Belum lama berselang, Festival Syair Internasional Danau Qinghai Tiongkok diadakan di tepi Danau Qinghai, Dataran Tinggi Qinghai-Tibet di bagian barat laut Tiongkok. Dengan bahasa yang berbeda, para penyair dari dalam dan luar negeri bersama-sama menyanjung puisi dengan tema yang sama, yaitu "dunia harmonis antara manusia dan alam".
Yang Anda dengarkan sekarang adalah syair kepahlawanan Gesar yang secara turun-temurun tersebar di antara rakyat etnis Tibet. Syair itu menceritakan kisah legendaris seorang pahlawan etnis Tibet pada zaman dahulu kala. Lebih dari 300 penyair yang mengikuti Festival Syair Internasional Danau Qinghai, baru-baru ini menyaksikan pertunjukan sendratari Gesar yang dipentaskan di satu kampung etnis Tibet.
Festival Syair Internasional Danau Qinghai dibuka pada tanggal 7 Agustus lalu, dan diikuti oleh penyair-penyair dari 35 negara termasuk Tiongkok. Persatuan Penyair Tiongkok dan Pemerintah Propinsi Qinghai selaku sponsor festival tersebut berharap penyelenggaraan festival syair ini menjadi salah satu pesta syair terkenal di dunia.
Bagi penyair, Dataran Tinggi Qinghai-Tibet merupakan tanah yang spektakuler. Menginjakkan kaki di tanah ini berarti menikmati pengalaman dan penemuan serba baru yang tak terlupakan untuk seumur hidup. Mengenai tema "Dunia Harmonis antara Umat Manusia dan Alam", penyair dan komentator terkenal, Shu Cai selaku salah seorang pengatur acara festival kali ini mengatakan:
"Tema itu adalah luar biasa. Untuk mengumpulkan para penyair dari puluhan negara ke satu tempat, tentu saja membutuhkan sebuah tema yang mampu mengatasi segala perselisihan dan mampu menyatukan hati setiap orang. Itulah hubungan antara manusia dan alam. Dalam sejarah, genre yang paling menonjolkan keindahan dan hubungan kekal abadi antara manusia dan alam justru adalah puisi. Festival puisi kali ini, tiada taranya dibandingkan dengan semua festival syair Eropa yang saya ikuti sebelumnya."
Tiongkok adalah negara besar di bidang syair. Masa antara abad ke-7 sampai abad ke-13 adalah era makmur sajak klasik Tiongkok. Pada masa itu, muncul sejumlah besar penyair terkemuka dalam sejarah, antara lain, Li Bai, Du Fu, Su Shi dan Li Qingzhao. Di bidang syair modern, pada masa tahun 1980-an, Tiongkok mulai melaksanakan reformasi dan kebijakan terbuka terhadap dunia luar. Terpicu oleh situasi baru yang muncul waktu itu, maka lahirlah penyair-penyair dalam jumlah besar di Tiongkok. Puisi pada waktu itu bergenre sastra paling populer di masyarakat Tiongkok, bahkan dipuji sebagai "barameter pekembangan zaman". Sejalan dengan perkembangan sosial dan ekonomi, nilai-nilai yang dianut rakyat Tiongkok serta kebiasaan konsumsinya mengalami perubahan besar. Khususnya pada 10 tahun terakhir ini, seiring dengan perkembangan ekonomi komoditas dan proses globalisasi ekonomi, praktisme pun mulai menjalar di masyarakat. Sementara itu, budaya makanan siap saji gaya Barat memasuki Tiongkok secara besar-besaran. Di tengah kondisi demikian, perkembangan kesusastraan murni termasuk puisi mulai menempuh jalan yang menurun. Setelah memasuki abad yang baru, keadaan itu mulai berubah secara diam-diam. Sekretaris Jenderal Persatuan Penyair Tiongkok, Zhang Tongwu berpendapat, baik di dalam maupun di luar negeri, kesenian puisi tidak bisa dibandingkan dengan kebudayaan populer. Ia mengatakan:
"Setelah memasuki abad ke-21, puisi menunjukkan kecenderungan bangkit kembali. Sekarang pertunjukan resitasi sajak kerap kali digelar di seluruh negeri. Saya setiap tahun menerima lima sampai enam ratus macam kumpulan puisi yang disumbangkan penyair dari seluruh negeri. Kita tidak bisa berpikir bahwa puisi bisa sama populernya seperti bacaan populer dan digemari setiap orang, namun saya penuh keyakinan terhadap perkembangan puisi di masa depan."
Zhang Tongwu mengatakan, reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar telah dilaksanakan di Tiongkok selama hampir 30 tahun. Pada tahun-tahun belakangan ini, nilai-nilai dan pandangan konsumsi rakyat Tiongkok mulai kembali mendekati tradisi kebudayaan yang lama. Ilmu Negara yang terutama berisi penelitian tentang filsafat tradisional, kesusastraan, dan ilmu sejarah Tiongkok juga mulai menarik perhatian kalangan intelektual. Setahunya, dewasa ini di Tiongkok terdapat hampir satu juta penyair yang karyanya sering dimuat di surat kabar dan majalah. Situs web puisi pun sudah melampaui 300 buah.
Diselenggarakannya Festival Syair Internasional Danau Qinghai Tiongkok, bukan hanya merupakan pesta bagi penyair Tiongkok, tapi juga sebagai sarana pertukaran kebudayaan bagi para penyair dari manca negara. Juan Faviria, penyair dari Venezuela mengatakan:
"Kami memanfaatkan kesempatan ini untuk saling bertukar dan belajar dengan para penyair dari berbagai sudut dunia. Kami berasal dari tempat yang berlainan, namun termasuk satu dunia, dan menikmati satu alam yang sama. Tema festival kali ini baik sekali."
Membacakan karya puisi masing-masing adalah salah satu momen penting festival sajak kali ini. Semua penyair masing-masing menyerahkan karya puisinya yang khusus diciptakannya buat festival kali ini, kepada pihak penyelenggara. Di antaranya, sajak karya Petros Mastoris dari Yunani sangat berbeda dengan puisi-puisi lainnya. Ia mengatakan, Olimpiade tahun 2008 akan diadakan di Beijing. Olimpiade adalah pesta penting untuk menyemarakkan keharmonisan dunia dan perdamaian umat manusia. Ia khusus membacakan syair buat Olimpiade Beijing yang berjudul: Olimpiade 2008.
"Selama berlangsungnya festival syair, para penyair Tiongkok dan luar negeri menginjakkan kaki di pedesaan dan peternakan demi penciptaan karya yang baru. Di tepi Sungai Kuning, yang dijuluki "Sungai Ibu" Tiongkok dan di padang rumput yang luas tak berbatas, para penyair menyaksikan pemandangan alam yang indah permai. Di tepi Danau Qinghai yang indah, para penyair disajikan konser simfoni yang khusus diselenggarakan untuk Festival Syair Danau Qinghai. Di tengah alunan musik yang melantun, mereka bersama-sama menandatangani Deklarasi Festival Syair Internasional Danau Qinghai.
Deklarasi Syair Internasional Danau Qinghai menyatakan, kami atas nama syair, mengembalikan kehormatan kepada alam, mengembalikan kebebasan kepada peradaban, dan mengembalikan percintaan kepada dunia, supaya syair kembali ke kehidupan manusia.
|