Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-12-14 13:39:20    
Duta Non-Pemerintah Pertukaran Bersahabat Antara Tiongkok Dengan Indonesia Dan Malaysia

cri

 Di Beijing ada seorang perantau Tionghoa yang telah kembali ke tanah air dari Indonesia, dan sejak menginjakkan kaki di bumi Tiongkok pada tahun 1950 berketetapan hati untuk menyumbangkan tenaga dna pikiran kepada tanah air. Selama 57 tahun ini, ia tidak saja telah memberikan sumbangan kepada pengajaran dan riset di Fakultas Bahasa-Bahasa Timur Universitas Peking, telah mencurahkan tanaga pula demi pertukaran akademis dan budaya antara Tiongkok dengan Indonesia dan Malaysia, sehingga telah merentangkan jembatan budaya demi persahabatan antara Tiongkok dengan kedua negara tersebut. Ia tidak lain adalah Professor Liang Liji yang disebut sebagai "Duta non-pemerintah Tiongkok dengan Indonesia dan Malaysia". Berikut laporan hasil wawancara wartawan CRI dengan professor Liang.

Profesor Liang dilahirkan di Kota Bandung, Indonesia pada tahun 1927. Ayahnya Liang Shangqiong adalah seorang pemimpin patriotik masyarakat Tionghoa yang terkenal. Dalam masa Perang Anti-Jepang, ia pernah beberapa kali mengorganisasi kegiatan pengumpulan derma untuk menyokong perang rakyat Tiongkok melawan agresi Jepang. Liang Liji melewatkan masa remajanya di zaman pergolakan, maka kesadaran peduli nasif bangsa berakar dalam-dalam di hati sanubarinya. Pada tahun 1950, Liang Liji kembali ke tanah air bersama teman-teman sekolahnya sebagai gelombang pertama pelajar Tionghoa di Indonesia yang kembali ke tanah air setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Liang Liji mengatakan kepada wartawan, pada waktu itu, mengemban hasrat keras untuk berbakti kepada tanah air. Dikatakannya,

"Saya kembali ke Tiongkok pada tahun 1950 dengan cita-cita untuk berbakti kepada tanah air, dan menyumbangkan tenaga seumur hidup untuk membangun negara yang kuat dan makmur."

Setelah kembali ke tanah air, Liang Liji diterima menjadi mahasiswa Universitas Timur Laut dengan mengambil jurusan kimia. Tahun 1951, Tiongkok dan Indonesia baru saja membuka hubungan diplomatik, tenaga untuk jurusan pekerjaan terkait sangat dibutuhkan. Maka pada tahun berikutnya, ia dipindahkan ke jurusan bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa-bahasa Timur, Universitas Peking. Sejak itu, dia tidak pernah absen dari kegiatan pertukaran budaya antara Tiongkok dan Indonesia. Pada tahun 1954, setelah lulus dari universitas, dia menjadi tenaga guru yang mengajar bahasa Indonesia di Universitas Peking.

"Berhubung saya lahir dan dibesarkan di Indonesia dan menerima pengaruh budaya Tiongkok dan Indonesia, maka telah menjadi hasrat saya untuk bisa memberikan andil demi mempermaju hubungan antara Tiongkok dengan Indonesia dan Malaysia." Demikian kata Profesor Liang Liji.

Menguasai dua macam bahasa dan mengenal dua macam budaya telah menjadi keunggulan khusus Profesor Liang dalam karier akademisnya. Melalui kegiatan akademis, dia berupaya mendorong pertukaran budaya antara Tiongkok dengan Indonesia dan Malaysia.

Pada tahun 1970-an, Profesor Liang menjadi penanggung jawab jurusan bahasa Indonesia Universitas Peking. Meski hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Indonesia pada waktu itu dalam keadaan beku, tapi ia tetap aktif melakukan persiapan demi normalisasi hubungan kedua negara. Ia giat membentuk tim penyusun kamus, dan menggunakan waktu 10 tahun untuk menyusun sebuah kamus besar yaitu yang diterbitkan di Tiongkok pada tahun 1989.

Pada tahun 1988, atas undangan Ketua Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Profesor Liang menghadiri Konferensi Nasional Bahasa Indonesia ke-5 di Jakarta, dan ditunjuk sebagai pemberi makalah dalam konferensi itu. Profesor Liang adalah ilmuwan Tiongkok pertama yang diundang Indonesia untuk menghadiri pertemuan akademis penting sejak hubungan diplomatik kedua negara dibekukan. Pada tahun 1992, Profesor Liang mengadakan kunjungan kehormatan kepada Rektor Universitas Indonesia, Dr. Sujudi sebagai penghubung Universitas Peking dan berhasil mengundang Dr. Sujudi mengadakan kunjungan resmi ke Universitas Peking. Akhirnya, kedua universitas berhasil menandatangani nota kesepakatan (MoU) di Beijing, dan menjadikan penyusunan kamus sebagai proyek kerja sama pertama antara kedua universitas.

Malaysia dan Indonesia mempunyai sumber yang sama di bidang bahasa dan budaya, maka Profesor Liang juga aktif mengadakan kegiatan pertukaran akademis di Malaysia. Tahun 1992, sebagai sarjana Tiongkok pertama yang tampil di forum akademis Malaysia, Profesor Liang menghadiri Seminar Internasional Bahasa Melayu pertama di Kuala Lumpur. Pada tahun 1994, Profesor Liang diundang sebagai profesor tamu oleh Universitas Kebangsaan Malaysia. Kegiatan pertukaran akademis Profesor Liang di Malaysia mencapai hasil yang cukup membesarkan hati. Menjelang genap 30 tahun pembukaan hubungan diplomatik Tiongkok-Malaysia pada tahun 2004, Liang Liji memperoleh hadiah tokoh persahabatan Malaysia-Tiongkok yang dianugrahkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Ahmad Badawi.

Pada tahun-tahun belakangan ini, hubungan Indonesia-Tiongkok mengalami banyak perbaikan. Kedua negara telah membina kemiteraan strategis. Kini, Profesor Liang sudah pensiun, tapi ia tetap mengemban misi sejarah untuk mengembangkan pertukaran budaya antara kedua negara. Tahun 2005, <100 Puisi Dinasti Tang (Tionghoa-Indonesia)> yang disusun dan diterjemahkannya diterbitkan di Jakarta. Dalam upacara untuk menyambut hari kemerdekaan Indonesia tahun 2006, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok Sudrajat memberikan piagam penghargaan kepada Profesor Liang atas sumbangannya dalam mendorong hubungan dan kerja sama antara kedua negara.

Dalam wawancara dengan wartawan CRI, Profesor Liang menyatakan kesediaannya untuk terus mencurahkan tenaga demi mendorong pertukaran bersahabat antara Tiongkok dengan Indonesia dan Malaysia.

Dikatakan oleh Profesor Liang: "Tanggal 26 Oktober lalu, kedutaan besar Indonesia dan Institut Asia-Pasifik Akademi Ilmu Sosial Tiongkok bersama-sama menyelenggarakan seminar tentang kemitraan strategis Tiongkok-Indonesia. Saya juga salah satu pemberi makalah dalam seminar itu."