Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-05-30 13:30:23    
Desa Baodu dengan Legenda Gembala Sapi dan Putri Tenun

cri

Di waktu malam yang cerah, kita akan dapat melihat ada dua bintang yang terang di kedua sisi Galaksi atau Bima Sakti yakni bintang Altair dan bintang Vega. Kedua bintang itu sempat menghasilkan sebuah dongeng rakyat di Tiongkok pada zaman dulu. Dikisahkan dalam dongeng itu, konon seorang dewi kayangan yakni Putri Tenun turun ke bumi dan menikah dengan seorang gembala sapi. Kemudian, mereka dipaksa untuk berpisah dan hanya dapat hadap berhadapan di kedua sisi Bima Sakti, dan itulah bintang Altair dan bintang Vega yang di Tiongkok dinamakan bintang Gembala Sapi dan bintang Putri Tenun. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, saudara akan kami ajak berkunjung ke Desa Baodu yang indah pemandangannya dan jauh dari keramaian kota. Desa itulah konon adalah bekas tempat tinggal si Gembala Sapi dan Putri Tenun.

Desa Baodu terletak di pinggiran Shijiazhuang, ibukota Provinsi Hebei, Tiongkok utara, 580 m di atas permukaan laut. Hanya dua jalan kecil di pinggir jurang menuju ke puncak gunung yang merupakan sebuah tanah datar seluas 40 hektar. Mengenai nama desa itu, pemandu wisata Du Huiping mengatakan,"Sebuah cerita rakyat setempat mengatakan, konon dahulu kala, warga desa setempat bertani di puncak gunung itu, namun untuk menggarap tanah dibutuhkan kerbao untuk meluku tanah, tapi karena kerbau tidak mungkin naik ke puncak gunung melalui jalan setapak yang terjal, maka warga desa terpaksa membawa anak kerbau ke puncak gunung untuk dibesarkan di sana sampai bisa meluku tanah. Maka sebab itulah, desa itu dinamakan Desa Baodu yang artinya menggendong anak kerbau."

Versi lain tentang nama desa itu dapat dirunut sampai zaman Dinasti Selatan dan Utara sekitar 1.500 tahun silam. Kala itu pernah terjadi pemberontakan tani di sekitar daerah ini. Banyak penduduk membawa anak kerbau ke puncak gunung untuk menghindari perang. Tapi karena jalan ke puncak sulit didaki, banyak orang dan anak kerbau jatuh ke jurang dan mati. Gunung ini dinamakan Desa Baodu justru untuk memperingati mereka.

Selain dua versi cerita tadi, Desa Baodu berkaitan dengan legenda tentang Gembala Sapi dan Putri Tenun yang sudah tersiar di Tiongkok selama seribuan tahun dan mempunyai versi berbeda-beda di berbagai tempat, tapi penduduk Desa Baodu lebih percaya bahwa si Gembala Sapi adalah warga Desa Baodu. Di puncak gunung Desa Baodu adalah sebuah rumah petani yang berhalaman dengan pintu warna merah dan genting warna hitam, di pinggir tembok halaman adalah kebun sayur. Sedang di halaman yang terkurung pagar tampak batu gilingan dan alat tenun. Itulah rumah si Gembala Sapi dan Putri Tenun menurut dongeng yang beredar di kalangan masyarakat setempat.

Dikatakan oleh pemandu wisata bahwa konon pada zaman dahulu kala, di sini bermukim seorang gembala sapi yang miskin, seluruh kekayaannya hanya seekor kerbau. Suatu hari, kerbau itu tiba-tiba berbicara bahwa dirinya sebenarnya adalah dewa kerbau kencana yang turun ke bumi. Dengan mengikuti kerbau itu, si Gembala Sapi datang ke pinggir sungai dan mencuri pakaian Putri Tenun yang sedang mandi di sungai. Putri Tenun yang kehilangan baju terpaksa tinggal di sini dan menikah dengan si Gembala Sapi.

Pemandu wisata Du Huiping mengatakan, dua tahun kemudian, mereka dikaruniai sepasang putra dan putri. Suatu ketika pada saat Putri Tenun sedang menenun kain, tiba-tiba awan gelap menutup langit. Tahulah ia bahwa Ibusuri Kayangan telah mengetahui bahwa Putri Tenun turun ke bumi. Maka diperintahkanlah jendral dan prajurit kayangan untuk menangkapnya. Ketika si Gembala Sapi pulang, ia tidak menemukan Putri Tenun, maka dengan sekuat tenaga ia mengejar Putri Tenun. Hampir saja Putri Tenun terkejar, tapi pada saat itulah Ibusuri Kayangan mencabut tusuk rambutnya dan menggariskannya di udara, sesaat itu sebuah sungai Galaksi memisahkan suami istri itu."

Legenda itu menjadi cerita yang menarik di Desa Baodu selama ribuan tahun. Festival tanggl 7 bulan 7 penanggalan Imlek adalah hari pertemuan suami istri yang saling mencintai itu. Pada hari itu setiap tahun, banyak pasangan muda mengadakan pertemuan di puncak gunung itu.

Legenda yang indah memberi warna misterius pada Desa Baodu, sedang pemandangannya yang elok menarik banyak orang datang berkunjung. Setiap subuh atau setelah hujan berlalu, Desa Baodu berselimutkan kabut dan awan berarak. Di desa itu terdapat banyak goa batu yang terjadi secara alamiah, di dalamnya ada patung batu dan ukiran tulisan buatan orang. Tapi siapa gerangan yang membuat patung dan tulisan itu, masih merupakan tanda tanya.

Di Goa Tianmen dekat puncak gunung terdapat tanah datar dari batu seluas 600 m persegi. Di kelilingnya adalah batu-batu yang aneh bentuknya serta sejumlah patung Buddha yang berbeda-beda paras dan mimiknya. Di tembok dalam goa yang basah terdapat ratusan patung Buddha besar dan kecil, sedang di kaki gunung terdapat ruang arhat di bawah tanah. Di mana terdapat 500 patung arhat dari batu dalam berbagai posisi dengan paras dan mimik yang berbeda-beda pula.

Musik agama Tao yang merdu membawa kita seolah ke alam dewata. Di Desa Baodu ada sebuah tempat kegiatan agama yang penting yang dinamakan Istana Kencana. Menurut pemimpin istana itu, Niu Xiangkun, agama Tao sebagai agama asli Tiongkok banyak penganutnya dalam masa yang panjang sampai sekarang ini, dan telah meninggalkan warisan budaya yang istimewa bagi desa tersebut. Sedang alam sekeliling Desa Baodu yang istimewa juga merupakan tempat ideal bagi agama Tao untuk melakukan kegiatan agama. Dikatakan oleh Niu Xiangkun,"Menurut catatan data yang terkait, Istana Kencana dibangun pada masa Dinasti Ming awal abad ke-17. Puncak gunung Desa Baodu dipilih karena sesuai dengan cita-cita yang dijunjung agama Tao. Puncak gunung yang rimbun dan tenang jauh dari keramaian adalah tempat ideal bagi umat agama untuk membina diri."

Musim seni adalah musim yang paling indah di Desa Baodu. Pemandangan yang indah dan dongeng yang menarik menjadi daya pesona bagi wisatawan.