Upacara pertunjukan perdana film The Curse of Golden Folwer atau Kutukan Bunga Emas yang merupakan karya terbaru sutradara terkemuka Tiongkok, Zhang Yimou digelar di Beijing tanggal 14 Desember. Film dengan investasi dana sebesar 360 juta yuan RMB ini sudah lama menjadi fokus perhatian masyarakat, dan amat dinantikan. Berikut ini akan kami sampaikan laporan tentang film tersebut.
Syuting film tersebut dimulai Februari tahun ini dengan mengambil lokasi di Beijing. Karena film ini disutradarai oleh Zhang Yimou dan dibintangi Gong Li yang amat terkenal, maka syuting film itu segera menjadi fokus perhatian media hiburan maupun fans film
.
Tanggal 14 Desember, upacara pergelaran perdana film The Curse of Golden Flower diadakan di Studio Film Beijing. Sutradara Zhang Yimou tidak tampak hadir dalam upacara karena sedang berada di New York untuk menyutradarai sebuah sandiwara Tiongkok yang segera akan dipentaskan.
Film itu diadaptasi berdasarkan sandiwara Leiyu atau Thunderstorm yang sangat populer di Tiongkok. Lakon sandiwara tersebut berlatar belakang sosial Tiongkok pada tahun 1920an. Sandiwara itu mengisahkan tragedi asmara yang terjadi di sebuah keluarga besar feodal. Lakon sandiwara itu mengisahkan Zhou Ping, putra sulung kapitalis Zhou Puyuan yang jatuh cinta pada gadis pembantu rumah bernama Si Feng. Akan tetapi, setelah terungkap bahwa Si Feng dan Zhou Ping adalah saudara tiri sebapak, maka dua-duanya bunuh diri. Sementara itu, anak kedua kapitalis Zhou Puyuan, yaitu Zhou Chong yang secara diam-diam mencintai Si Feng pun mati terkena kabel listrik.
Sutradara Zhang Yimou menggantikan latar belakang lakon itu menjadi sebuah keluarga istana pada zaman dahulu. Ia menceritakan kisah yang terjadi pada kaisar, permaisuri dan putra mahkota serta dayang-dayangnya. Mengenai cerita film itu, Zhang Yimou membeberkan pandangannya kepada media ketika melakukan promosi film tersebut pada April lalu. Ia mengatakan:
"Dalam mengubah lakon sandiwara menjadi film, yang penting ialah menyederhanakan kata-kata dalam film, dan memainkannya dengan gerak-gerik yang sesuai dengan kelaziman film, yang lain dengan sandiwara. Pembuatan film itu adalah inovasi baru, dan untuk itu kami berusaha menciptakan hubungan baru antar figur dan mencari cara ekspresinya yang baru, agar film itu menjadi menarik bagi penonton."
Menurut laporan, selama dua tahun sutradara Zhang Yimou melakukan perbaikan sekurang-kurangnya sebanyak 10 kali terhadap naskah. Formasi aktor dan aktris dalam film itu juga dipilih-pilih dengan seksama oleh Zhang Yimou. Bintang film Hong Kong Chou Yun Fat dan aktris Daratan Gong Li masing-masing memerankan tokoh kaisar dan permaisuri. Sedang penyanyi pop terkenal dari Taiwan, Jay Chow berperan sebagai salah seorang putra kaisar. Film The Curse of The Golden Flower menampilkan adegan-adegan pertarungan silat yang menakjubkan, yang diambil dengan berbagai cara, antara lain dengan syuting di udara dengan helikopter. Investasi dalam jumlah dana yang tiada taranya dalam sejarah pembuatan film Tiongkok juga salah satu unsur menarik bagi para penonton yang sudah lama menantikan film tadi. Bagaimana kesan para penonton terhadap film ini? Berikut adalah komentar sejumlah penonton yang sempat diwawancarai wartawan.
"Rasanya isi film ini tidak berbeda dengan apa yang diterangkan sebelumnya. Jadi penerangan dan promosi tentang film itu selama satu tahun silam tidak dibesar-besarkan. Saya berpendapat banyak aktor dan aktris dalam film ini telah menunjukkan penampilan yang cukup memuaskan, khususnya teknik permainan Jay Chow yang jauh lebih tinggi dibanding masa sebelumnya. Adegan-adegan dalam film ini cukup megah. Bunga serunai asli terlihat bertaburan di mana-mana. Film ini meninggalkan kesan bahwa adegannya sungguh mencekam dan memukul, dan alur ceritanya pun cukup mengharukan."
"Adapun kekurangannya, saya merasa para pemainnya berketrampilan cukup tinggi, namun rasanya panjang film tidak cukup sehingga alur cerita harus dipadatkan dalam waktu dua jam. Kalau panjang film ditambah, alur ceritanya akan menjadi lebih jelas dan mendalam. Tapi secara keseluruhan, saya merasa cukup puas terhadap film ini. Di antara film-film buatan dalam negeri, film ini adalah film kedua setelah film Hero yang membuat saya merasa puas."
Zhang Yimou adalah salah satu sutradara Tiongkok yang berpengaruh besar di dunia. Film-film karyanya pada tahun-tahun belakangan ini kebanyakan berlatar belakang masyarakat zaman kuno Tiongkok, tetapi ia memmbuatnya tambah padat dengan trend-trend internasional, antara lain dengan mempekerjakan bintang-bintang film dunia untuk berperan dalam film. Film Hero dan film House of Flying Daggers karya Zhang Yimou yang masing-masing dirilis pada tahun 2002 dan 2004 telah mencapai sukses di pasar dunia.
Upacara pertunjukan perdana film The Curse of The Golden Flower berakhir dengan iringan musik dan sinar lampu warna-warni. Namun pengujiannya, baik sebagai produk maupun karya kesenian baru saja dimulai.
|