Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-05-13 16:18:38    
Biduan Etnis Tibet Cedai Drolma

cri

Saudara pendengar, selamat berjumpa kembali dalam acara tetap Ruangan Etnis Minoritas Tiongkok edisi minggu ini,masih bersama saya, Jinghua. Dalam acara kali ini, akan saya perkenalkan seorang biduan perempuan etnis Tibet yang telah berusia lebih dari 70 tahun. Namanya Cedai Drolma.

Pada tahun 1937, Cedai Drolma dilahirkan di sebuah keluarga buruh tani yang miskin di daerah Shiagatse(???). Dalam bahasa Tibet, 'Cedai' dan 'Drolma' masing-masing berarti 'panjang umur' dan 'perempuan'. Namun, sebelum Tibet dibebaskan secara damai, masa kecil Cedai Drolma dan keluarganya sangat susah. Penghidupannya bersandar pada tuan tanah.

'Keluarga saya miskin. Kami tidak punya sawah dan tidak punya rumah. Semuanya adalah milik tuan tanah. Keluarga-keluarga seperti saya harus bekerja sebagai buruh tani. Saya menyewa tanah dari tuan tanah. Setelah ladang yang saya tanami ada hasilnya, saya harus bayar bunga. Kehidupan kami sama sekali tidak terjamin.'

Setelah Tibet dibebaskan secara damai pada tahun 1951, barulah nasib Cedai Drolma mulai berubah. Pada suatu kesempatan yang kebetulan, Cedai Drolma bergabung dalam Organisasi Federasi Wanita Muda Tibet. Mereka sering berpartisipasi dalam kegiatan dan pertunjukannya.

Cedai Drolma yang waktu itu baru berumur 21 tahun mulai menjadi seorang penyanyi yang terkenal. Setahun kemudian, Akademi Musik Shanghai membuka kursus etnis minoritas untuk membina ahli-ahli musik etnis Tibet yang berbakat. Pada tahun 1958, Akademi Musik Shanghai menerima siswa baru di Tibet. Kepandaian Cedai Drolma sangat menarik perhatian gurunya. Ia diterima oleh Akademi Musik Shanghai tanpa ujian.

'Waktu itu banyak orang ikut ujian. Saya tidak ikut ujian. Tapi seorang teman etnis Han dari rombongan pertunjukan yang sama, memperkenalkan kepada guru bahwa ada seorang anak perempuan yang suaranya bagus sekali. Namanya Cedai Drolma. Cobalah dengar suaranya. Setelah guru itu mendengar suara saya, dia bilang saya diterima.'

Dengan suara yang merdu, Cedai Drolma memasuki Akademi Musik Shanghai. Namun, bagi Cedai Drolma yang belum genap setahun ikut pendidikan resmi, pelajaran di universitas dapat dikatakan adalah tantangan yang luar biasa. Meksipun semua guru memuji suara Cedai Drolma, tapi dia tidak bisa membaca dan tidak mengerti teori musik. Maka pelajarannya sangat lambat, bahkan pernah ingin meninggalkan sekolah.

'Setelah saya sampai ke sekolah, bahasanya ternyata tidak cocok. Waktu saya baru mulai belajar, saya pikir, saya tidak bisa mengerti bahasa ini. Saya bilang ke guru saya, saya tidak mau belajar lagi. Saya mau pulang. Waktu itu pikiran saya sangat sederhana.'

Setelah mengerti keadaan Cedai Drolma, guru Akademi Musik Shanghai memperlakukan Cedai Drolma dengan cara yang istimewa. Guru Cedai Drolma lah yang belajar bahasa Tibet. Semua teman sekolah Cedai Drolma memperlakukannya seperti saudara-saudari sendiri, sehingga Cedai Drolma mencapai kemajuan besar dalam seni tarik suara. Selama masa sekolah, Cedai Drolma pernah menyanyikan sebuah lagu film terkenal, yaitu 'Fan Shen Nong Nu Ba Ge Chang' (???????), artinya buruh tani yang dibebaskan untuk menyanyi.

'Lagu itu ia nyanyikan untuk sebuah film berskala besar waktu itu yang mencerminkan masa lalu dan revolusi etnis minoritas Tibet.'

Setelah itu, Cedai Drolma menyanyikan semakin banyak lagu berbahasa Tibet. Suaranya yang unik dan perasaannya yang tulus memberi kesan yang mendalam kepada pendengar. Misalnya lagu 'Chang Zhi Shan Ge Gei Dang Ting' (???????), dan 'Bei Jing de Jin Shan Shang' (??????) sangat terkenal dan populer di seluruh Tiongkok, seperti bibit yang tertanam dalam hati rakyat Tiongkok. Demi perkembangan Tibet, setelah tamat sekolah, Cedai Drolma meninggalkan Shanghai dan kembali ke Tibet yang waktu itu baru mulai berkembang.

'Saya merasa, sebagai seorang penyanyi etnis Tibet, Tibet adalah kampung halaman saya. Gaya dan gaya lagu saya semuanya menyatu dengan Tibet. Saya merasa bisa berperan dengan baik bila saya ada di Tibet.

Setelah kembali ke Tibet, Cedai Drolma bergabung dalam rombongan tarian dan nyanyian Tibet. Ia mengunjungi setiap pelosok Tibet, dan dengan suaranya yang merdu menyampaikan salam kepada rakyat di daerah-daerah penggembalaan di Tibet. Selama 40 tahun lebih, Cedai Drolma yang telah berumur 70an, tetap bersuara merdu. Dengan suara yang merdu, ia menyanyikan lagu yang menceritakan pengalamannya sendiri dari seorang buruh tani di jaman Tibet kuno menjadi seorang biduan etnis Tibet, Tiongkok, dan kehidupan bahagia Tibet sekarang.

Nah, saudara pendengar, demikian tadi acara tetap Ruangan Etnis Minoritas Tiongkok edisi minggu ini. Penyiar Anda Jinghua mengucapkan terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa!