Tanggal 18 Februari nanti adalah Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek. Menjelang hari raya tradisional Tiongkok paling meriah itu, yang paling sibuk adalah Wang Zuoji, salah seorang ahli budaya. Selain mempersiapkan aneka ragam kegiatan pekan kelenteng yang diadakan di berbagai daerah, dia juga sibuk untuk memberikan keterangan kepada para pemuda tentang adat istiadat dalam hal perayaan Tahun Baru Imlek.
Wang Zuoji yang berusia 68 tahun adalah penduduk asli Kota Beijing. Pada masa kecil, ayahnya sering membawa dia menjajakan makanan kecil atau menjadi tukang rombeng di lorong-lorong Kota Beijing. Berkat pengalaman sebagai penjaja dan tukang rombeng semasa kecil itulah, Wang Zuoji berkesan mendalam terhadap kebudayaan rakyat yang beraneka ragam. Setelah dewasa, Wang Zuoji tetap berhobi mengoleksi peribahasa rakyat dan mencatat adat istiadat rakyat. Pada tahun 1956, Wang Zuoji secara resmi berguru kepada ahli budaya rakyat Jin Shoushen yang terkemuka di Tiongkok. Sejak itu, ia mulai mengumpulkan, menyelamatkan dan mewariskan kebudayaan rakyat Tiongkok sebagai profesinya.
Wang Zuoji banyak berkunjung ke berbagai pelosok Tiongkok, dan secara berangsur-angsur membentuk teorinya dengan memadukan bahan-bahan survei dan kitab kuno. Ia berpendapat, dalam adat istiadat rakyat Tiongkok tercantum keinginan dan harapan rakyat akan kebahagiaan, dan kebiasaan menempel gambar dewa di pintu pada saat merayakan Tahun Baru Imlek adalah salah satu contohnya. Menurut adat isitadat, rakyat Tiongkok berkebiasaan menempel gambar pahlawan kuno di atas pintu sebagai penangkal setan dan malapetaka. Mengenai kebiasaan itu, Wang Zuoji menulis buku yang berjudul " Dewa Pelindung Rumah Tangga ", dalam mana dia melakukan analisa tentang dongeng dan psikologi rakyat biasa.
Di mata Wang Zuoji, semua ide dan harapan baik rakyat mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan. Akan tetapi, pada zaman sekarang tradisi-tradisi itu semakin diabaikan sejalan dengan semakin sibuknya penduduk di kota. Untuk menyebar-luaskan warisan budaya terbaik itu, Wang Zuoji dalam sebuah acara khusus radio memberikan keterangan tentang adat istiadat rakyat serta tata krama dan tabu Tiongkok kepada para pendengar. Acara yang disiarkan selama setengah tahun itu ternyata disambut baik para pendengar. Mengenai hal itu, Wang Zuoji merasa sangat gembira. Dia mengatakan, kebudayaan konsumsi yang muncul dalam ekonomi pasar zaman sekarang dengan serius merusak dan menghalangi perkembangan kebudayaan rakyat. Pada hal, kebudayaan bisa berkembang bersama dengan perdagangan. Untuk itu, dia sering memberikan kuliah kepada para pejabat dan pedagang, dengan temanya sekitar perlindungan warisan budaya dan pengembangan ekonomi dengan memanfaatkan adat istiadat dan kebudayaan. Dia menyarankan agar para pedagang Tiongkok harus memadukan perdagangan dengan kebudayaan kalau ingin mencapai perkembangan lebih besar.
Berkenaan dengan Olimpiade Beijing tahun 2008, Wang Zuoji menilainya sebagai peluang baik untuk menyemarakkan kebudayaan tradisional Tiongkok. Dia mengatakan: " Saya berpendapat Olimpiade yang diselenggarakan oleh kota seharusnya berwatak kota, dan sehubungan dengan itu, ciri-ciri khas Kota Beijing hendaknya dimanifestasikan, dengan harapan Kota Beijing dapat diingat dalam benak semua orang. Ciri-ciri khas Kota Beijing itu banyak sekali. Misalnya bunyi peluit yang diikat di tubuh burung dara yang setiap pagi beterbang melayang di udara Kota Beijing, bunyi siul Kongzhu (semacam permainan yang biasanya terbuat dari bambu dan dimainkan dengan diputar-putar tali yang terikat dalam dua tongkat) dan kadang-kadang suara nyaring dari penjaja, itulah bagian kebudayaan dan kesan yang ditinggalkan kepada para pengunjung, dan seharusnya diperagakan secara semaksimal mungkin, khususnya pada saat berlangsungnya Olimpiade Beijing."
Selama tahun-tahun terakhir ini, baik di taman maupun di sekolah dasar dan sekolah menengah, dia sering memberikan keterangan tentang adat istiadat kepada siswa dan masyarakat. Setiap saat perayaan Tahun Baru Imlek, dia pasti diundang pihak penyelenggara untuk mempersiapkan acara-acara di pekan kelenteng, yang juga sebagian kebudayaan rakyat Tiongkok.
|