Perubahan adalah salah satu hal yang terjadi setiap hari di Beijing. Kota Beijing sendiri, yang telah berumur lebih sekitar tiga ribu tahun, senantiasa berubah. Salah satu tujuan Beijing City Planning Exhibition, atau Pameran Perencanaan Kota Beijing, adalah memamerkan perubahan ini kepada dunia, supaya sejarah kota Beijing yang mulai banyak terkubur oleh pembangunan dan perubahan kota itu sendiri, tetap dapat diingat, dinikmati, dan dipelajari oleh siapa saja.
Museum yang terletak di daerah Qianmen ini dulunya berdekatan dengan stasiun kereta api yang kini sudah almarhum.
"Ini adalah Menara Qianmen. Pada jaman kerajaan, menara ini digunakan untuk melindungi Gerbang Chengyang. Dapat kita lihat, bangunan menara ini memiliki banyak sekali jendela. Ketika musuh mulai menduduki Gerbang Chengyang, pasukan kerajaan akan naik ke menara ini dan menembakkan panah dari jendela-jendela. Yang ini adalah Gerbang Zhonghua, tetapi sekarang telah dihancurkan menjadi Daerah Peringatan bagi Ketua Mao. Ini lapangan Tianamen pada jaman dahulu dan Jalan Chang'an pada jaman dahulu. Sedangkan di sebelah selatan, terdapat Menara Genderang dan Menara Lonceng. Sampai sekarang, kedua bangunan ini masih ada."
Di lantai ketiga, Anda dapat menyaksikan sebuah ruangan berbentuk melingkar yang dindingnya dihiasi oleh gambaran kota Beijing di masa silam sehingga Anda bisa menelusuri sudut-sudut Beijing sebagai ibukota kerajaan Tiongkok. Bila Anda ditemani pemandu wisata, maka pemandu wisata Anda akan bercerita tentang aspek-aspek kota Beijing di masa silam, termasuk mana yang sekarang masih dilestarikan dan mana yang telah dihancurkan.
Selain melalui lukisan, Pameran Perencanaan Kota Beijing juga menyediakan model-model rumah kuno Beijing, yang disebut siheyuan, atau kompleks rumah berpekarangan tengah yang berbentuk segi empat. Meskipun setiap kompleks rumah memiliki pekarang segi empat, tetapi tiap rumah memiliki simbol-simbol desain yang menunjukkan status sosial pemilik rumah yang biasanya bisa ditentukan langsung dari desain pintu gerbang rumah dan sepasang ukiran batu yang ditaruh di depan pintu.
Salah satu keunikan arsitektur Tiongkok ditunjukkan oleh model-model mungil ini. Atap rumah Beijing, yang kelihatan begitu anggun, ternyata memiliki struktur yang amat kompleks yang saling menopang satu sama lain. Dalam pembuatannya, teknik penopangan mengandalkan struktur, sehingga sama sekali tidak dibutuhkan paku yang menghubungkan satu kayu dengan kayu lainnya.
Setelah mengagumi keanggunan Beijing di masa silam, di Pameran Perencanaan Kota Beijing ini, Anda dapat pula menyaksikan maket raksasa yang mengilustrasikan bagaimana Beijing akan terus dibangun untuk menyambut Olimpiade Beijing 2008. Sebuah daerah yang dinamakan Olympic Village, atau Kawasan Olimpiade, merupakan kawasan dengan arsitektur mutakhir demi mengakomodasi kebutuhan Olimpiade. Pada kawasan ini, dua gelanggang olahraga yang melambangkan konsep ying dan yang pada kepercayaan Taoisme dibangun berdampingan. Stadion olahraga atletik dan sepakbola kelas dunia yang dapat menampung 91 ribu penonton dibangun dengan elemen api yang berwarna merah. Dari angkasa, bangunannya terlihat seperti sarang burung. Sedangkan bangunan di sebelahnya adalah arena olahraga air yang terlihat seperti sebongkah batu es. Dinding-dindingnya terbuat dari kaca yang bergelombang, sehingga menghasilkan ilusi seperti mengamati dunia dari dinding air yang bergelombang.
Selain gelanggang olahraga ini, juga akan dibangun gedung baru CCTV, saluran televisi milik pemerintah, untuk memberi pelayanan media yang lebih layak.
Di lantai ke-4 gedung Pameran, terhampar peta kota Beijing dengan sebagian bangunan dibuat miniaturnya sehingga Anda dapat membayangkan wajah Beijing di masa depan.
Melengkapi gedung pameran yang disejukkan oleh pendingin ruangan ini adalah sebuah ruang sinema yang dindingnya melengkung untuk menyajikan film-film berdimensi lebar. Salah satu film yang tersedia berjudul "Beijing Kota yang Abadi." Film dengan durasi 10 menit ini menyajikan sekelumit sejarah Beijing dan masa depan Beijing. Sedangkan film animasi 6 menit yang berjudul "Beijing Baru" melukiskan dalam 3 Dimensi bangunan-bangunan Beijing di masa yang akan datang, terutama bangunan-bangunan di Kawasan Olimpiade.
Ketika CRI mengunjungi pameran ini, 80 anak-anak berusia 11 ? 16 tahun dari propinsi Shandong juga sedang mengunjungi museum ini. Bagaimana pendapat anak-anak, yang merupakan generasi penerus Tiongkok tentang kota Beijing?
Ini adalah Ji Mi, yang berusia 16 tahun.
Sebelum datang ke sini, saya sudah membayangkan bahwa Beijing adalah tempat yang bagus, tetapi setelah tiba di sini, di luar dugaan, ternyata Beijing sangat moderen.
Ji Mi dan teman-temannya baru saja mengunjungi Taman Miniatur Dunia dan lapangan Tiananmen. Mereka akan melanjutkan perjalanan ke Istana Kuno.
Bagaimana kata anak-anak lain?
Saya paling suka Istana Kuno. Saya ingin menyaksikan sendiri rumah-rumah yang dihuni raja pada jaman dahulu.
Saya kira Beijing lebih bagus karena lebih maju. Yang paling saya sukai adalah pemandangan yang berkaitan dengan Olimpiade.
Beijing yang direncanakan sebagai kota moderen yang gilang gemilang, ternyata perencanannya juga menuai kritik berbagai pihak. Pasangan Xie Yinghua dan Huang Shun Ying yang telah tinggal di Beijing selama 40 tahun lebih menyesalkan kehancuran kota kuno Beijing demi modernisasi.
Sejak kemerdekaan RRT, banyak ahli yang menyarankan bahwa kota Beijing lama itu dipertahankan secara utuh, tidak dibangun bangunan baru di kota yang lama itu. Dan kota Beijing yang baru dibangun di luar. Jadi kota lama itu dikelilingi oleh benteng. Benteng itu supaya utuh dipelihara.
Tapi waktu itu pendapat itu tidak diterima oleh pemimpin. Istana kuno sih masih dipertahankan, tetapi rumah-rumah seperti siheyuan itu sudah banyak yang rusak, dan bentengnya sudah nggak ada. Sudah punah, tinggal simbolis saja.
Dulu kami tinggal di Fuxingmen, masih ada bentengnya. Dulu Qianshanmen itu ada bentengnya itu. Kalau menonton pertandingan bulu tangkis, kami menyusuri benteng itu. Dulu ada tremnya, teng teng teng, begitu. Tapi sekarang sudah dibongkar menjadi rumah.
Menurut Pak Xie dan Ibu Huang, salah satu penyebab dari hilangnya bangunan-bangunan bersejarah itu, selain karena kebijakan pemerintah dalam tata kota, juga karena penduduk Beijing yang kini mencapai 12 juta orang.
Sekarang pendatang dari Beijing saja 4 juta. Tambah yang ada di Beijing sendiri sudah lebih dari 10 juta. Jadi Beijing ini sangat sesak sekali.
Bagi mereka yang mencintai nilai dan identitas sejarah sebuah kota, Beijing yang sekarang tidak lagi memiliki nuansa yang berbeda dengan kota-kota lain. Selain itu, Beijing menjadi terasa gersang karena sungai-sungai yang dulunya mengalir di Beijing telah ditimbun untuk kepentingan perumahan, sistem transportasi kota, dan pembangunan kawasan industri.
Yang paling saya sayang itu bentengnya. Dulu kalau saya melewati Xizhemen itu melewati benteng itu. Pintunya masih ada bagus. Sekarang sudah tidak ada. Sisanya pun tidak ada.
|