja Zhouwen juga memberi sumbangan lain yang juga disenandungkan rakyat, yakni selama 7 tahun ditahankan, ia dengan sungguh-sungguh meneliti Kitab Yijing, dan berhasil menyusun "bagua" yang disusun Fuxi menjadi "bagua" yang baru. Kitab Yijing adalah sebuah buku zaman kuno yang menceritakan tata operasi kosmos dengan tanda Yin dan Yang, yaitu tanda negatif dan positif. Apa yang disebut Bagua tersebut adalah 8 macam corak yang terdiri dari tanda Yin dan Yang. "Bagua" Fuxi mencerminkan tata operasi dunia material atau dunia alam, dan disebut orang sebagai "Bagua" Awal; sedangkan "Bagua" Raja Zhouwen mencerminkan tata operasi gerakan dunia alam dan dunia sosial, dan disebut sebagai "Bagua" Akhir. Sejak Dinasti Zhou, Kitab Yijing mengalami perkembanan amat besar, dan melalui upaya tokoh-tokoh berbagai dinasti, kitab itu berangsur-angsur berkembang menjadi teori yang mencerminkan inti sari kebudayaan zaman kuno.
|