Di Tiongkok ada satu dongeng yang sangat menarik, yaitu Chang'e terbang ke bulan. Dalam ruangan kebudayaan hari ini kami ceritakan dongeng tersebut dan hubungannya dengan hari raya Chongqiu atau Festival Pertengahan Musim Rontok, atau juga disebut di kalangan Tionghoa di Indonesia sebagai perayaan Tongciu.
Hari raya Chongqiu yang setiap tahun jatuh pada tanggal 15 bulan delapan penanggalan Imlek, adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok yang paling penting. Tahun ini festival ini jatuh pada tanggal 6 Oktober.
Pada malam itu, ketika bulan purnama terbit perlahan-lahan dari cakrawala timur, para orang tua bersama anak dan cucunya duduk di depan meja yang dipajangi dengan buah-buahan dan lain-lain seperti semangka, apel dan kue bulan. Sementara menikmati buah-buahan dan kue bulan yang lezat, mereka menikmati kebahagiaan keluarga. Para orang tua tak lupa bercerita dongeng tentang Dewi Chang'e yang terbang ke bulan.
Konon di Istana Kayangan ada seorang dewi bernama Chang'e. Ia adalah keponakan Kaisar Kayangan. Ia dinikahkan kepada seorang dewa yang bernama Houyi. Mereka hidup bahagia sebagai suami isteri. Waktu itu di langit terdapat 10 matahari sehingga padai-padi di ladang terpanggang hangus, dan di bumi binatang ganas dan ular berbisa merajalela ke mana-mana.
Maka Kaisar Kayangan memutuskan mengutus Houyi ke bumi untuk membasmi 9 dari 10 matahari itu guna membantu umat manusia memberantas binatang ganas dan ular berbisa di bumi. Chang'e juga mengikuti Houyi. Setiba di bumi, Houyi menempatkan Chang'e di sebuah gua. Sedangkan dia sendiri pergi memanah matahari dan binatang ganas.
Chang'e yang hidup seorang diri dalam gua merasa sangat kesepian. Pada suatu hari, ia menyaksikan hanya tinggal satu matahari di atas langit. Chang'e berpikir dalam hati bahwa suaminya tentu sudah menyelesaikan misi yang diberikan Kaisar Kayangan dan segera akan kembali ke sisinya. Karena itu, Chang'e ingin menari karena gembira. Namun begitu mengangkat kaki akan menari, tiba-tiba ia merasa kaki dan badannya tidak selincah biasanya. Dulu ia biasa terbang menari-nari di tengah-tengah atau di atas awan, tapi setelah datang di bumi, ia tak bisa terbang lagi, maka ia merasa sangat cemas.
Pada suatu hari, Houyi kembali ke gua itu dan sangat heran melihat Chang'e menangis. Setelah mendengar sebabnya, Houyi menghibur Chang'e agar tidak sedih karena di rumah Permaisuri Barat di Kayangan ada obat awet muda seumur hidup. Houyi berjanji kepada istrinya akan meminta obat itu. Menurutnya siapa saja yang makan obat itu akan hidup selama-lamanya di dunia manusia, dan ini jauh lebih baik daripada terbang kembali ke kayangan untuk hidup terus-menerus kesepian. Chang'e setelah mendengar kata-kata suaminya itu pun tidak menangis lagi dan mendesak Houyi supaya cepat-cepat kembali ke langit untuk mengambil obat itu.
Setelah melalui jalan berliku-liku, Houyi akhirnya sampai di Istana Permaisuri Barat di Gunung Kunlun. Permaisuri Barat setelah mendengar cerita Houyi memberikan obat itu kepada Houyi dan menerangkan bahwa orang yang makan satu bungkus obat, akan awet muda seumur hidup, sedangkan makan dua bungkus, akan mampu terbang ke kayangan dan kembali menjadi dewa atau dewi. Houyi bertekad akan tinggal di atas bumi untuk terus mengabdi kepada umat manusia, maka ia meminta dua bungkus obat itu untuk dirinya dan satu bungkus lagi unti istrinuya.
Beberapa bulan setelah itu, Houyi kembali ke gua yang menjadi rumahnya. Melihat Houyi membawa pulang obat itu, Chang'e sangat gembira dan inging cepat-cepat makan obat itu. Tapi Houyi mengatakan kepada istrinya, "Jangan terburu nafsu, besok adalah hari yang baik, bulan akan purnama, kita makan obat itu sama-sama besok."
Malam sudah larut, Chang'e bagaimana pun tidak bisa tidur. Ia berpikir lebih baik ia makan sekaligus dua bungkus obat itu supaya dapat kembali ke kayangan. Maka ia pun melahap dua bungkus obat itu dan ke luar dari gua. Ketika itu bulan purnama sangat terang dan Chang'e merasa badannya sangat ringan. Iapun terbang ke langit. Kaisar Khayangan yang mengetahui bahwa Chang'e telah kembali ke Istana Kayangan tanpa titah, menganggapnya telah melanggar hukum. Kaisar memerintahkannya untuk hidup di Istana Bulan yang dingin tanpa boleh keluar dari sana untuk selama-lamanya.
Berita itu ibarat petir di siang hari, tapi titah kaisar tidak bisa dilanggar. Chang'e mau tak mau terbang ke Istana Bulan dengan sedih. Sejak itulah Chang'e hidup sunyi-senyap dan sangat menyesal. Yang mendampinginya hanyalah seekor kelinci yang setiap hari melumatkan obat, seekor kintal dan sebatang pohon lawang yang tinggi besar.
|