|
Tahun 1997 pada saat genap 30 tahun berdirinya Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), organisasi tersebut memutuskan pengadaan mekanisme konsultasi pertemuan berkala dengan pemimpin Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Pertemuan tersebut disebut singkat sebagai pertemuan "10+3". Pertemuan "10+3" tahun ini akan diselenggarakan di Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia tanggal 12 Desember mendatang, dan PM Tiongkok Wen Jiabao akan menghadiri konferensi tersebut.
Pembentukan mekanisme "10+3" bermula pada kesadaran krisis. Krisis moneter Asia tahun 1997 telah mendatangkan kerugian yang bersifat malapetaka kepada negara-negara Asia Timur, dan membangkitkan keinginan keras negara-negara tersebut untuk mendorong kerja sama regional dan untuk senasib sepenanggungan. Pertemuan pemimpin?pemimpin ASEAN, Tiongkok, Jepang dan Korsel di Kuala Lumpur pada akhir tahun 1997 menandakan dihidupkannya secara resmi kerja sama "10+3". Mekanisme ini terutama mengadakan pembahasan sekitar prospek, perkembangan dan arah kerja sama Asia Timur pada Abad Ke-21, serta pendorongan lebih lanjut lingkup kerja sama tersebut, demi memberikan sumbangan besar untuk perdamaian, kestabilan dan perkembangan Asia Timur. Kini mekanisme "10+3" telah menjadi jalur utama untuk kerja sama kawasan Asia Timur, memainkan peranan penting untuk mendorong pembauran ekonomi regional, dan setapak demi setapak menemukan jalan kerja sama yang sesuai dengan ciri kawasan Asia Timur yang beragam.
Bersama dengan itu, antara Asean dan Tiongkok, Asean dan Jepang serta Asean dan Korsel diadakan pula pertemuan tingkat tinggi yang disebut mekanisme "10+1". Mekanisme tersebut bertujuan untuk meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama antara ASEAN dan Tiongkok, ASEAN dan Jepang serta ASEAN dan Koesel. Pertemuan pemimpin ASEAN dan Tiongkok Ke-9 akan diselenggarakan di Kuala Lumpur pada tanggal 12 Desember mendatang, dan Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao akan menghadiri pertemuan tersebut. Pertemuan "10+1" (ASEAN dan Tiongkok) sekarang telah berkembang menjadi mekanisme kerja sama yang bertujuan mendorong perkembangan menyeluruh hubungan antara ASEAN dan Tiongkok.
Hubungan antara ASEAN dan Tiongkok mencapai perkembangan stabil dengan mekanisme "10+1". Dalam pertemuan pemimpin ASEAN-Tiongkok Ke-5 yang diadakan pada tahun 2001, kedua pihak sepakat untuk membangun Zona Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN dalam 10 tahun mendatang. Dan kedua pihak menandatangani Persetujuan Kerangka Kerja Sama Ekonomi Menyeuluruh dan Deklarasi Tentang Prilaku Berbagai Pihak Di Laut Tiongkok Selatan pada tahun 2002, menetapkan target pembangunan Zona Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN pada tahun 2010. Pada tahun 2003, dalam pertemuan pemimpin ASEAN-Tiongkok Ke-7, Tiongkok dan ASEAN mengumumkan pembinaan "hubungan mitra strategis berorientasi perdamaian dan kemakmuran", dan Tiongkok secara resmi menanda tangani Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama Asia Tenggara, menjadi negara pertama non Asia Tenggara yang bergabung dengan perjanjian tersebut. Dalam pertemuan pemimpin ASEAN-Tiongkok Ke-8 yang diadakan di Vientiane, ibu kota Laos tahun lalu, PM Tiongkok Wen Jiabao mengajukan 10 usul baru, yaitu meningkatkan hubungan tingkat tinggi kedua pihak, melaksanakan persetujuan sebelumnya, membentuk mekanisme dialog menteri energi, mengintensifkan kerja sama di bidang non keamanan, serta meningkatkan intensitas kerja sama sub-regional dan lain sebagainya, dengan mendapat penghargaan tinggi dari negara-negara Asean. Tahun depan adalah genap 15 tahun dibinanya kemitraan dialog Tiongkok-ASEAN, karena itu pertemuan pemimpin "10+1" tahun ini mempunyai arti penting bagi perkembangan hubungan antara Tiongkok dan ASEAN.
|