Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-12-29 13:29:11    
"Satu Poros Dua Sayap" Mendorong Keharmonisan Dan Menang Bersama Tiongkok-ASEAN

cri

Saudara pendengar, dalam acara tetap Ruangan Tiongkok-ASEAN sebelumnya, kami pernah menyebut gagasan pola besar kerja sama ekonomi regional "Satu Poros Dua Sayap" berbentuk huruf "M" yang dikeluarkan oleh Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi Tiongkok. Dalam edisi ini, akan kami jelaskan pola itu.

Seiring dengan pembangunan dan perkembangan cepat kemitraan strategis Tiongkok-ASEAN, kerja sama "10 plus 1" sedang menjadi satu titik terang dalam perkembangan ekonomi dunia. Bagaimana merencanakan lebih lanjut pola baru di atas dasar hasil kerja sama sekarang, mendorong perkembangan baru yang pragmatis dan menang bersama adalah kunci untuk menetapkan daya hidup dan rasa pengakuan "10 plus 1".

Bulan Juli tahun ini, Sekretaris Komite Partai Komunis Tiongkok Guangxi, Liu Qibao di depan Forum Relung Teluk Beibu mengemukakan gagasan pola besar kerja sama ekonomi regional "Satu Poros Dua Sayap" Tiongkok-ASEAN yang terdiri dari dua lempengan yaitu " Kawasan Kerja Sama Ekonomi Pan Teluk Beibu" dan kawasan kerja sama subregional Sungai Lancang-Meikong Raya serta satu poros tengah yaitu koridor ekonomi "Nanning-Singapura", sehingga dengan lebih lanjut memperpadat konotasi dan bidang kerja sama "10 plus 1".

Pola baru tersebut dikeluarkan di bawah latar belakang globalisasi ekonomi, kerja sama regional dan subregional menjadi kecenderungan, kemitraan strategis Tiongkok-ASEAN terus diperdalam dan proses pembangunan Zona Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN dipercepat. Setelah dikeluarkan, gagasan itu mengundang perhatian yang luas dari masyarakat internasional terutama negara-negara ASEAN.

Sekretaris Komite PKT Guangxi, Liu Qibao berpendapat, gagasan itu mendapat pengakuan yang luas terutama disebabkan oleh kepragmatisan dan keefektifannya.

Pertama adalah membangun zona kerja sama ekonomi di Teluk Beibu. Memperpanjang kerja sama regional itu ke negara-negara ASEAN yaitu Vietnam, Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Brunei. Mengembangkan kawasan Pan Teluk Beibu menjadi sebuah pola pertumbuhan baru di tepi barat Samudera Pasifik melalui menitikberatkan peningkatan kerja sama logistik pelabuhan, percepatan pertemuan dan pembagian kerja industri, pendorongan perdagangan dan investasi satu sama lain, pengembangan kuat industri dekat laut, pengeksploitasian bersama sumber daya di atas laut, percepatan perkembangan kota dekat laut, pembentukan sejumlah kelompok pelabuhan, industri dan kota yang saling mengisi dan menguntungkan, saling mendorong dan mempunyai kecirian masing-masing.

Kedua adalah membangun koridor ekonomi Nanning-Singapura dengan mengandalkan jalan utama kereta api dan jalan raya. Membentuk koridor ekonomi yang semakin makmur dan berpengaruh besar di Semenanjung Indocina melalui kerja sama antar kota-kota besar dan lintas negara di sepanjang koridor itu dan menarik perhimpunan industri, logistik dan pasar usaha khusus. Dikabarkan, jalan kereta api dan jalan raya dari Nanning ke Singapura adalah jalan tembus utama paling fasilitas dan paling baik hasil guna terpadu yang menyambungkan Tiongkok dan Semenanjung Indocina. Di antaranya, jalan kereta api dari Nanning ke Singapura kini hanya terdapat 300 sampai 500 kilometer perlu dibangun kembali.

Begitu pola baru kerja sama ekonomi regional Tiongkok-ASEAN terbentuk, akan memungkinkan industri, produk dan investasi dalam dan luar kawasan itu membanjir ke kawasan "Satu Poros Dua Sayap". Daerah yang tidak diinvestasi sebelumnya menjadi semakin makmur melalui pembangunan sarana dasar dan eksploitasi proyek. Terbentuknya pola itu dapat membawakan pertumbuhan kepada daerah yang relatif ketinggalan dalam kawasan itu.

Sekretaris Komite PKT Guangxi, Liu Qibao mengatakan, "mengemukakan gagasan hanya adalah sebuah permulaan, kalau ingin mewujudkan gagasan itu memerlukan kejujuran, ketekadan, kecerdasan dan tindakan. Melaksanakan kerja sama ekonomi regional "Satu Poros Dua Sayap" Tiongkok-ASEAN boleh disimpulkan dengan satu kalimat, yaitu sarana dasar adalah jembatan, eksploitasi industri adalah pertalian, politik saling menguntungkan adalah dasar, dan mekanisme kerja sama adalah jaminan."

Boleh dikatakan, kerja sama ekonomi regional itu tidak saja adalah jalur penting bagi Tiongkok dan negara-negara ASEAN bersama mempercepat perkembangan, dan juga merupakan peluang penting Guangxi, daerah penghubung Tiongkok dengan ASEAN.

Menurut penjelasan, Guangxi kini sedang menguasai peluang baru kerja sama regional, di bawah latar belakang pendorongan pelaksanaan pola baru kerja sama ekonomi regional "Satu Poros Dua Sayap" Tiongkok-ASEAN, mempercepat pendorongan eksploitasi dan pembangunan zona ekonomi Teluk Beibu, secara luas menggunakan berbagai sumber daya dalam dan luar negeri, dengan keterbukaan besar mendorong perkembangan cepat. Membangun zona ekonomi Teluk Beibu sebagai pola baru dalam perkembangan ekonomi Tiongkok telah menjadi tujuan perkembangan Guangxi.

Demikian tadi, saudara pendengar Ruangan Tiongkok-ASEAN untuk edisi ini, penyiar Anda Nining menyatakan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa minggu depan.