Jingtailan atau email cloisonne adalah hasil kerajinan tangan yang terkenal di Tiongkok, sudah bersejarah lama dan teknologi pembuatannya rumit. Mr. Zhang Tonglu merupakan seorang master seni kerajinan tangan satu-satunya di Tiongkok dewasa ini yang berhasil menguasai seluruh proses teknologis pembuatan Jintailan, sehingga dijuluki sebagai " Orang Pertama Jintailan Tiongkok".
Jintailan merupakan semacam seni kerajinan tangan yang khas di Tiongkok. Seni kerajinan tersebut merupakan perpaduan teknologi perunggu dan email dengan tertuang ke dalamnya ketrampilan pelukis dan pemahat tradisional Tiongkok, sehingga dapat dinilai sebagai hasil perpaduan seni kerajinan tradisional Tiongkok. Jintailan mulai dibuat pada tahun Jintai Dinasti Ming pertengahan Abad Ke-15, dan karena pada masa awalnya karya seni kerajinan tersebut didominasi warna biru (atau warna lan dlm. bahasa Tionghoanya ) , sehingga hasil kerajinan tersebut dinamakan Jintailan.
Tahun 1958, Zhang Tonglu yang baru berusia 16 tahun menjadi seorang buruh di Pabrik Jintailan Beijing. Zhang Tonglu sejak kecil suka menggambar, pada suatu ketika ia melihat sebuah gambar tentang perkenalan film Jintailan , di mana seorang seniman sedang asyik melukis pada dinding sebuah vas bunga, lukisannya terlihat amat hidup dan menarik. Zhang Tonglu mengira bahwa gambar atau morif yang terdapat pada Jintailan itu adalah hasil lukisan tangan, maka ia sangat senang dapat bekerja di pabrik itu, karena cocok dengan hobinya, melukis. Tapi kenyataan membuatnya kecewa tak lama kemudian.
Zhang Tonglu mengenang kembali pengalamannya pada awal bekerja di pabrik. Ia diharuskan belajar membuat acuan kasar untuk cloisonne dengan lembaran tembaga selama satu tahun . Dari pengalaman itu ia menyadari bahwa motif cloisonne atau jintailan bukan dibuat dengan dilukis, melainkan diperlukan belasan proses yang cukup rumit antara lain perancangan, pembuatan acuan kasar dengan tembaga, pembuatan motif dengan kawat tembaga, pembakaran dan penyepuhan dengan emas. Pada jalur perakitan untuk cloisonne , seorang buruh hanya dapat mengerjakan satu proses di antaranya. Zhang Tonglu tidak ingin hanya selalu mengerjakan acuan kasar tembaga, ia ingin melukis.
Demi cita-citanya, Zhang Tonglu mengikuti ujian untuk masuk Sekolah Seni Lukis Kota Beijing dan berhasil diterima sebagai siswa. Setelah tamat, ia kembali ke pabrik , dan pabriknya yang semula bernama Pabrik Jintailan Beijing telah berganti nama menjadi Pabrik Seni Kerajinan Beijing, merupakan sebuah basis produksi hasil seni kerajinan tradisional yang terbesar di Tiongkok.
Zhang Tonglu yang telah menguasai pengetahuan seni rupa secara sistematis diangkat menjadi seorang manajer setelah kembali ke pabrik. Pengalaman ini membuatnya berkesempatan untuk mengenal berbagai proses dan jenis pekerjaan dalam jalur perakitan di pabriknya. Dengan bekal kecintaannya terhadap seni rupa, ia dengan waktu 3 tahun berhasil menguasai dengan mahir seluruh teknologi pembuatan jintailan .
Zhang Tonglu mengatakan, teknologi pembuatan jintailan sangat sulit, dan seseorang hanya dapat menguasai salah satu macam teknologi di antaranya, selama lebih 600 tahun dari Dinasti Ming dan Qing ( sejak Abad Ke-15 ) hingga sekarang, boleh dibilang hampir tiada seorang pun yang dapat mengerjakan setiap proses dan menguasai seluruh teknologi pembuatan jintailan . Ternyata Zhang Tonglu menjadi orang pertama di bidang tersebut.
Zhang Tonglu mempelajari ilmu dengan penuh ketekunan, belajar terus dengan rendah hati, dan berani melakukan inovasi . Karya-karya jintailan hasil perancangannya berkali-kali memperoleh hadiah besar seni kerajinan Tiongkok, banyak di antaranya telah diekspor ke luar negeri dan namanya pun tersohor di anjang dunia. Tahun 1988, Zhang Tonglu dianugrahi gelar Master Seni Kerajinan Tiongkok.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan pesat masyarakat industri modern dan lebih beragamnya konsumsi rekreasi publik, banyak seni kerajinan tradisional termasuk jintailan berangsur-angsur surut, dan terakhir bangkrut lah Pabrik Seni Kerajinan Beijing pada tahun 2002. Sebagian terbesar dari buruhnya yang berjumlah sekitar 500 orang terpaksa mencari pekerjaan lain , hanya belasan orang yang tetap mengerjakan jintailan . Sehingga penerusan seni kerajinan tersebut dihadapkan krisis yang serius . Zhang Tonglu tidak ingin menyaksikan berlarutnya terus krisis tersebut. Ia memanggil dan mengumpulkan kembali teknisi dan buruh Jintailan yang tercecer di masyarakat untuk bergotong royong membangun sebuah perusahaan hasil seni kerajinan Luyinlanyu Beijing dengan dana mereka sendiri dan kredit bank. Zhang Tonglu berpendapat bahwa jintailan harus dikembangkan sesuai zaman, tidak lagi terbatas pada hanya membuat benda tiruan persembahan keluarga kaisar dan cendera mata .
Kini, Zhang Tonglu sudah berusia 65 tahun, dan rekan-rekannya pun sudah berusia lebih 50 tahun. Sehingga soal penerusan sangat dicemaskan. Dalam masyarakat plural pilihan seperti sekarang ini , pengembangan ruang pasar Jintailan berjalan lamban, upah buruh sangat rendah, ditambah sulitnya untuk menguasai teknologi Jintailan, sehingga sangat sedikit anak muda yang mau belajar untuk menguasai teknologi tersebut. Kini, yang sedikit melegakan Zhang Tonglu yalah negara semakin mementingkan perlindungan budaya non materil dan memberikan dukungan dari banyak segi terhadap perkembangan seni kerajinan tradisional termasuk jintailan.Untuk selanjutnya, Zhang Tonglu bersedia menulis sebuah buku tentang teknologi pembuatan Jintailan dan pengalamannya.
|