Peribahasa "menangkap ikan dalam air keruh" secara harfiah mudah dimengerti, yaitu sebelum menangkap ikan dalam air dangkal, pertama-tama airnya harus dikeruhkan dulu, supaya ikan kehilangan arah dan lari kocar-kacir. Biasanya, dalam keadaan seperti itu, penangkap ikan sering memperoleh hasil tangkapan di luar dugaan. Di bidang militer, makna taktik itu menurut penjelasan buku strategi perang adalah sebagai berikut: Dalam situasi panik, pasti muncul kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan, dan saat itu pihak yang lemah masih belum bisa mengandalkan kekuatan tertentu. Apabila situasi kacau balau itu dapat dimanfaatkan, keuntungan pasti bisa diperoleh, bahkan kemenangan juga dapat dicapai dalam sebuah peperangan. Berikut kami perkenalkan penerapan taktik itu dalam peperangan di zaman kuno Tiongkok.
Abad ke-8 Masehi adalah masa makmur Dinasti Tang Tiongkok. Chang'an, ibu kota pemerintah Dinasti Tang waktu itu adalah salah satu dari sejumlah kecil kota yang paling makmur dan paling maju di dunia. Waktu itu, etnis Qidan, salah satu etnis minoritas di bagian utara Tiongkok mengadakan pemberontakan, dan berkali-kali menyerang pasukan Dinasti Tang. Untuk menangkis serangan tentara Etnis Qidan, pemerintah Dinasti Tang mengirim Jenderal Zhang Shougui ke Kota Youzhou (Beijing sekarang), yang merupakan kota militer yang strategis di bagian utara Tiongkok. Di tengah medan peperangan yang ganas, Youzhou sejak dahulu kala menjadi tempat strategis yang direbut berbagai pihak. Dalam perang melawan tentara etnis Qidan, Youzhou tentu saja merupakan benteng penting bagi tentara Dinasti Tang. Jenderal Ketugan dari tentara Qidan berkali-kali memimpin tentara menyerang Youzhou, tapi selalu berakhir dengan kegagalan. Jenderal Ketugan, yang ingin mengetahui keadaan militer tentara Tang di Youzhou, mengirim lagi misinya ke Youzhou dan pura-pura menyatakan ingin menyerahkan diri kepada pemerintah Dinasti Tang. Jenderal Zhang Shougui dari Dinasti Tang yang mengetahui akal bulus musuh, dengan sikap yang ramah menerima misi Qidan. Keesokannya, dengan alasan melakukan kunjungan kehormatan timbal balik, Zhang Shougui juga mengirim dutanya ke markas tentara Qidan agar dapat mengetahui keadaan militer tentara Qidan. Duta Dinasti Tang juga mendapat sambutan hangat di markas militer Qidan. Dalam jamuan makan, Duta Tang menemukan bahwa di antara para jenderal Qidan terdapat perselisihan pendapat soal pemberontakan. Didapatinya bahwa Jenderal Ketugan mendukung pemberontakan, namun Jenderal Liguozhe bersikap menentang dan memberitahu Duta Tang bahwa rakyat jelata etnis Qidan juga menentang perang. Berbekal informasi itu, Duta Tang memanfaatkan peluangnya dengan menasehati Jenderal Liguozhe agar meninggalkan Jenderal Ketugan, dan pemerintah Dinasti Tang pasti akan memberikan jabatan penting kepadanya. Liguozhe menerima nasehat Duta Tang, dan setuju untuk membunuh Ketugan saat rencananya sudah matang. Setelah meninggalkan markas militer Qidan, Duta Tang kembali ke Youzhou dan melaporkan keadaan militer yang disaksikannya. Beberapa hari kemudian, Jenderal Liguozhe benar-benar memimpin pasukannya melakukan serangan mendadak ke markas Jenderal Ketugan yang memberontak. Ketugan yang sama sekali tidak mengira adanya pembangkangan di kubunya sendiri, akhirnya dibunuh Liguozhe di dalam markasnya. Dengan memanfaatkan situasi kacau di antara tentara Qidan setelah Liguozhe membunuh Ketugan, Jenderal Zhang Shougui segera memimpin pasukan Tang menyerang markas militer Qidan. Waktu itu pertempuran antara tentara yang mendukung Ketugan dan tentara yang mendukung Liguozhe masih belum usai. Dan akhirnya tentara Tang dengan mudah dapat mengalahkan tentara Qidan, bahkan menawan beberapa jenderal penting etnis Qidan. Berkat kemenangan itulah, pemberontakan tentara Qidan dapat diatasi. Dari kisah perang itu, kita mendapatkan suatu hikmah, bahwa tentara Dinasti Tang dapat mencapai kemenangan karena memanfaatkan perselisihan pendapat antara para jenderal dan rakyat Qidan yang menentang peperangan. Secara harfiah, taktik atau peribahasa "menangkap ikan dalam air keruh" sedikit banyak mengandung konotasi negatif. Di zaman sosial modern sekarang, taktik "menangkap ikan dalam air keruh" kerap kali diterapkan dalam persaingan bisnis. Sering kali seorang pengusaha berhasil menggaet keuntungan dengan memanfaatkan kondisi psikologi para konsumen. Misalnya, kebiasaan konsumen yang cenderung membeli sesuatu karena ingin mengikuti jejak konsumen lainnya. Tingkah laku pengusaha itu adalah tidak bermoral dan amat dibenci masyarakat. Akan tetapi, bagi mereka yang mendukung taktik itu, agar kepentingannya tidak dirugikan, satu-satunya cara untuk mencegah kerugian ialah memelihara dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan kepala dingin dan secara obyektif tanpa tipuan. Hanya dengan demikian, barulah dapat mencegah "ikan dalam kolamnya" tidak ditangkap orang lain di tengah keadaan yang kacau balau.
|