Dalam sejarah feodal selama dua ribu tahun lebih, pemerintah pusat kebanyakan dikuasai oleh pihak penguasa etnis Han. Hanya terdapat dua dinasti yang pemerintah pusatnya dipegang oleh etnis minoritas. Salah satu di antaranya ialah Dinasti Qing yang didirikan oleh etnis Manchu pada tahun 1644. Sebagai pemerintahan etnis minoritas, Dinasti Qing yang akhirnya menyatukan Tiongkok berhubungan erat dengan pendirinya, Nurhachi.
Di daerah Heilongjiang dan perairan Sungai Songhua di bagian timur laut Tiongkok terdapat satu etnis nomad bernama etnis Nuzhen. Pada abad ke-16, Nurhachi berhasil menyatukan etnis Nurhachi. Kemudian putra mahkotanya Huang Taiji mengubah nama Nuzhen menjadi "Manchu", yakni etnis Manchu. Sebelum Nurhachi mendirikan pemerintahan yang bersatu, etnis Nuzhen selalu hidup dalam masyarakat yang menganut sistem perbudakan dengan berbagai sukunya hidup secara tercerai berai. Waktu itu masyarakat feodal di bagian tengah Tiongkok sudah mengalami perkembangan selama seribu tahun lebih.
Pada tahun 1559, Nurhachi dilahirkan di keluarga ningrat etnis Nuzhen di Liaoning, bagian timur laut Tiongkok. Kakek dan ayahnya adalah jenderal pasukan pemerintah pusat Dinasti Ming yang bergarison di Timur Laut. Pada usia 10 tahun, ibu Nurhachi meninggal dunia. Ia kemudian hidup bersama dengan kakek dari pihak ibu. Setelah dewasa, Nurhachi melakukan perdagangan ke mana-mana, sehingga sangat kaya pengetahuan tentang dunia luar. Ia pandai bergaul, dan bisa berbahasa Mongol dan Han, yaitu bahasa yang umumnya dipakai rakyat di bagian tengah Tiongkok. Nurhachi sejak kecil sangat tertarik oleh Sam Kok dan Tepi Air, dua novel klasik Tiongkok. Khususnya, Nurhachi banyak mengambil manfaat dari Sam Kok yang mengandung banyak cerita tentang taktik dan teori kemiliteran. Setelah bergabung dengan tentara Dinasti Ming, ia berkali-kali berjasa dan pangkatnya terus naik.
Akan tetapi, tak lama setelah itu, atas hasutan bangsawan yang lain dari etnis Nuzhen, kakek dan ayah Nurhachi dibunuh oleh tentara Dinasti Ming dengan tidak adil. Nurhachi dengan amat sedih meminta Kaisar Dinasti Ming untuk menindak pelakunya, akan tetapi permintaannya itu tidak disanggupi sang kaisar. Pada tahun 1583, Nurhachi yang berusia 24 mengambil keputusan untuk mendirikan tentaranya sendiri untuk menyatukan suku etnis Nuzhen. Mengingat kekuatannya masih sangat lemah, Nurhachi mengambil serentetan langkah untuk membujuk pemerintahan etnis Mongol dan etnis Korea yang bertetangga untuk menggalang hubungan erat dengan suku etnis Nuzhen. Sementara itu ia tetap memelihara hubungan sebagai bawahan Dinasti Ming. Untuk menyatukan berbagai suku etnis Nuzhen, Nurhachi mengambil taktik "menyerang suku yang dekat dan bersahabat dengan suku yang jauh", tak lama sejak itu kekuatan Nurhachi meningkat dengan pesat. Melalui peperangan selama 30 tahun lebih, Nurhachi berhasil mengakhiri perpecahan di masyarakat Nuzhen, dan mulai melakukan penguasaan akan seluruh kawasan Timur Laut Tiongkok.
1 2
|