Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-10-26 21:21:56    
THAILAND

cri
Nama negara: Kerajaan Thailand

Hari nasional: 5 Desember

Bendera nasional: Terdiri atas lima persegi panjang warna merah, putih dan biru secara sejajar.

Lambang negara: Bergambar sebuah burung elang, di atas punggungnya duduk Raja Nalai. Konon, burung elang itu adalah dewa bersayap, sedang Raja Nalai adalah Dewa Pelindung.

Geografi dan Kondisi Alam: Luas wilayah 513,115 km persegi, terletak di bagian tengah selatan Semenanjung Tengah Selatan Asia, menghadap Teluk Siam ( Samudera Pasifik) di sebelah tenggara, dan Laut Andaman (Lautan Hindia) di sebelah barat daya, berbatasan dengan Myanmar di sebelah barat dan barat laut, bersambung dengan Laos di sebelah timur laut dan bertetangga dengan Kamboja di sebelah tenggara. Tergolong iklim angin musiman tropik. Sepanjang tahun terbagi musim panas, musim hujan dan musim kemarau, suhu rata-rata sepanjang tahun 24~30 derajat Celsius.

Populasi: jumlah penduduk 64,76 juta jiwa ( Juli 2005). Thailand adalah negara multi etnis yang terdiri dari lebih 30 etnis, 40 persen di antaranya adalah penduduk etnis Thai, 35 persen etnis Lao, 3,5 persen etnis Melayu dan 2 persen etnis Khmer. Bahasa Thai adalah bahasa nasional, agama Buddha adalah agama nasional.
Ibukota: Bangkok, pusat politik, ekonomi dan budaya seluruh negeri, sebuah kota metropolitan yang memadukan modernitas dan tradisi, dan tetap mempertahankan patilasan sejarah yang melambangkan tradisi gemilang. Jumlah penduduk kota Bangkok 8 juta orang.

Pembagian daerah administrasi: Seluruh negeri terbagi daerah-daerah bagian tengah, selatan, timur, utara dan timur laut, terdapat 76 provinsi.

Politik: Undang Undang Dasar (UUD) yang berlaku sekarang ini diluluskan oleh parlemen legislatif 27 September 1997, dan diberlakukan sejak 11 Oktober 1997, merupakan UUD Thailand yang ke-16. Berdasarkan ketentuan UUD baru, Thailand menganut sistem politik demokratis dengan raja sebagai kepala negara; Raja sebagai kepala negara dan panglima tertinggi angkatan bersenjata kerajaan, pantang diganggu gugat, siapapun dilarang mengecam atau mendakwa raja. Raja menjalankan hak legislatif, eksekutif dan yudikatif masing-masing melalui parlemen, kabinet dan mahkamah. Parlemen terdiri dari majelis tinggi dan majelis renah, dipilih secara langsung. Fungsi utamanya ialah membuat undang-undang, membahas dan memeriksa pedoman dan kebijakan pemerintah dan anggaran belanja negara serta mengawasi pekerjaan pemerintah. Perdana Menteri berasal dari anggota Majelis Rendah, dicalonkan oleh tidak kurang dari 2/5 anggota parlemen, diadakan pemungutan suara dalam Majelis Rendah dan diluluskan oleh lebih separoh jumlah suara, kemudian disampaikan oleh ketua parlemen kepada raja untuk diangkat. Perdana Menteri harus mendapat persetujuan kabinet dan disampaikan kepada raja untuk disahkan sebelum membubarkan parlemen; parlemen tidak boleh dibubarkan selama masa perdebatan mosi tidak percaya. Kabinet beranggota 36 orang. Anggota Majelis Rendah yang memangku jabatan dalam kabinet harus melepaskan keanggotaanya dalam parlemen. Anggota kabinet yang memangku jabatan atau melepaskan jabatan harus melaporkan dan mengumumkan kekayaan pribadinya. Anggota Majelis Tinggi tidak boleh bergabung dengan partai politik manapun, dan tidak boleh memangku jabatan dalam kabinet.

Ekonomi: Sebagai negara pertanian tradisional, hasil pertanian merupakan salah satu sumber utama penghasilan devisa Thailand. Thailand adalah negara penghasil dan pengekspor beras yang terkenal. Ekspor beras adalah salah satu sumber utama penghasilan devisa negeri itu, nilai ekspornya menempati sekitar 1/3 nilai perdagangan beras di pasar dunia. Thailand juga negara produsen hasil laut terbesar ketiga di Asia setelah Jepang dan Tiongkok, dan merupakan negara penghasil udang terbesar di dunia. Thailand memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya hutan, perikanan, minyak bumi dan gas alam juga merupakan dasar perkembangan ekonomi. Meski pertanian masih tetap menempati posisi penting dalam ekonomi nasional, namun persentase industri manufaktur dalam ekonomi nasional sudah semakin besar. Industri manufaktur sudah menjadi industri yang mengambil porsi terbesar dan salah satu industri ekspor utama di negeri itu. Thailand memiliki sumber daya wisata yang kaya dan tersohor dengan nama "negeri murah senyum". Di Thailand terdapat lebih 500 obyek wisata, terutama tersebar di Bangkok, Phuket, Pataya dan Chiangmay.
Budaya: Buddha adalah agama negara Thailand, 90 persen penduduk menganut agama Buddha. Selama ratusan tahun ini, baik adat istiadat, sastra dan seni maupun arsitektur, erat kaitannya dengan agama Buddha. Di Thailand, anak laki-laki yang menganut agama Buddha, sampai usia tertentu harus menjadi biksu, bahkan anggota keluarga raja dan bangsawan tidak terkecuali. Berwisata di Thailand, di mana-mana tampak biksu yang mengenakan jubah kuning serta kuil-kuil yang indah dan megah. Maka, Thailand terkenal pula dengan nama "Negeri Jubah Kuning". Agama Buddha telah menciptakan kriteria moral bagi penduduk Thailand sehingga warga di negeri itu menjunjung semangat mengalah, tenteram dan cinta perdamaian.

Diplomasi: menganut politik luar negeri bebas merdeka dan diplomasi semua arah, meningkatkan diplomasi ekonomi dan dmenjadikan hubungan politik dan ekonomi dengan ASEAN sebagai landasan diplomasinya.

Hubungan dengan Tiongkok: Persahabatan antara rakyat Tiongkok dan Thailand sudah bersejarah lama. Sejak ratusan tahun yang silam, banyak penduduk Tiongkok yang merantau dan menetap di Thailand, dan lambat laun menjadi suatu bagian penting daripada masyarakat negeri itu. Thailand membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok 1 Juli 1975. Kedua negara menandatangani pernyataan bersama tentang program kerjasama abad ke-21 pada bulan Februari 1999. Presiden Tiongkok Jiang Zemin melakukan kunjungan kenegaraan di Thailand September 1999.