Dinasti Qin, dinasti feodal dengan kekuasaan terpusat dan bersatu yang pertama dalam sejarah Tiongkok dilahirkan pada tahun 221 Sebelum Masehi. Dalam acara tetap Ruangan Kebudayaan kali ini kami perkenalkan kaisar pertama Dinasti Qin, yaitu Qin Shihuang sebagai pendiri dinasti tersebut.
Qin Shihuang secara harfiah berarti kaisar pertama Dinasti Qin. Nama Qin Shihuang sebenarnya adalah Ying Zheng, yang sebelum menyatukan Tiongkok adalah raja Negara Qin di bagian barat laut Tiongkok. Yin Zheng naik takhta sebagai raja Negara Qin pada tahun 246 ketika ia baru berusia 13 tahun. Pada waktu itu, Tiongkok tengah berada pada akhir Masa Negara-negara Berperang, ketika itu di Tiongkok terdapat banyak negara kepangeranan yang mandiri. Antara negara-negara itu sering terjadi peperangan untuk saling mencaplok. Waktu itu Negara Qin yang berada di daerah Xianyang dan Xi'an bagian barat laut Tiongkok adalah salah satu negara kepangeranan yang relatif kuat. Setelah dewasa, Ying Zheng yang berambisi melantik tokoh-tokoh yang berpandangan bijak untuk membantunya mengembangkan kemiliteran Negara Qin. Dalam belasan tahun selama berkuasanya, Negara Qin terus melancarkan perang terhadap negara-negara yang lain dan akhirnya berhasil menyatukan Tiongkok. Dengan demikian, Ying Zhen pun berubah dari "raja Negara Qin" menjadi "kaisar Dinasti Qin".
Penyatuan Tiongkok oleh Negara Qin mempunyai arti sangat penting dalam sejarah Tiongkok. Pertama, secara politik, Kaisar Qinshihuang membatalkan sistem penganugerahan gelar kepangeranan dan wilayah dan melakukan sistem Jun dan kabupaten dengan membagi seluruh negeri menjadi 36 Jun yang lebih besar daripada kabupaten. Selain itu, pejabat pusat dan daerah semuanya dipilih dan diangkat langsung oleh sang kaisar dengan jabatan pemerintah tidak boleh diturunkan kepada generasi baru. Sistem pembagian negara dalam 36 Jun yang diprakarsai oleh Dinasti Qin kemudian berkembang menjadi sistem tetap tanpa perubahan dalam sejarah feodal Tiongkok selama dua ribu tahun lebih. Sekarang di Tiongkok masih terdapat banyak kabupaten dengan nama yang ditetapkan pada Dinasti Qin dua ribu tahun yang lalu.
Sumbangan yang lain dalam penyatuan Tiongkok oleh Dinasti Qin termanifestasi pada huruf Kanji yang disatukannya. Sebelumnya di berbagai negara terdapat huruf Kanjinya masing-masing. Biarpun huruf-huruf itu sama sumber asal usulnya dan pada pokoknya berbentuk sama, namun perbedaan yang ada tetap menghalangi penyebarluasan dan pertukaran kebudayaan. Setelah menyatukan Tiongkok, Dinasti Qin mulai berusaha menyatukan huruf Kanji di seluruh negeri dengan menetapkan huruf Kanji Xiaozhuan yang berlaku di Negara Qin sebagai huruf Kanji yang resmi. Sejak itulah, perkembangan huruf kanji berlangsung secara baku. Ini tak pelak lagi mempunyai arti tak ternilai bagi terbentuknya sejarah Tiongkok dan diwarisinya kebudayaan Tiongkok.
Selain itu, Dinasti Qin juga menyatukan ukuran panjang, isi dan berat seluruh negeri. Sama halnya seperti huruf kanji, sebelum penyatuan Tiongkok, ukuran panjang, isi dan berat di tiap negara berbeda-beda, ini sangat menghalangi perkembangan ekonomi. Sementara itu, Kaisar Qinshihuang juga menyatukan mata uang dan hukum Tiongkok sehingga telah menciptakan syarat perkembangan ekonomi, dan juga sangat memperkokoh kekuasaan pemerintahan pusat.
Untuk meningkatkan kekuasaan monarkis secara ideologis, pada tahun 213 sebelum Masehi, Kaisar Qinshihuang memerintahkan membakar semua kitab sejarah negara lain kecuali Kitab Sejarah Negara Qin serta kitab-kitab doktrin Pikiran Konfusius. Bahkan mereka yang berani menyimpan dan menyebarluaskan buku-buku tersebut dihukum mati. Sementara itu, untuk menghadapi serangan kekuasaan etnis minoritas di bagian utara Tiongkok, Kaisar Qinshihuang memerintahkan untuk memperbaiki tembok-tembok besar yang dibangun masing-masing oleh Negara Qin, Negara Zhao dan Negara Yan untuk disambung menjadi satu tembok besar yang melintang dari gurun pasir di bagian barat sampai pantai laut di bagian timur Tiongkok dengan panjangnya mencapai 5000 kilometer lebih. Sementara itu, Kaisar Qinshihuang mengerahkan 700 ribu tenaga kerja untuk membangun Makam Gunung Lishan yang memakan biaya sangat besar. Makam itu sekarang dikenal sebagai warisan dunia Makam Qin beserta prajurit dan kuda terakota.
Kaisar Qinshihuang berjasa dalam menyatukan Tiongkok dan mengakhiri situasi terpecah belah Tiongkok dalam jangka panjang dalam sejarah untuk mendirikan satu negara feodal yang perkasa dan multi etnis dengan etnis Han sebagai penduduk induknya. Sejak itu, Tiongkok melangkah maju membuka lembaran baru dalam sejarah.
|