Itulah lagu Mengapa Bunga Begitu Merah etnis Tajik Xinjiang, yang sangat populer di Tiongkok sebagai lagu ilustrasi Film Tamu dari Gunung Es yang dibuat pada tahun 1963. Bagi fotografer Xu Baokuan, lagu itu tentu tidak asing lagi, namun mengenai penghidupan dan adat istiadat rakyat etnis Tajik, Xu Baokuan masih hampa pengetahuan. Dalam pameran kali ini juga diperagakan karya foto Xu Baokuan di Xinjiang. Salah satu di antaranya bergambar rakyat etnis Tajik yang sedang menari. Gadis-gadis dengan pakaian warna merah dan hiasan indah serta wajah senyum manis benar-benar mencolok mata para penonton. Xu Baokuan mengatakan kepada wartawan, perjalanan ke Xinjiang membuka cakrawala luas baginya. Dikatakannya:"Foto ini saya ambil ketika bertamu ke sebuah keluarga petani setempat. Rakyat etnis Tajik sangat ramah terhadap tamu. Begitu menginjakkan kaki di tanah etnis Tajik, saya segera tertarik oleh adat istiadat, garmen, perumahan dan lingkungan hidupanya. Saya merasa sangat terharu selama berkunjung di Xinjiang."
Fotografer Inggris, Profesor Huge Hamilton dari sebuah universitas untuk pertama kali melakukan kunjungan ke Xinjiang. Dari padang pasir sampai oasis, dan dari situs peninggalan kota kuno bersejarah ribuan tahun sampai kota modern, ia terperangah dengan apa yang disaksikannya. Kehangatan tuan rumah rakyat Xinjiang juga meninggalkan kesan mendalam kepadanya. Ia mengatakan:"Inilah kesempatan untuk menyaksikan pemandangan indah permai, peluang untuk berpelukan dengan tanah yang luas. Saya akan membawa pulang foto-foto saya supaya lebih banyak orang bisa melihatnya. Yang memberikan kesan paling mendalam kepada saya adalah pemandangan alam dan lanskap di sini. Dari padang pasir dengan suhu udara 47 derajat Celsius sampai daerah pegunungan tempat saya berada sekarang hanya memakan waktu 3 jam melalui mobil. Orang-orang yang kami jumpai semuanya ramah tamah dan bersahabat, termasuk juru kamera dan rakyat setempat."
Hamilton mengatakan, sekembali ke Inggris, foto-foto tentang Xinjiang akan dipublikasikannya ke situs webnya sendiri. Ia percaya bahwa foto-foto tentang pemandangan indah dan adat istiadat yang aneka ragam itu pasti akan membantu lebih banyak orang mengenal Tiongkok dan mencintai Tiongkok.
Juru kamera Christian Wesenberg dari Norwegia juga untuk pertama kali berkunjung ke Tiongkok. Sebelum keberangkatannya ke Tiongkok, sahabat-sahabatnya khawatir kalau-kalau di Xinjiang hubungan telepon genggam akan terputus. Sahabatnya mengira, kecuali di Beijing, ponsel di daerah lain di Tiongkok akan tidak berguna. Wesenberg semula juga khawatir atas hal itu. Namun di luar dugaan, ketika ia datang ke daerah pegunungan di bagian barat dan utara Xinjiang yang terpencil, ia melihat tidak sedikit petani dan peternak yang memakai ponsel yang trendy. Selain itu, syarat akomodasi di semua hotel tempat ia menginap di Xinjiang selama perjalanan kali ini juga memadai. Perjalanan kali ini sama sekali mengubah kesan semulanya terhadap Tiongkok. Ia mengatakan:"Dalam perjalanan panjang kali ini, saya mendapat banyak pengetahuan tentang kebudayaan Tiongkok serta cara berpikir orang Tiongkok."
Li Hua dari Kantor Penerangan Xinjiang mendampingi para fotografer tersebut sepanjang jalan. Ke manapun mereka pergi, ia memperkenalkan kepada mereka tentang adat istiadat rakyat setempat. Sampai saat berakhirnya kegiatan kali ini, ia dan para fotografer menjadi sahabat yang akrab. Menurut keterangannya, dalam kegiatan kali ini, para juru kamera seluruhnya mengambil 300.000 lebih foto. Fotografer-fotografer yang berasal dari 6 negara, antara lain, Hungaria, Turki dan Australia semuanya mengadakan pameran foto tentang Xinjiang setelah kembali ke negerinya masing-masing. Li Hua berharap lebih banyak sahabat asing berwisata ke Xinjiang untuk mengalami keramah-tamahan rakyat setempat serta pemandangan indah permai di Xinjiang. 1 2
|