|
Saudara Pendengar, sebagai sebuah kegiatan Festival Kesenian Asia ke-8, Pameran Karya Baik Artistik Asia Tenggara simpanan Balai Seni Rupa Singapura dipamerkan di Gedung Seni Rupa Tiongkok mulai dari tanggal 31 bulan Agustus. Itu merupakan pertama kali pameran artistik modern Asia Tenggara diadakan di Tiongkok, dan menggugah kembali pemikiran tentang perbedaan dan pemaduan artistik antara Timur dan Barat. Berikut laporannya.
Saudara pendengar, Balai Seni Rupa Singapura selalu berupaya mengkoleksi dan memamerkan karya artistik Asia Tenggara. Dalam pameran kali ini, mereka membawakan lebih dari 70 karya simpanan, mencakup karya yang diciptakan oleh lebih dari 50 artis dari 10 negara ASEAN dan memperagakan artistik modern Asia Tenggara dari akhir abad ke-19 sampai abad ke-20.
Karya lukisan yang dipamerkan kali ini terdiri dari berbagai teknik ekspresi, antara lain, lukisan cat minyak di atas kanvas, lukisan cat minyak di atas sutra, lukisan lak, lukisan cat air, dan guntingan kertas, isinya mencakup lukisan pemandangan, lukisan manusia dan lukisan hiasan. Menyinggung kesannya mengunjungi pameran itu, seorang guru Kanada yang pernah mengunjungi banyak balai seni rupa Eropa dan Amerika Serikat, M. Lorraine Boyd mengatakan,
"Dari lukisan-lukisan itu, saya dapat menemukan pemaduan artistik Timur dan Barat yang nyata. Kebanyakan lukisan itu diciptakan pada beberapa tahun yang lalu, maka tidak terpengaruh oleh iptek modern, melainkan melukis apa yang dilihat, dan mencerminkan apa yang dipikirkan dan dirasakan para artis. Mesin dapat membatasi daya cipta manusia pada taraf yang tertentu. Akan tetapi, dari lukisan-lukisan itu dapat menemukan daya cipta pelukis yang sangat kaya."
Asia Tenggara adalah kawasan yang geografi, kebudayaan dan agamanya pluralis, sangat terpengaruh oleh kebudayaan Tiongkok dan India. Adat istiadat dan kebudayaan dari peradaban kuno Tiongkok, India dan Asia Barat serta Agama Hindu, Agama Buddha, Agama Islam dan Agama Kristen menganugerahkan tanah subur kepada perkembangan seni lukis modern Asia Tenggara. Setelah abad ke-16, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat berturut-turut membangun koloni di berbagai tempat Asia Tenggara dan meninggalkan mekanisme sosial dan pola kehidupan Barat kepada orang setempat dan memberi pengaruh yang mendalam dan menjangkau jauh kepada perkembangan seni lukis modern Asia Tenggara. Pertemuan, perbenturan dan pemaduan pelbagai unsur itu pada akhirnya membentuk wajah unik seni lukis modern Asia Tenggara. Ketua Balai Seni Rupa Tiongkok, Fan Di'an pernah menyatakan, seni lukis modern Asia Tenggara mencerminkan perubahan sosial dan evolusi kebudayaan berbagai negara Asia Tenggara, dan mempunyai keistimewaan regional dalam kategori seni lukis modern dunia. Modernisasi Asia Tenggara mempunyai sifat kemajemukan, maka seni lukis modern Asia Tenggara yang beraneka ragam pernah memberi sumbangan penting dalam proses evolusi sejarah seni lukis dunia.
Dua lukisan yang dipamerkan kali ini diciptakan oleh pelukis Myanmar, MPP Yei Myint, yaitu "Mimpi di Siang Hari ? Self-portrait " dan " Artis' Work Station ". MPP Yei Myint adalah pemimpin gerakan seni lukis modern Myanmar, banyak lukisannya telah disimpan permanen oleh Balai Seni Rupa Singapura, Museum Seni Rupa Asia Fukuoka dan sejumlah kolektor pribadi dari Singapura dan Amerika Serikat (AS). Lukisannya sangat bernuansa dekorasi. Dalam karyanya yang berjudul "Mimpi di Siang Hari ? Self-portrait", pelukis menggambar profil orang dengan warna yang sangat tajam dan meloncat dengan latar belakang warna gelap. Langit yang keemas-emasan, tumbuh-tumbuhan nan hijau, rambut orang yang berwarna merah dan putih berselang-seling, dan kulit berwarna hijau mengundang tatapan tajam para pengunjung. Ibu M. Lorraine Boyd sangat mengagumi lukisan itu, dikatakannya,
"Pelukis mempunyai semacam perasaan kehilangan akal dan kegagalan sama seperti dengan pelukis lain di era yang sama. Banyak pita merah berbelit-belit dalam lukisan dapat mewakili banyak hal, misalnya urusan yang rumit. Akan tetapi, saya dapat menyaksikan sebuah harapan dari langit yang keemas-emasan dan warna yang tegas dan hidup dalam lukisan itu."
Para pelukis melalui goresan gambarnya merenungkan kembali gejala sosial, situasi politik, kepercayaan agama setempat serta kebudayaan Barat. Misalnya, lukisan berjudul "Perang Dan Perdamaian" karya Hendra Gunawan pada zaman Indonesia berjuang untuk melawan kolonialisme dan lukisan berjudul "Cerita yang Selamanya Tidak Ada Bagian Terakhir" ciptaan Bayu Utomo B.Radjikin dari Malaysia yang mencerminkan agresi ideologi Barat.
Abad ke-20 adalah zaman yang berkembang pesat, berbagai negara Asia Tenggara berturut-turut berkembang menuju modernisasi dan urbanisasi menurut langkahnya masing-masing, sedangkan kehidupan kota yang berubah pesat membuat sejumlah kelompok merasa tidak tahu apa yang harus diperbuat. Pelukis Filipina, Antonio Tony Leano dalam karyanya yang berjudul "Memupuri Kota" memanifestasikan tekanan irama cepat kehidupan di kota besar kepada masyarakat. Di depan lukisan itu, pengunjung Tiongkok, Ye Lin mengatakan,
"Penggunaan warna dalam lukisan Asia Tenggara bergaya campuran Timur dan Barat. Ekspresi dan warna itu menunjukkan semacam ekstrusi dalam kehidupan modern Asia Tenggara dan ruang kelangsungan hidup umat manusia, serta semacam kepedulian humaniora yang keras. Saya merasa pameran kali ini menyediakan sebuah jalan pemikiran baru kepada kalangan artis dan pekerja seni lukis Tiongkok untuk memperluas temanya."
Pameran Karya Baik Seni Rupa Asia Tenggara simpanan Balai Seni Rupa Singapura kali ini dari sudut sosial dan antropologi, melalui perkenalan tentang kesenian Asia Tenggara yang cemerlang penuh warna, memperagakan kepada pengunjung dunia ekstrinsik dan intern artistik modern Asia Tenggara, menarik kembali pandangan masyarakat dari Barat ke Asia dan membuka sebuah pintu gerbang untuk pertukaran seni lukis Asia. Justru seperti apa yang dikatakan Ketua Balai Seni Rupa Singapura, Guo Jianchao,
"Kami mengharapkan dapat mengembangkan bersama sebuah platform Asia untuk mendorong pertukaran informasi yang lebih efektif dan tepat waktu, serta kerja sama dan pertukaran pameran dan penelitian proyek dalam rangka menciptakan kegiatan penelitian penggelaran pameran yang lebih bervitalitas, dan memungkinkan Balai Seni Rupa Asia menjadi platform penting untuk memperlihatkan, membahas, mengutarakan serta mengembangkan kebudayaan."
|