|
Etnis Nu adalah salah satu etnis minoritas di Tiongkok yang penduduknya relatif sedikit. Etnis Nu terutama bermukim di kedua tepi lembah besar Suangai Nujiang, Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya. Hubungannya dengan dunia luar sangat tidak lancar karena lokasinya terhalangi oleh pegunungan. Sejak lama, perkembangan ekonomi dan sosial relatif terbelakang. Kini, dengan dukungan pemerintah setempat, sejumlah keluarga Etnis Nu menggalakkan usaha pariwsata dengan judul "kegembiraan di keluarga petani." dalam edisi minggu ini, Anda akan saya ajak untuk berkunjung ke Desa Jiasheng, sebuah desa Etnis Nu untuk menyaksikan perubahan kehidupan mereka setelah mengusahakan industri pariwisata.
Dari Kunming, ibukota Provinsi Yunnan kita tiba di Kabupaten Otonom Etnis Nu dan Etnis Dulong, tempat permukiman Etnis Nu setelah memakan waktu selama sebelas jam dengan mobil. Setelah itu, kita naik mobil lagi untuk menyusuri lembah besar Sungai Nujiang selama satu jam. Kini tibalah kita di Desa Jiangsheng. Di kedua tepi jalan, tampak rumah-rumah kayu Etnis Nu yang baru berderet dengan rapi. Melayang dari rumah-rumah tersebut terdengarlah suara nyanyian merdu Etnis Nu.
Saat kami melangkah masuk ke keluarga seorang petani yang bernama Liu Yanghai, dia sedang sibuk menjamu tamu-tamu. Liu Yanghai mengatakan, dulu keluarganya sangat miskin. Sejak digalakkannya usaha pariwisata "kegembiraan di keluarga petani," kehidupannya kian membaik.
"Sebelum diadakannya usaha pariwisata, pendapatan keluarga saya sedikit. Kami hidup dengan mengandalkan tanah garapan, menjual ayam, sehingga hidup kami susah."
Untuk membantu kaum tani Etnis Nu menanggulangi kemiskinan, enam tahun yang silam, pemerintah setempat memutuskan untuk mengembangkan industri pariwisata yang memanfaatkan keunggulan khas daerah Sungai Nujiang. Liu Yanghai meminjam uang dari sanak keluarganya dan membangun beberapa kamar tamu untuk menyelenggarakan industri pariwisata "kegembiraan di keluarga petani." Sejak itu, turis dari kota-kota kabupaten dan provinsi bertambah banyak untuk mencicipi masakan khas Etnis Nu sambil menikmati nyanyian dan tariannya.
Liu Yanghai mengatakan, sejak diselenggarakannya program "kegembiraan di keluarga petani" sejak enam tahun yang silam, pendapatan keluarganya setiap tahun sekurang-kurangnya mencapai satu atau dua puluh ribu yuan RMB. Ia tidak saja mampu membayar utang dan membeli sejumlah perabot rumah tangga, tetapi juga bisa menabung.
Di sebelah rumah Liu Yanghai, seorang gadis yang mengenakan pakaian khas Etnis Nu menarik perhatian umum. Gadis itu bernama Kai Chu, kini berumur 23 tahun. Sama seperti keluarga Liu Yanghai, keluarganya juga mengusahakan "kegembiraan di keluarga petani" mulai dari tahun 2000. Sebelumnya, ayahnya bekerja di kota kabupaten, ibunya membuka sebuah kedai kecil di desanya, sedangkan dia sendiri bekerja di luar desa. Walau taraf kehidupan keluarganya sedikit lebih tinggi daripada keluarga lainnya, namun pendapatannya tetap terbatas. Setelah digalakkannya usaha industri, bisnis keluarganya semakin makmur. Karena kekurangan tenaga kerja, Kai Chu kembali ke desanya. Pengalamannya selama bekerja di luar desa telah membuka lingkup pengetahuannya. Kai Chu mengatakan, program "kegembiraan di keluarga petani" tidak saja menambah pendapatan keluarganya, tetapi juga berperan dalam mempromosikan dan melindungi kebudayaan Etnis Nu, sehingga adat istiadat dan kebiasaan Etnis Nu tetap terpelihara.
Pada saat makan di rumahnya, Kai Chu menyanyikan lagu sambil menyumbangkan arak beras yang dibuat keluarganya sendiri. Kai Chu mengatakan, selain menyajikan masakan khas Etnis Nu kepada para tamu, dia bersama gadis-gadis lainnya mempertunjukkan tarian Xuanzi, sejenis tarian khas Etnis Nu. Tarian itu terkenal dengan gaya berputar-putar badan. Kai Chu mengatakan, kebudayaan khas Etnis Nu telah menarik semakin banyak turis. Demikian ia menjelaskan gagasannya.
"Seiring dengan bertambahnya turis, saya selanjutnya akan membentuk sebuah rombongan kesenian untuk mempertunjukkan nyanyian dan tarian Etnis Nu kepada para turis supaya para petani bisa mendapat uang lebih banyak. Selain itu, saya akan membangun kembali sejumlah rumah khas Etnis Nu. Gagasan ketiga ialah menyediakan rumah dan sayur-mayur untuk membiarkan para tumu masak sendiri, supaya mereka menyelami sepenuhnya kehidupan Etnis Nu yang sebenarnya."
Ketiak Kai Chu tengah berbicara, tempak beberapa turis yang tinggal di rumahnya kembali setelah bertamasya, maka Kai Chu mulai sibuk memasak untuk turis-turis itu. Seorang turis di antaranya mengatakan,
"Diselenggarakannya program "kegembiraan di keluarga petani" memungkinkan banyak turis dari berbagai tempat di Tiongkok untuk dapat mengenal kehidupan khas Etnis Nu."
Di Desa Jiasheng ada lima puluh keluarga. Selain keluarga Kai Chu dan keluarga Liu Yanghai, ada pula beberapa keluarga yang mengusahakan "kegembiraan di keluarga petani." Feng Weixiang, seorang pejabat setempat untuk urusan etnis mengatakan, industri pariwisata Etnis Nu baru saja mengayunkan langkah pertama, selanjutnya pemerintah setempat akan menciptakan syarat yang lebih baik, agar lebih banyak petani Etnis Nu lainnya menjadi kaya melalui pengembangan industri pariwisata. Feng Weixiang mengatakan,
"Dalam tahun ini, kami akan membangun sebuah jalan beraspal, membangun sebuah lapangan parkir, tempat belanja, istirahat dan rekreasi. Kemudian kami akan membentuk sebuah rombongan berkuda. Para turis akan dapat bertamasya dengan naik kuda untuk lebih mengenal adat istiadat setempat. "
|