Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-06-04 12:04:48    
Guangxi Tiongkok Harap Tingkatkan Kerja Sama dgn. Indonesia Di Bidang Pergulaan

cri

Rombongan Peliputan Perjalanan Kerja Sama Tiongkok-Asean Rabu pekan lalu mengadakan wawancara eksklusif dengan Ketua Komite Tiongkok Kadin , Kiki Barki. Dalam kesempatan itu, Kiki Barki telah menjawab pertanyaan wartawan tentang bagaimana meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi Tiongkok selatan.

Belum lama berselang, Sekretaris Komite Partai Daerah Otonom tersebut Liu Qibao memimpin delegasi mengunjungi Indonesia. Menyinggung tentang kesan pengusaha Indonesia terhadap Guangxi, Kiki Barki mengatakan, Guangxi yang berpenduduk sekitar 50 juta jiwa itu memiliki garis pantai sepanjang 16 juta kilo meter . Berbatasan dengan Vietnam sepanjang 600 kilo meter. Syarat perkembangan Guangxi sangat baik. Kiki Barki secara khusus menunjukkan bahwa kerja sama tentang satu poros dua sayap yang dikemukakan Pemerintah Guangxi merupakan sebuah proyek yang sangat menarik. Kiki Barki menjelaskan, dari darat lewat jalan raya yang mula dari Nanning dapat langsung mencapai Hanoi Vietnam, dan dapat dilanjutkan terus ke Pnom Penh dan Singapura yang kesemuanya merupakan negara Asia Tenggara. Dari segi transportasi luat, perlu meningkatkan kerja sama Pan Teluk Bac Bo, agar negara-negara Asia Tenggara dapat mengembangkan keunggulannya di kawasan tersebut, dan agar daerah Pan Teluk Bac Bo berkembang ke arah rumpun kota, rumpun industri dan rumpun pelabuhan. Sehingga semua negara terkait dapat mengembangkan keunggulannya masing-masing dengan berandal pada jalur laut, jalur darat dan jalur sungai yakni Sungai Mekong, ketiga ciri yang disebut sebagai satu poros dua sayap.

Menyinggung proyek kerja sama dengan Guangxi, Kiki Barki menyatakan, Indonesia sangat berharap dapat meningkatkan kerja sama dengan Guangxi di bidang pergulaan. Guangxi kini menempati urutan pertama di bidang industri gula di Tiongkok, dan uturan ke-3 dalam industri boga, maka sudah seharusnya pihak Indonesia memanfaatkan dengan sebaik-baiknya keunggulan Guangxi tersebut. Indonesia kekurangan gula, tapi memiliki syarat pergulaan yang sangat baik, karena Indonesia wilayahnya luas dan kaya dengan hasil bumi, iklimnya pun nyaman. Sehingga mempererat kerja sama dengan Guangxi dan mempercepat lebih lanjut perkembangan industri gula agar Indonesia tidak lagi perlu mengimpor gula akan menguntungkan kedua pihak di atas dasar sama-sama menang. Kalau kedua pihak mengadakan kerja sama , pertama akan menguntungkan ekonomi nasional Indonesia secara keseluruhan, karena kalau orang Guangxi mengadakan investasi ke Indonesia di bidang pergulaan, dapat menyediakan lowongan kerja bagi orang Indonesia , juga dapat mengatasi masalah impor gula bagi Indonesia . Ditinjau dari segi tersebut , Kiki Barki menganggap proyek Pan Teluk Bac Bo akan lebih menguntungkan Indonesia dari pada negara-negara lainnya.

Mengenai Pekan Raya Tiongkok-Asean yang sudah berturut-turut 3 kali digelar di Guangxi, Kiki Barki menilai platform tersebut bersignifikan sangat positif untuk mendorong pertukaran ekonomi dan perdagangan Asean-Tiongkok. Ia mengharapkan pengusaha kedua negara dapat memperoleh keuntungan ril dengan memanfaatkan platform tersebut.

Kiki Barki mengatakan, pekan raya adalah suatu platform yang sangat baik, kehadiran para pengusaha Indonesia di Guangxi akan membantu Guangxi dan negara-negara Asean lainnya lebih mengenal Indonesia dan mengadakan investasi ke Indonesia. Misalnya Guangxi sekarang dapat memproduksi gula 6 juta ton pertahun , maka hanya Guangxi satu tempat saja dapat mencukupi permintaan gula di Indonesia yang setiap tahunnya membutuhkan 4 juta ton . Indonesia akan dapat mengatasi masalah impor gula hanya dengan mengimpor beberapa ratus ribu ton gula pertahun. Kiki Barki mengharapkan agar pekan raya sebagai suatu platform dapat membantu industri gula Guangxi mengadakan kerja sama yang sungguh-sungguh dengan pengusaha swasta Indonesia. Sementara itu, Kiki Barki sebagai seorang pengusaha batu bara mengatakan pula, bila tersedia sebuah sarana pelabuhan yang baik, batu bara mereka dapat dengan lancar diangkut ke Guangxi yang setiap tahunnya membutuhkan 30 juta ton batu bara, dan dari Guangxi dapat diangkut ke Guangdong lewat jalan kereta api. Guangdong setiap tahun memerlukan 120 juta ton batu bara, ini merupakan peluang yang sangat besar. Sehingga soal bagaimana membangun pelabuhan dan meningkatkan kerja sama pelabuhan merupakan pula arah yang perlu dibahas kedua pihak.

Kerja sama antar pelabuhan merupakan topik penting Pekan Raya Tiongkok-Asean Ke-4, menteri perhubungan 10 negara Asean dan Tiongkok akan berkumpul di Guangxi untuk membahas masalah kerja sama pelabuhan Pan Teluk Bac Bo. Kiki Barki berpendapat, Guangxi dan Indonesia dapat merealisasi kerja sama antar logistik di berbagai bidang melalui hubungan pengangkutan laut. Untuk tujuan itu, Kiki Barki menekankan perlu adanya suatu sarana pelabuhan yang baik. Misalnya impor batu bara Guangxi terutama dari Vietnam , dan diangkut lewat jalan kereta api. Tapi produksi batu bara Vietnam hanya sekitar 20 juta ton pertahun, sedang Indonesia sekitar 200 juta ton, yang terpenting yalah Tiongkok sendiri yang dapat menghasilkan 2,2 milyar ton batu bara pertahunnya masih memerlukan 2,5 milyar ton batu bara impor . Mengingat Indonesia sendiri hanya memerlukan 40 juta ton batu bara, selebihnya yang berjumlah 160 juta ton perlu diekspor, maka tiada alasan bagi Indonesia untuk tidak mengadakan kerja sama dengan Guangxi, apa bila kedua pihak meningkatkan kerja sama di bidang pengakutan laut dan pelabuhan, akan sangat mendorong kerja sama kedua negara di bidang ekonomi dan perdagangan.