Saudara pendengar, taktik kota kosong adalah salah satu taktik dari buku teori kemiliteran Tiga Puluh Enam Taktik.
Di Tiongkok ada pepatah yang mengatakan, dalam pertempuran tidak ada taktik yang tetap tanpa penipuan. Tiga Puluh Enam Taktik memberikan penjelasan berikut mengenai taktik kota kosong, yaitu bagi pihak defensif, apabila kota yang dipertahankannya berada dalam kondisi kosong, maka pelliharalah kekosongan itu agar pihak lawan menjadi lebih bingung. Dalam keadaan tidak mampu membela kota, sengaja mengungkapkan kekosongan kota akan membuat musuh menjadi lebih ragu-ragu lagi, sehingga malah tidak berani melangkah maju. Ahli militer yang berpengalaman dan berani ketika menghadapi musuh kuat yang tak bisa dikalahkan, sering pula memperlihatkan kemakmuran kota kepada musuh, supaya musuh salah mengira bahwa di kota yang kosong itu terdapat perangkap dan lantas mundur tanpa berani menyerbu.
Menurut bahan sejarah, taktik ini digunakan di Tiongkok pada abad ke-7 Sebelum Masehi. Namun penerapan taktik itu lebih dikenal dengan Zhuge Liang, salah seorang ahli militer pada zaman Sam Kok.
Pada zaman Tiga Negara atau Sam Kok pada abad ke-3 Masehi, di Tiongkok terdapat tiga negara paling besar, yaitu Negara Wei, Negara Shu dan Negara Wu. Zhuge Liang adalah penasehat terkenal Negara Shu, sedangkan Sima Yi adalah ahli militer dari Negara Wei. Kedua orang sama-sama terkenal dengan kecerdasannya. Dalam suatu peperangan, salah seorang jenderal asuhan Zhuge Liang dikalahkan tentara Wei dalam pertempuran mempertahankan Jieting, salah satu tempat strategis. Sima Yi lantas memimpin tentara Wei menyerbu menunju ke sebuah kota yang menjadi markas besar Zhuge Liang melalui Jieting. Mendengar kabar musuh sudah mendekat, bawahan Zhge Liang semuanya menjadi takut sekali dan terjerumus dalam keadaan panik, karena tentara garison di kota itu hanya tercatat 5.000 orang. Akan tetapi, Zhuge Liang yang banyak pengalaman tampilnya tenang sekali. Dalam keadaan tanpa bala bantuan, Zhu Geliang menunjukkan keberanian yang luar biasa. Setelah menempatkan sejumlah kecil tentara di luar kota, Zhuge Liang memerintahkan supaya dibuka empat gerbang kota, dan di setiap gerbang dipelihara 20 tentara yang menyamar menjadi rakyat sipil, yang pura-pura membersihkan jalan kota. Sementara itu, ia dengan pakaian dan kopi rapi, membawa dua pengawal naik ke benteng yang menghadapi arah serangan musuh. Di lantai benteng itu, Zhuge Liang dengan santai memainkan alat musik yang berirama mengalun.
Setiba di depan kota, Sima Yi dan tentaranya menjadi ragu-ragu tak berani menyerbu masuk setelah melihat gerbang terbuka dan rakyat dengan tenang membersihkan jalan. Melihat Zhuge Liang dengan santai memainkan alat musik di benteng seperti tak terjadi apa-apa, Sima Yi merasa terkejut sekali. Ia mengira Zhuge Liang yang pandai menerapkan taktik menipu sudah menempatkan tentara dalam jumlah besar dalam kota. Maka ia memerintahkan tentaranya segera mundur.
Dalam perjalanan mundur kembali, tiba-tiba di lereng gunung sebelah kanan dan kiri terdengar tabuhan tentara Zhuge Liang, tampaknya di lereng gunung ditempatkan banyak tentara. Setelah menempuh jalan untuk sekiah lama, tentara Sima Yi terdengar lagi suara di lembah gunung. Berdasarkan gejala itu, Sima Yi berpikir bahwa untunglah ia tidak memerintahkan tentara menyerbu masuk ke kota, kalau tidak dia pasti akan mengalami kekalahan besar.
Zhuge Liang berhasil memundurkan 150.000 tentara Sima Yi dengan menerapkan taktik kota kosong. Taktik itu adalah taktik yang hanya digunakan dalam keadaan terpaksa tanpa alternatif lainnya. Apabila musuh tidak tertipu, maka kita sendiri pasti akan mengalami kekalahan besar. Dalam menerapkan taktik itu, haruslah mengkonfirmasi bahwa jenderal musuh adalah orang yang ragu-ragu, dan harus pula membuat gejala-gejala yang dapat menambah keraguan pihak lawan, sehingga musuh yakin benar keputusannya adalah betul. Setelah penerapan taktik itu mencapai sukses, pihak pelaksana taktik itu harus segera menarik diri ke tempat aman atau segera mendapapat bantuan.
|