Dalam praktek taktik itu, kita harus menguasai segala sesuatu tentang pihak lawan, menganalisa psikologinya, dan mengawasi gerak-geriknya sebelum mengambil keputusan terakhir. Dan dari sudut pihak lawan, kita harus secara terpadu mempelajari tindakan lawan, mengetahui apa niat sejatinya, agar terhindar dari penipuan lawannya yang ingin mencapai target melalui penerapan taktik "shengdongjixi".
Saudara pendengar, taktik "chenhuo dajie" atau melakukan perampokan dengan memanfaatkan kebakaran adalah taktik yang lain lagi dalam "Tiga Puluh Enam Taktik" Tiongkok. Secara harfiah taktik ini berarti memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri ketika orang lain sedang berada dalam keadaan sulit. Walaupun taktik ini secara harfiah memiliki arti negatif, namun taktik itu mempunyai arti penting dalam perang. Menurut kitab teori kemiliteran Tiga Puluh Enam Taktik, "chenhuo dajie" berarti melancarkan serangan terhadap musuh ketika musuh berada dalam keadaan paling sulit karena saat itulah saat paling mudah mencapai kemenangan.
Taktik untuk menyerang musuh pada saat musuh dalam keadaan kritis bersejarah lama di Tiongkok. Teori serupa tercatat dalam sebuah buku kemiliteran pada abad ke-5 Sebelum Masehi.
Dalam sejarah Tiongkok terdapat banyak contoh tentang penerapan taktik itu. Berikut kami ceritakan satu kisah yang cukup terkenal yang terjadi pada abad ke-5 Sebelum Masehi.
Menurut catatan kitab sejarah, waktu itu Tiongkok sedang berada pada masa peperangan antara negara-negara kepangeranan. Di bagian tenggara terdapat dua negara yakni Negara Wu dan Negara Yue yang bertetangga. Kedua negara yang sama kuatnya itu sama-sama berambisi mencaplok pihak lawan, sehingga antara kedua negara kerap kali terjadi peperangan. Pada akhirnya, Negara Yue kalah. Raja Negara Yue beranama Gou Jian pun ditahan di Negara Wu dan menjadi budak Raja Negara Wu, Fu Chai. Gou Jian tentu saja memakan seribu satu kepahitan, tapi selalu bertindak menurut di hadapan Raja Negara Wu, apapun penghinaan yang dilontarkan oleh Fu Chai. Lama kelamaan Gou Jian mendapat kepercayaan Fuchai. Tiga tahun kemudian, Gou Jian dibebaskan untuk pulang ke kampung halamannya. Setelah kembali ke Negara Yue, Gou Jian masih harus terus nampak takluk kepada Negara Wu. Ia sama sekali tidak menunjukkan gejala membangkang, malah terus memberikan upeti berupa gadis cantik, permata dan tukang yang cakap sebagai simbol loyalitas kepada Raja Negara Wu. Dengan tindakan itu, Raja Negara Yue, Gou Jian nyata sekali bermaksud menghapuskan kecurigaan Raja Negara Wu terhadap Negara Yue, tapi secara tersembunyi Gou Jian terus mengintensifkan pembangunan tentara dan ekonomi. Beberapa tahun kemudian, Negara Yue menjadi perkasa, ekonominya berkembang dan sosial stabil. Mengingat Raja Negara Wu, Fu Chai berambisi untuk menyatukan Tiongkok, Gou Jian sengaja menyuap sejumlah menteri senior Negara Wu supaya menasehatinya melancarkan perang terhadap negara-negara lainnya. Dengan taktik ini Gou Jian berharap melemahkan kekuatan negara Wu. Pada masa Negara Yue menjadi kuat, ekonomi Negara Wu malah semakin merosot karena Fu Chai terus menolak usul-usul baik para menteri dalam hal urusan dalam negeri. Tahun 473 Sebelum Masehi, di Negara Wu terjadi bencana kekeringan yang serius sehingga rakyat hidup dalam kesengsaraan. Raja Negara Yue, Gou Jian memilih waktu itu melancarkan serangan besar-besaran terhadap Negara Wu, yang pada waktu itu sudah kehilangan daya menangkis serangan. Tak lama kemudian Negara Wu dikalahkan Negara Yue. Kemenangan Gou Jian adalah contoh tipikal pemakaian taktik "chenhuo dajie", yaitu melancarkan serangan terhadap Negara Wu pada saat Wu berada dalam keadaan kritis.
Dalam perang modern, taktik ini juga sering dipakai. Misalnya pada akhir abad ke-19, Amerika Serikat sebagai negara kuat baru mengambil alih posisi Spanyol di Kuba dan Filipina justru menggunakaan saat merosotnya kekuatan Spanyol dan terjadinya pemberontakan anti Spanyol di kedua negara tersebut.
Selain perang, taktik "chenhuo dajie" juga dipakai sejumlah pengusaha untuk menggaet keuntungan maksimal dengan menggunakan kekacauan lawannya. 1 2
|