Tanggal 22 Maret Tahun ini adalah Hari Air Dunia ke-14. Tema hari tersebut tahun ini sebagai Air Dan Kebudayaan.
Tanggal 18 Januari tahun 1993, berdasarkan usul yang dikemukakan dalam Agenda Aksi Abad Ke-21 oleh Konferensi Lingkungan Dan Pembangunan PBB, Majelis Umum PBB Ke-47 meluluskan resolusi nomor 193 yang mengukuhkan tanggal 22 Maret setiap tahun sebagai Hari Air Dunia mulai tahun 1993, dalam rangka mendorong perancangan dan pengelolaan terkoordinasi dan terpadu terhadap sumber daya air, meningkatkan perlindungan atas sumber daya air dan mengatasi masalah kekurangan air yang kian serius dari hari ke hari. Sementara melalui penggelaran kegiatan penyuluhan dan pendidikan secara luas meningkatkan kesadaran masyarakat atas eksploitasi dan perlindungan sumber daya air.
Sekali pun 70,8 persen luas bumi tertutup oleh air, namun sumber daya air tawar sangat terbatas. 97,5 persen dari seluruh sumber daya air itu adalah air asin yang tak dapat diminum. Sedangkan di antara air tawar dunia yang hanya merupakan 2,5 persen itu, 87 persen adalah penutup es di kedua kutup, gletser gunung tinggi serta salju dan es di jalur beku permanen yang sulit dimanfaatkan oleh umat manusia. Hanya tinggal air sungai dan danau serta sebagian air di bawah tanah yang dapat dimanfaatkan umat manusia dalam arti kata yang sesungguhnya, dan itu pun hanya merupakan 0,26 persen dari vikume total air di seluruh jagat, lagi pula dengan penyebarannya yang tidak rata.
Menurut Laporan Eksploitasi Sumber Daya Air Dunia yang diumumkan PBB tanggal 13 Maret lalu, volume konsumsi air di seluruh dunia pada abad ke-20 telah bertambah 6 kali lipat, dengan laju pertumbuhan dua kali lipatnya pertumbuhan penduduk. Karena kurang baiknya pengelolaan, kurangnya sumber daya, perubahan lingkungan dan kurangnya pasokan untuk infrastruktur , memungkinkan sekitar seper-5 penghuni bumi ini tak dapat memperoleh air minum yang aman, dan 40 persen penghuni tidak memiliki sarana sanitasi pokok. Sementara itu, pencemaran air juga lebih lanjut menggerogoti sejumlah besar sumber daya air yang dapat dikonsumsikan, sehingga merugikan kesehatan umat manusia. Stiap tahun terdapat 3,1 juta orang meninggal dunia karena penyakit-penyakit yang disebabkan oleh mengkonsumsi air minum tidak bersih, dan hampir 90 persen di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun. Apa bila dapat menyediakan air minum yang aman dan memperbaiki sarana sanitasi, sekitar 1,7 juta orang di antaranya akan dapat terselamatkan jiwanya.
Karena perbedaan tradisi budaya, masyarakat di daerah yang berlainan di dunia akan menunjukkan cara-caranya sendiri dalam prihal pengenalan , pemanfaatan dan pemujaan terhadap air. Tahun ini, PBB mentautkan erat-erat Hari Air Dunia dengan kebudayaan. Selama berabad-abad ini, air tidak hanya disakralkan oleh banyak agama, dimanfaatkan secara luas dalam upacara penting ritual dan perayaan, juga diekspresikan dalam banyak bentuk kesenian antara lain musik, lukisan , karya dan film. Selain itu, air juga berkaitan sangat erat dengan riset ilmiah umat manusia. Sekali pun masyarakat di daerah yang berlainan di dunia mengsakralkan air dengan cara yang berbeda, namun mereka semuanya menyadari nilai air dan kedudukan intinya dalam kehidupan umat manusia. Tradisi kebudayaan, adat istiadat dan nilai sosial telah menentukan bagaimana masyarakat mengenal dan memanfaatkan air. Karena itu, untuk mengatasi krisis air yang semakin serius dewasa ini, haruslah memahami dan memikirkan makna budaya dari air .
|